Thursday, August 20, 2020

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita


Khutbah 1


اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ اللَّيْلِ عَلَى النَّهَارْ، تَذْكِرَةً لِأُولِى الْقُلُوْبِ وَالْأَبْصَارْ، وَتَبْصِرَةً لِّذَوِي الْأَلْبَابِ وَالْاِعْتِبَارْ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِٰلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهْ الْمَلِكُ الْغَفَّارْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ  سَيِّدُ الْخَلاَئِقِ وَالْبَشَرْ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأٰلِهِ وَصَحْبِهِ الْأَطْهَارْ. أَمَّا بَعْدُ.   فَيَآأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ فِيْ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ،  بِسْمِ ٱللّٰهِ ٱلرَّحْمٰنِ ٱلرَّحِيمِ .    إِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوا وَجَٰهَدُوا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ أُولَٓئِكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللهِۚ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ


Jamaah shalat jum'at yang dirahmati Allah.  Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat, nikmat, inayat dan berkat untuk kita semua. Nikmat yang tak pernah bisa kita hitung. Diantaranya nikmat sehat dan nikmat panjang umur sehingga kita masih bertemu dengan bulan yang sangat mulia yakni bulan Muharram sebagai tahun baru hijriyah 1442. Marilah dengan nikmat yang sangat besar ini, kita gunakan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt. Tunduk dan patuh melaksanakan perintah Allah dan sunnah rasul-Nya.


Jamaah shalat jum'at yang diberkahi Allah


Bulan Muharram adalah bulan evaluasi. Bulan dimana kita diharuskan untuk mengoreksi dan memperbaiki kualitas hidup dan kualitas ibadah kita. Bulan dimana kita sering mendengar ajakan untuk hijrah, yakni meninggalkan perkara yang buruk dan melakukan perkara yang baik atau merawat perbuatan baik secara istiqamah. 


Bulan Muharram juga sebagai sarana untuk mengevaluasi adat dan tradisi-tradisi kita apakah sudah sesuai dengan ajaran agama ataukah malah bertentangan dengan ajaran agama. Jika adat yang kita lakukan sesuai dengan ajaran agama atau bahkan sangat dianjurkan oleh agama maka pertahankan atau istiqamahkan, jika kita selama ini belum melakukan atau belum turut maka segeralah untuk memgikutinya namun jika adat yang selama ini bertentangan dengan agama atau mengganggu hubungan sosial dan ketenteraman maka segeralah untuk ditinggalkan. Adat yang buruk bukan saja merugikan diri sendiri atau orang lain namun juga ada konsekuensi diakhirat kelak. 


Ajakan untuk mempertahankan tradisi yang baik dan meninggalkan tradisi, adat atau kebiasaan yang buruk ini telah disabdakan oleh nabi:


مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً، فَلَهُ أَجْرُهَا، وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ   


“Barangsiapa yang membuat sunnah hasanah (tradisi yang baik) dalam Islam maka dia akan memperoleh pahala dan pahala orang yang mengikutinya, dengan tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang membuat sunnah sayyi’ah (tradisi yang buruk) dalam Islam maka ia akan mendapatkan dosa dan dosa orang yang mengikutinya, dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun” (HR Muslim).

 

Islam juga melarang kita untuk mencampuradukkan antara tradisi yang baik dengan tradisi yang buruk. Jika dicampur aduk maka yang ada hanyalah keburukan. Diibaratkan air susu satu teko ditambah dengan racun satu sendok. Larangan mencampuradukkan hal yang baik dan buruk sebagaimana firman Allah:


وَلَا تَلۡبِسُواْ ٱلۡحَقَّ بِٱلۡبَـٰطِلِ وَتَكۡتُمُواْ ٱلۡحَقَّ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ


“Janganlah kalian campur-adukkan antara kebenaran dan kebatilan, dan kalian sembunyikan yang benar padahal kamu mengetahuinya”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 42).


Islam juga melarang kita untuk saling tolong menolong dosa dan permusuhan karena Islam hanya menyuruh kita untuk tolong menolong dalam kebaikan dan takwa. Islam menyuruh kita tolong menolong dalam hal kebaikan untuk meningkatkan ibadah, meningkatkan amal dan ketakwaan. 


يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُحِلُّوا شَعٰٓئِرَ اللَّهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْىَ وَلَا الْقَلٰٓئِدَ وَلَآ ءَآمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرِضْوٰنًا  ۚ  وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا  ۚ  وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَئَانُ قَوْمٍ أَنْ صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَنْ تَعْتَدُوا  ۘ  وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰى  ۖ  وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوٰنِ  ۚ  وَاتَّقُوا اللَّهَ  ۖ  إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ


Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar kesucian Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban), dan Qalaid (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia dan keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya.

[QS. Al-Ma'idah: Ayat 2]


Dengan semangat Muharram ini, marilah kita gunakan sisa hidup kita dengan hal yang bermanfaat. Segera kita tinggalkan tradisi dan kebiasaan-kebiasaan yang buruk walau tentunya meninggalkan tradisi yang buruk sangat sulit karena telah mengakar dalam hidup kita. Perlunya bagi kita untuk menciptakan atau mengikuti tradisi-tradisi yang baik yang ada dilingkungan kita sehingga kita bisa lebih dekat kepada Allah swt. Mendatangi majelis-majelis atau forum yang mengajak kita untuk semangat ibadah, semangat dalam berbuat kebaikan. Kita lindungi keluarga kita dari berbagai fitnah akhir zaman, kerusakan dan perpecahan sehingga kita bersama dengan keluarga kita bukan hanya didunia namun juga bahagia bersama diakhirat kelak. 


وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمٰنٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ أَلَتْنٰهُمْ مِّنْ عَمَلِهِمْ مِّنْ شَىْءٍ  ۚ  كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ


Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.

[QS. At-Tur: Ayat 21]


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلُقْرءَانِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بمَا  فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


Khutbah II


   نَحْمَدُ اللهَ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ، وَنَعُوْذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِنَا. أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِٰلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.  اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةْ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ النَّهْضَةْ . أَمَّا بَعْدُ. أَيُّهَا النَّاسُ! أُوْصِيْكُمْ بتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.   فَقَالَ تَعَالَى مُخْبِرًا وَأٰمِرًا: إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.   اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ  وَبَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا إِبْراهَيْمَ فِي الْعٰلَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، بِرَحْمَتِكَ يَآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


  اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمْؤُمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ الْحاَجاَتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الِإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ الِإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ. رَبَّنَا أتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّءْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا. رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا. رَبَّنَا أتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ.   عِبَادَ اللهْ! إِنَّ اللهَ يَعْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاۤءِ ذِي اْلقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ اْلفَخْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ،  فَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمٍ يَّزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْا مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.









Sunday, August 9, 2020

Ideologi Anti NKRI


Oleh Suryono Zakka

Walau telah sekian lama NKRI berdiri, Walau sudah sekian lama kita merdeka, namun upaya-upaya untuk merongrong kedaulatannya terus dan tetap ada. Upaya kelompok tertentu untuk menggantikan ideologi Pancasila dengan ideologi lain atau mengganti ideologi Islam moderat di Indonesia dengan ideologi radikal nyata adanya. 

Beberapa ideologi asing yang sangat berbahaya yang jelas-jelas mengancam persatuan bangsa diantaranya:

1. Wahabisme

Ideologi yang diperkenalkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab an-Najdi adalah ideologi ekstrim yang merusak kemurnian Islam. Ideologi radikal yang menolak keanekaragaman madzhab dan tafsir. Ideologi Wahabi menolak pluralitas tafsir agama dan khilafiyah. Mereka memonopoli kebenaran. 

Efek dari ideologi Wahabi adalah paham takfiri dan terorisme. Mengkafirkan umat Islam diluar golongannya. Gampang menuduh sesat dan kafir hanya karena perbedaan penafsiran. Menurut Wahabi, tidak ada tafsir agama melainkan kebenaran tunggal. Diluar pemahaman mereka, semua sesat dan ahli neraka. Begitu doktrin radikal Wahabi. 

Mereka menipu atas nama sunnah. Antek-antek Wahabi menipu umat atas nama manhaj salaf. Yang mereka perjuangkan bukanlah sunnah Muhammad bin Abdullah melainkan sunnah Muhammad bin Abdul Wahab. Mereka teriak anti bid'ah namun faktanya ahli bid'ah yang sesungguhnya. Bukan aliran salaf  melainkan aliran khalaf (kelompok baru) yang telah merusak citra Islam. 

Walau tidak secara langsung memusuhi Pancasila, ideologi Wahabisme adalah benih ideologi teror. Merusak keharmonisan bangsa terutama kerukunan internal umat beragama. Mereka memusuhi sesama umat Islam. Menyerang amaliyah dan pendapat umat Islam yang berbeda secara frontal. Tidak aneh jika ideologi Wahabi dilarang diberbagai negara. 

Alhamdulillah. NKRI masih tetap damai dan Islam di Indonesia masih saling toleran karena ada organisasi besar Islam moderat sebagai arus besar dan mainstrem Islam Indonesia yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Muhammadiyah dengan misi Islam Berkemajuan dan Nahdlatul Ulama dengan misi Islam Nusantara mampu meredam ideologi radikal Wahabi. 

Alhamdulillah. Kader-kader ulama muda NU telah sigap membendung ideologi Wahabi. Memberikan jawaban-jawaban dan bantahan atas kejahatan dan kesesatan Wahabi. Seindah apapun kemasan dan bungkus ideologi Wahabi, tetap akan terendus kebusukannya. Kader-kader militan NU sukses membongkar kejahatan Wahabi. 

2. Khilafahisme

Kita tidak boleh main-main dengan antek khilafah. Walau organisasi ini telah dilarang oleh pemerintah seperti halnya PKI, namun gerakannya terus massif mempropagandakan ideologi khilafah diseluruh lini. Walau organisasi ini telah menjadi organisasi haram diberbagai negara namun para sales khilafah tidak berhenti untuk mengasongnya. 

Target utama adalah anak remaja dan kawula muda yang tidak paham Islam dan umat awam yang tidak paham tentang sejarah NKRI. Mereka ahli memfitnah dan memutarbalikkan fakta sejarah. Sejarah dinarasikan dan dikemas dengan misi penegakan khilafah. 

Untuk menipu kaum awam, antek khilafah seperti Hizbut Tahrir bergaya seperti ulama atau ustadz. Berdandan ala Azhari (ulama Al-Azhar). Mengutip ayat dan hadits yang telah dibungkus dengan cita rasa khilafah. Orang awam akan mudah terprovokasi dan tertipu. 

Salah satu penipuan antek khilafah adalah membuat film "Jejak Khilafah di Nusantara". Film ini adalah bagian dari propaganda media agar umat muslim di Nusantara terdoktrij ideologi khilafah seolah NKRI ini dulunya telah menegakkan khilafah. Mereka menipu seolah kesultanan-kesultanan di Nusantara menegakkan khilafah dibawah naungan Turki Utsmani. 

Faktanya, kesultanan di Nusantara tak ada satupun yang menegakkan khilafah ala Tahririyah HTI. Bahkan sejak rasulullah memimpin dengan mendirikan negara Madinah hingga dilanjutkan oleh Khulafa' Rasyidah tak ada satupun bentuk negara yang sesuai dengan misi Hizbut Tahrir. Hingga dinasti-dinasti selanjutnya, tak ada satupun yang menegakkan khilafah ala antek HTI. Jelas upaya HTI menipu sejarah untuk membohongi umat Islam. 

Turki, yang selama ini dipuja-puja antek khilafah tak berniat menegakkan khilafah. Khilafah Turki Utsmani telah tamat dan saat ini Turki telah menjadi negara sekuler. Jelaslah bahwa NKRI menjadi target utama untuk dijadikan pusat khilafah diseluruh dunia oleh Hizbut Tahrir. Mengapa memilih Indonesia? Karena Indonesia lahan yang subur dan asset utama yang cocok untuk menjadi ladang kekuasaan khilafah. 

Lemahnya peran pemerintah dalam membendung khilafah, dimanfaatkan antek-antek HTI untuk menyebarluaskan ideologinya keseluruh penjuru. Mulai media tulis, website online hingga film. Sebuaylh upaya besar dan dahsyat untuk segara menegakkan khikafah di NKRI. 

3. Komunisme

Ideologi komunisme memang telah sekarat untuk tidak dikatakan mati. Komunisme adalah produk gagal yang dulu pernah berjaya dimasa keemasannya. Kini, negara-negara yang dulunya berasas komunis telah berubah menjadi negara sekuler. Ideologi komunis telah banyak ditinggalkan oleh pengagumnya. 

Meskipun produk gagal dan ideologi yang tak laku lagi, ideologi komunis harus tetap diwaspadai. Walau kemungkinan kecil akan bangkit, namun sebuah ideologi tak akan seratus persen mati apalagi dulu pernah jaya. Waspada namun dengan tidak gegabah dan berlebihan sebab pertarungan ideologi akan terus ada di Indonesia. Isu komunis bangkit tak lepas dari propaganda antek Wahabi dan antek Khilafah. 

Upaya lahirnya komunisme melalui RUU HIP jelas langsung ditolak oleh seluruh elemen bangsa sebab isu komunisme adalah isu sensitif yang seluruh agama membencinya. Jadi tak ada tempat sedikitpun bagi ideologi komunis di NKRI. 

4. Fanatisme SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan). 

Fanatisme SARA memang bukan ideologi namun pemahaman yang menyimpang. Walau bukan ideologi namun efeknya juga besar. Fanatisme SARA juga sangat berbahaya bagi keutuhan NKRI. Jika setiap kelompok saling menghina satu sama lain atas nama agama, suku dan adat istiadat maka NKRI bisa pecah. Betapa NKRI ini didirikan atas dasar keberagamaan atau pluralitas jadi tak ada satupun yang boleh merasa lebih unggul dari kelompok yang lain. Semua elemen punya nilai kesetaraan. 


Yang muslim dan non-muslim punya hak dan kewajiban yang sama dalam bernegara. Suku Melayu tak lebih hebat dari suku Jawa. Pun suku Jawa tak boleh menghina suku minoritas yang lain. Semua adalah saudara sebangsa. Punya tanggung jawab yang sama untuk menjaga NKRI agar tidak ambruk. 

Sensitifitas SARA harus kita jaga agar NKRI tetap lestari. Jika ada oknum yang mencoba memantik isu SARA dengan menghina atau merendahkan sebuah suku maka jelas ini adalah pelanggaran dan telah menciderai kehidupan berbangsa. Tak perlu dicontoh. Namanya saja oknum. Abaikan. 

Demikian beberapa ideologi dan pemahaman berbahaya yang dapat merusak keutuhan NKRI. Jangan beri ruang sedikitpun agar negeri ini tetap berdiri kokoh. Jangan biarkan NKRI hancur. Jika tak sepakat dengan Pancasila, silakan hengkang dari NKRI. Selamat menjaga NKRI. Salam Islam Nusantara. Salam Indonesia Raya. 








Thursday, July 16, 2020

Apakah Islam Agama Perang?


Oleh Suryono Zakka

Ada sebagian kelompok menganggap bahwa Islam agama perang yakni agama yang mengajak pada pertumpahan darah. Pemahaman ini muncul dari kelompok diluar Islam atau Barat yang tidak memahami sepenuhnya ajaran Islam dan juga muncul dari kelompok internal umat Islam (kelompok radikal) yang gagal paham memahami konsep jihad.

Baik Barat maupun kelompok radikal memahami Islam sebagai agama perang dengan alasan didalam Al-Qur'an tercantum banyak ayat tentang jihad dan qital (perang) serta nabi Muhammad menyebarkan Islam dengan menghunus pedang bahkan nabi Muhammad memimpin banyak peperangan.

Pemahaman Barat dan kelompok radikal yang demikian tidaklah benar bahkan menyimpang dari pemahaman Islam yang sebenarnya. Islam adalah agama damai, agama keselamatan. Bukan agama perang. Bukan agama yang suka menghunus pedang. Bukan agama yang mengajak untuk membunuh dan menumpahkan darah.

Berikut saya uraikan bukti-bukti bahwa Islam adalah agama damai, bukan agama perang diantaranya:

1. Islam berarti damai, tenteram, selamat dan sejahtera.

Nama "Islam" secara bahasa terambil dari kata salam yang berarti perdamaian atau keselamatan. Bahkan dalam setiap pertemuan dan perpisahan, umat Islam diperintahkan untuk mengucapkan salam alias menebar perdamaian.

2. Porsi ayat perdamaian lebih banyak dari ayat perang.

Al-Qur'an memang membahas tentang perang dan jihad namun porsi ayat tentang perdamaian lebih banyak dari peperangan. Bahkan surganya umat Islam adaah darussalam yang berarti negeri yang damai. Munculnya ayat perang didahului oleh motif tertentu sehingga tidak muncul dari ruang hampa. Memahami ayat perang dan jihad diperlukan pemahaman tentang sosio-historis ayat (asbabun nuzul). Atau asbabul wurud dalam bidang hadits.

3. Rasulullah berperang untuk menyelamatkan eksistensi umat Islam.

Rasulullah memang memimpin banyak peperangan dalam rekaman sejarah. Namun peperangan rasulullah bukanlah alasan rasulullah gemar berperang namun dalam rangka menyelamatkam eksistensi umat Islam.

Rasulullah berperang dengan alasan karena umat Islam dimusuhi, terlebih saat umat Islam masih minoritas. Rasulullah berperang dalam rangka memberi pelajaran bagi para pengkhianat yang telah merusak perjanjian damai dengan umat Islam.

4. Rasulullah membuat piagam perdamaian yang disebut Piagam Madinah.

Piagam Madinah sebagai bukti bahwa tatkala umat Islam sudah menjadi mayoritas tidak akan menindas minoritas. Bahkan sebaliknya, ketika umat Islam masih minoritas, kerap ditindas oleh kaum musyrik, kaum munafik dan ahli kitab.

Piagam Madinah menyatukan elemen bangsa dalam satu kesatuan yakni negara Madinah yang didalamnya beragam agama dapat hidup secara berdampingan dan saling menghormati dengan semangat toleransi.

5. Rasulullah mengumandangkan salam perdamaian saat Fathu Makkah.

Jika kita membaca sejarah, betapa sadis dan bengisnya kebencian kaum musyrikan kepada umat Islam. Rasulullah dan umat Islam ditindas bertubi-tubi. Kepedihan dan penindasan yang kronis, akhirnya umat Islam hijrah ke Yatsrib. Saat Fathu Makkah (penaklukan kota Mekah), rasulullah dan umat Islam tidak membalas dendam kepada penduduk Mekah. Rasulullah memaafkan seluruh kebiadaban penduduk Mekah dahulu.

6. Islam Nusantara ala Wali Songo

Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad semakin kental dengan ajaran perdamaian jika kita mempelajari dakwah Wali Songo. Islam Nusantara yang didakwahkan dengan arif, bijak dan toleran meneladani dakwah nabi. Islam yang diperkenalkan oleh para wali dengan penuh kelembutan bukan barbarian.

Jika seandainya Islam itu dipahami sebagai ajaran perang dan pedang, tentu Islam tidak akan menjadi mayoritas. Kalaupun menjadi mayoritas, umat Islam di Indonesia pasti akan membabat habis kekompok minoritas non-muslim. Namun faktanya, minoritas di Indonesia masih terjaga dengan baik. Artinya, non-muslim bukanlah musuh namun saudara dalam kebangsaan.

Alhamdulillah. Mayoritas muslim di Nusantara adalah muslim sejati, muslim moderat yang mencontoh dakwah dan perilaku nabi. Bersikap toleran dan menikmati keberagaman. Berbeda dengan kelompok radikal yang mengaku muslim, minoritas namun suara paling lantang selalu mengajak perang. Memusuhi non-muslim bahkan sesama muslim dianggap kafir.

Jelaslah radikalisme bukanlah ajaran Islam. Jika ada yang mengaku muslim namun radikal, yakni gemar mengajak perang apalagi memusuhi negara, bahkan memusuhi sesama umat Islam hanya karena beda amaliyah sehingga teriak bid'ah sepanjang masa maka mereka bukanlah muslim yang benar melainkan oknum atau muslim abal-abal.

Sunday, June 28, 2020

Konsep Aswaja Perspektif NU


Setiap firqah (golongan) mengklaim sebagai Ahlussunnah Wal Jamaah. Baik NU, Muhammadiyah, FPI, Salafi-Wahabi maupun sekte atau Ormas lain sah-sah saja mengaku sebagai Aswaja dalam rangka untuk mencari pengikut.

Nadhlatul Ulama (NU) sebagai Ormas terbesar di Indonesia bahkan Ormas terbesar di dunia memiliki khashaish atau kekhususan dalam memahami Aswaja. Konsep Aswaja perspektif NU (baca: Aswaja An-Nahdliyah) ini untuk membedakan antara Aswaja yang dipahami NU dengan Aswaja yang dipahami oleh Ormas atau sekte diluar NU.

Adapun Aswaja dalam perspektif NU adalah:

1. Dalam bidang akidah, NU menganut konsep tauhid yang dipelopori oleh Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi.

2. Dalam bidang fikih, NU mengakomodasi salah satu madzhab empat yakni madzhab Maliki, madzhab Hanafi, madzhab Syafi'i dan madzhab Hambali.

3. Dalam bidang tasawuf, NU menganut tasawuf yang mu'tabar (lurus) sebagaimana yang dikonsepkan oleh imam Abu Hamid Al-Ghazali dan imam Abu Junaid Al-Baghdadi.

Ada kelompok yang menyamakan antara akidah NU dan FPI. Sama-sama berpaham akidah Asy'ari. Sama-sama mengakui empat madzhab dan mengakui tasawuf. Memang benar demikian. Konsep Aswaja NU sama persis dengan FPI. Walau sama persis, namun NU dan FPI memiliki perbedaan dalam hal metode dakwah dan pemahaman ideologi kebangsaan.

Metode dakwah NU memakai pendekatan dakwah persuatif sebagaimana yang diajarkan oleh Wali Songo dengan mengedepankan akhlak yakni cara damai dan santun. Sedangkan FPI, dakwahnya lebih bersifat represif yakni kekerasan sehingga wajar jika dakwah FPI kerap diwarnai kericuhan.

Dalam hal ideologi kebangsaan, NU menganggap NKRI sudah final dengan ideologi Pancasila sedangkan menurut FPI, NKRI perlu disempurnakan dengan ideologi syariah atau NKRI Bersyariah. Menurut FPI, Pancasila belum final.

Demikian konsep Aswaja perspektif NU yang harus kita ingat dan kita pahami. Masyarakat NU yang masih awam perlu dikenalkan konsep Aswaja An-Nahdliyah ini sehingga tidak terjebak dan tersesat dengan Aswaja non-NU (baca: Aswaja Al-Lainiyah). Dengan memegang teguh Aswaja yang telah diwariskan oleh ulama NU ini, insyaAllah kita akan selamat. 

Oleh Suryono Zakka, Aswaja Sumsel

Monday, June 15, 2020

Islam Tak Hanya Membahas Poligami


Oleh Suryono Zakka

Sepertinya tema poligami adalah bahasan yang menarik dimanapun berada. Ditempat ngopi hingga majelis pengajian. Bahasan yang disukai kaum Adam namun tidak sepenuhnya disukai kaum Hawa. Para ibu merasa ngeri-ngeri sedap jika mendengar kata poligami.

Mengingkari ayat poligami (termasuk ayat Al-Qur'an yang lain) adalah kekufuran namun tafsir ayat poligami selalu debatable (beragam tafsir). Ada yang memahami bahwa ruh dari ayat poligami pada dasarnya memiliki semangat monogami dan ada pula yang memahami secara tekstual sebagaimana ayat dan sisi historis bahwa rasulullah memang berpoligami.

Agaknya saya cenderung memahami bahwa ayat tentang poligami memiliki maqashid syariah (tujuan syariah) monogami. Ini bisa direkam dari sejarah hidup rasulullah bahwa beliau tidak menikah lagi kecuali saat sayyidah sudah wafat.

Menikahnya rasululah lebih dari satu istri adalah proses pembatasan hukum dimana saat masa jahiliyah, kepemilikan istri tidak dibatasi sehingga rasulullah memberikan batasan dengan menikahi beberapa wanita saja, kemudian Islam memberikan batasan untuk umatnya empat wanita.

Ditambah lagi syarat poligami yang sangat ketat dengan konsep keadilan. Dalam sejarahnya, rasulullah menikahi para wanita lansia yang memiliki anak sehingga beliau bisa menyantuni anak yatim. Kecuali sayyidah Aisyah, rasulullah menikahinya saat perawan diusia muda. Wanita cerdas sehingga mampu merekam segala aktifitas rumah tangga nabi. Sayyidah Aisyah satu-satunya wanita yang banyak mengkodifikasi hadits. Jelaslah pernikahan rasulullah dengan istri lebih dari satu bukan berarti beliau hiperseks. Tidak seperti yang dituduhkan kaum orientalis.

Ruh dari rumah tangga nabi yang monogami, diperkuat dengan pendapat Syaikh Wahbah Az-Zuhayli:

إن نظام وحدة الزوجة هو الأفضل وهو الغالب وهو الأصل شرعاً، وأما تعدد الزوجات فهو أمر نادر استثنائي وخلاف الأصل، لا يلجأ إليه إلا عند الحاجة الملحة، ولم توجبه الشريعة على أحد، بل ولم ترغب فيه، وإنما أباحته الشريعة لأسباب عامة وخاصة

“Monogami adalah sistem perkawinan paling utama. Sistem monogami ini lazim dan asal/pokok dalam syara’. Sedangkan poligami adalah sistem yang tidak lazim dan bersifat pengecualian. Sistem poligami menyalahi asal/pokok dalam syara’. Model poligami tidak bisa dijadikan tempat perlindungan (solusi) kecuali keperluan mendesak karenanya syariat Islam tidak mewajibkan bahkan tidak menganjurkan siapapun untuk melakukan poligami. Syariat Islam hanya membolehkan praktik poligami dengan sebab-sebab umum dan sebab khusus,” (Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, Beirut, Darul Fikr, cetakan kedua, 1985 M/1405 H, juz 7, halaman 169).

Keluarga ideal yang paling fundamental adalah monogami sehingga poligami bukanlah tujuan syariah yang pokok, sebagaimana pendapat Syeikh Khudhari Beik:

وليس تعدد الزوجات من الشعائر الأساسية التي لا بد منها في نظر الشارع الإسلامي بل هو من المباحات التي يرجع أمرها إلى المكلف إن شاء فعل وإن شاء ترك ما لم يتعد حدود الله 

Poligami bukan bagian dari syiar prinsipil yang harus dipraktikkan dalam pandangan Allah dan Rasulullah sebagai pembuat syariat Islam. Poligami bagian dari mubah yang pertimbangannya berpulang kepada individu mukallaf. Jika seseorang mau, ia dapat berpoligami. Jika ia memilih monogami, dia boleh mengabaikan poligami sejauh tidak melewati batas,” (Tarikhut Tasyri‘ Al-Islami, [Beirut, Darul Fikr: 1995 M/1415 H], halaman 43).

Jelaslah bahwa keluarga ideal adalah monogami sedangkan poligami hanyalah kebolehan dengan syarat-syarat yang ketat, bukan tujuan ideal dalam berkeluarga.

Pemahaman ini kontras dengan apa yang dipahami oleh kelompok muslim pendatang baru yang muncul saat ini. Dimana mereka memahami Islam seolah melulu syahwat dan selangkangan. Poligami tidak lagi hanya dipahami sebatas kebolehan, namun menjadi kebutuhan sehingga perlu adanya pelatihan bagaimana cara cepat memperoleh istri empat. Luar biasa. Bagaimana caranya ya?

Islam tak sebatas urusan selangkangan. Begitulah yang saya pahami. Berbeda dengan kaum pendatang baru yang mendadak hijrah, menjadi muslim kaffah syaratnya poligami, sehingga poligami menjadi kebutuhan. Hingga para akhwatpun bergentayangan, terus menerus menaklukkan hati para kaum pria beristri.

Apakah ini tanda rusaknya konsep agama sehingga agama tak lagi sakral karena dipahami sebatas syahwat, ataukah tanda kegembiraan para kaum pria karena akan mendapatkan jatah istri lebih dari satu. Bagaimana menurut Anda? Apa tetap istiqamah dengan satu istri sebagaimana pendapat saya ataukah perlu segera nambah? Para istri, apakah sudah siap dipoligami dan para suami, sudah siapkah tambah istri?







Friday, June 12, 2020

Menjawab Tuduhan Wahabi terjadap Tasawuf dan Kaum Sufi


Oleh Suryono Zakka

Wahabi sangat anti dengan tasawuf. Karena kebenciannya pada tasawuf, Wahabi menyamakan praktik tasawuf kaum sufi sama dengan kaum Syiah. Dalam banyak video maupun tulisan, Wahabi menyerang tasawuf dengan melancarkan tuduhan-tuduhan membabi buta.

Berikut beberapa tuduhan Wahabi tentang tasawuf dan praktik kaum sufi yang sering mereka lontarkan sekaligus saya beri jawaban agar Wahabi paham.

1. Praktif tasawuf sesat karena dimasa Rasulullah belum ada praktik tasawuf kaum sufi.

jawab: Dimasa Rasulullah sudah ada kaum sufi yang disebut ahlussuffah. Diantaranya adalah Abu Hurairah. Ahlussuffah mulanya adalah kaum Muhajirin yang ikut hijrah ke Madinah yang kemudian hidup disekitar masjid Nabawi. Mereka lebih konsentrasi ibadah dan taqarrub ilallah.

Walaupun istilaf tasawuf, sufi dan tarekat belum populer dimasa rasulullah atau tasawuf belum menjadi ilmu pengetahuan, namun secara praktif telah dilakukan oleh rasulullah. Sikap-sikap mulia nabi seperti zuhud, sabar, wara', istiqamah, tawakkal, uzlah dan sebagainya adalah sikap-sikap yang dipraktikkan kaum sufi. Itu artinya tasawuf sinergis dengan ajaran Islam.

2. Sufi terpecah dalam banyak kelompok.

Jawab: Banyaknya kelompok tarekat kaum sufi bukan berarti pecah justru menambah keanekaragaman bentuk dzikir. Walau berbeda-beda macam dzikir maupun wirid (jamak: aurad) namun memiliki tujuan yang sama yakni memperbanyak mengingat Allah. Aliran sufi seluruh dunia tergabung di NU dalam perkumpulan Jatman (Jam'iyyah Ahlutthariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah). Diketuai oleh Habibana Habib Luthfi bin Yahya.

2. Kaum Sufi Berdoa kepada selain Allah sehingga biang kemusyrikan.

Jawab: Sufi bukan berdoa kepada selain Allah tapi tawasul pada wali dan orang shalih. Menurut Aswaja, tawasul dibolehkan baik pada orang yang masih hidup maupun sudah wafat.

Berikuat dalil tawasul:

عَلَّمَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيْقَ t أَنْ يَقُوْلَ اللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِمُحَمَّدٍ نَبِيِّكَ وَإِبْرَاهِيْمَ خَلِيْلِكَ وَمُوْسٰى نَجِيِّكَ وَعِيْسٰى كَلِمَتِكَ وَرُوْحِكَ وَبِتَوْرَاةِ مُوْسٰى وَإِنْجِيْلِ عِيْسٰى وَزَبُوْرِ دَاوُدَ وَفُرْقَانِ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَعَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ ..... الْحَدِيْثَ

“Rasulullah mengajarkan doa kepada Abu Bakar al-Shiddiq: Ya Allah. Saya meminta kepada-Mu dengan Muhammad Nabi-Mu, Ibrahim kekasih-Mu, Musa yang Engkau selamatkan, Isa kalimat dan yang Engkau tiupkan ruh-Mu, dan dengan Taurat Musa, Injil Isa, Zabur Dawud dan al-Quran Muhammad. Semoga Allah memberi shalawat dan salam kepada semuanya….”. (HR. Ibnu Hibban)

أَللهُ الَّذِيْ يُحْيِىْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ لَا يَمُوْتُ اِغْفِرْ لِأُمِّيْ فَاطِمَةَ بِنْتِ أَسَدٍ وَلَقِّنْهَا حُجَّتَهَا وَوَسِّعْ عَلَيْهَا مَدْخَلَهَا بِحَقِّ نَبِيِّكَ وَالْأَنْبِيَاءِ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِيْ فَإِنَّكَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ )رواه الطبراني وابو نعيم فى حلية الأولياء عن انس)
“Allah yang menghidupkan dan mematikan. Allah maha hidup, tidak akan mati. Ampunilah ibuku, Fatimah binti Asad, tuntunlah hujjahnya dan lapangkan kuburnya, dengan haq Nabi-Mu dan para Nabi sebelumku. Sesungguhnya Engkau dzat yang paling mengasihi”. (HR al-Thabrani dan Abu Nuaim dari Anas).

3. Wali Abdal dan wali qutub sesat karena dipuja.

Jawab: Wali Abdal dan Wali qutub tidak sesat. Wali (jamak: auliya') adalah manusia suci yang punya keistimewaan disisi Allah. Warga Nahdliyin sering berziarah atau nyarkub kemakam para wali dalam rangka tabarruk (mengambil berkah) bukan meminta atau menyembah mereka.

أَلَآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q. S Yunus 62)

4. Paham Wahdatul Wujud sesat karena menganggap manusia bisa menyatu dengan Allah.

Jawab: Wahdatul wujud konsep Ibnu Arabi bukan bersatunya Tuhan dan manusia dalam bentuk fisik melainkan sifat manusia melebur dalam sifat kasih sayang Allah. Emanasi (pancaran) yakni menyerap sifat-sifat rahman dan rahimnya Allah. Sehingga para sufi sangat lembut hatinya, menebar kasing sayang dan rahmat, penebar damai dan cinta, perkataannya mengandung hikmah karena selalu menerima pancaran kasih sayang Allah.

Kalaupun konsep Wahdatul Wujud sebagaimana yang diajarkan oleh Ibnu Arabi dianggap sesat, praktik tasawuf dan tarekat kaum sufi ala NU yang dipakai adalah tasawuf Imam Ghazali yakni tasawuf yang tidak meninggalkan syariat bukan tasawufnya Ibnu Arabi. Tasawuf Al-Ghazali adalah tasawuf yang menyeimbangkan antara dunia dan akhirat.

5. Dzikir suara keras dan memakai tarian adalah sesat.

Jawab: Dzikir pakai gerakan atau tarian ala sufi tidak sesat karena dzikir bisa dilakukan dalam berbagai keadaan.

ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ali Imran 191-192).

6. Ilmu ladunni adalah ilmu sesat.

Jawab: Ilmu ladunni ada dalilnya dalam Al-Qur'an.

فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا

Lalu mereka (Musa dan pembantunya) bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami (Khidir) yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. (Q. S Al-Kahfi: 62)

7. Allah menciptakan Nabi Muhammad dari Cahaya tidak ada dalilnya.

Jawab: Ada dalilnya tentang Nabi Muhammad dicipta dari cahaya.

Tentang Nur Muhammad, Kitab Al-Barzanji menyebutkan:

أصلي وأسلم على النور الموصوف بالتقدم والأوليه

“Aku mengucap shalawat dan salam untuk cahaya yang bersifat terdahulu dan awal” (Lihat As-Sayyid Ja‘far Al-Barzanji, Qashidah Al-Barzanji pada Hamisy Madarijus Shu‘ud ila Iktisa’il Burud, [Surabaya, Syirkah Ahmad bin Sa‘ad bin Nabhan wa Auladuh: tanpa catatan tahun], halaman 4).

Imam Nawawi Al-Bantani menjelaskan:

قوله (أصلي) أي أطلب صلاة الله أي رحمته (وأسلم) أي أطلب سلام الله أي تحيته (على) صاحب (النور الموصوف بالتقدم) على كل مخلوق (والأوليه) أي كونه أولا بالنسبة لسائر المخلوقات

“(Aku mengucap shalawat) aku memohon shalawatullah, yaitu rahmat Allah (dan) aku memohon (salam) Allah, yaitu penghormatan-Nya (untuk) yang empunya (cahaya yang bersifat terdahulu) sebelum segala makhluk (dan awal) yang entitasnya lebih awal dalam kaitannya dengan semua makhluk,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Madarijus Shu‘ud ila Iktisa’il Burud, [Surabaya, Syirkah Ahmad bin Sa‘ad bin Nabhan wa Auladuh: tanpa catatan tahun], halaman 4).

Syekh Nawawi Banten juga membawa hadits riwayat Jabir yang menjadi salah satu dasar konsep Nur Muhammad di samping beberapa riwayat hadits lainnya.

كما في حديث جابر أنه سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن أول ما خلقه الله تعالى قال إن الله خلق قبل الأشياء نور نبيك فجعل ذلك النور يدور بالقدرة حيث شاء الله ولم يكن في ذلك الوقت لوح ولا قلم ولا جنة ولا نار ولا ملك ولا إنس ولا جن ولا أرض ولا سماء ولا شمس ولا قمر وعلى هذا فالنور جوهر لا عرض

“Sebagaimana tersebut dalam hadits riwayat sahabat Jabir RA bahwa ketika ditanya perihal makhluk pertama yang diciptakan Allah, Rasulullah SAW menjawab, ‘Sungguh, Allah menciptakan nur nabimu sebelum segala sesuatu.’ Allah menjadikan nur itu beredar dengan kuasa Allah sesuai kehendak-Nya. Saat itu belum ada lauh, qalam, surga, neraka, malaikat, manusia, jin, bumi, langit, matahari, dan bulan. Atas dasar ini, nur itu adalah substansi, bukan aksiden,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Madarijus Shu‘ud ila Iktisa’il Burud, [Surabaya, Syirkah Ahmad bin Sa‘ad bin Nabhan wa Auladuh: tanpa catatan tahun], halaman 4).

8. Tingkatan tarekat tidak terikat syariat sehingga menyesatkan.

Jawab: Tingkatan tarekat tasawuf seperti tariqah, ma'rifah dan haqiqah hanya sebagai penanda maqam (derajat) para salik (penempuh jalan sufi) sesuai dengan tingkatan kedekatan pada Allah. Semua sufi terikat dengan syariat sehingga mereka tetap melaksanakan syariat Islam.

Jika ada yang mengaku sufi tapi meninggalkan syariat maka disebut sufi gadungan alias sufi palsu yakni sufi yang bertujuan merusak maqam tasawuf atau hanya tuduhan belaka dari Wahabi karena ingin membumihanguskan praktik tasawuf.

Sunday, June 7, 2020

Kesesatan Jargon Kembali pada Al-Qur'an dan Sunnah


Kelompok Wahabi paling getol mengkampanyekan jargon kembali pada Al-Qur'an dan sunnah. Disetiap pengajiannya selalu didengungkan "ayo kita kembali pada Al-Qur'an dan sunnah".

Kalimat yang terus menerus mereka ulang diantaranya: "tidak usah pakai madzhab karena madzhab penyebab perpecahan umat", "kita kembali pada ajaran Islam yang murni sesuai ajaran rasulullah dan sahabat". Begitulah jargon-jargon Wahabi.

Bagi masyarakat awam, jargon semacam itu tampaknya indah dan bagus. Simpel dan tidak perlu bertele-tele pakai imam madzhab. Lebih pure (murni) dan ori (asli). Bagi kalangan yang paham agama terutama ulama NU jargon semacam itu sungguh sesat dan menyesatkan untuk tidak mengatakan kacau balau. Memahami agama tak sesimpel itu.

Bagaimana mungkin memahami Islam langsung memakai Al-Qur'an dan sunnah tanpa tafsir dari ulama? Tanpa mengetahui asbabun nuzul, nasikh-mansukh, muhkam-mutasyabihat, makkiyyah-madaniyah, ayat 'am dan khash dan perangkat lain ilmu tentang Al-Qur'an. Sungguh bohong jika bisa memahami Al-Qur'an dan sunnah tanpa memerlukan bantuan ulama tafsir dan ulama hadits. Tanpa memakai pendapat imam madzhab, mustahil bisa ibadah dengan benar.

Tidak pernah hidup dengan nabi, tidak pernah berinteraksi dengan sahabat kok langsung mau menafsirkan Al-Qur'an dan sunnah? Para sahabat saja yang jelas-jelas hidup bersama rasulullah tidak semuanya ahli Al-Qur'an dan tidak semuanya ahli hadits. Lha ini kok ada umat akhir zaman yang hidup 1400 tahun setelah rasulullah langsung mau menafsirkan Al-Qur'an dan sunnah dengan otaknya. Sungguh pekok kuadrat.

Lantas apa maksud tersembunyi dari jargon Wahabi mengajak kembali pada Al-Qur'an dan hadits? Kita harus paham bahwa jargon ini bukan jargon biasa melainkan jargon menipu alias taqiyah ala Wahabi. Bagi kalangan awam yang tidak pernah nyantri tentu akan tertipu dengan jargon ini. Tipuan muslihat kaum Wahabi yang sasarannya adalah kaum remaja milenial.

Misi Wahabi dari jargon ini adalah untuk menjauhkan umat dari ulama. Menjauhkan umat dari ulama Aswaja yang ilmunya lurus, bersanad sampai kerasulullah. Dengan jauhnya umat dari ulama, maka umat akan masuk perangkap Wahabi berikutnya. Apa perangkap Wahabi selanjutnya?

Wahabi bertujuan mempromosikan ulama versi mereka. Itulah yang disebut ulama Wahabi. Agar umat mengukuti ulama yang direkomendasikan oleh pengikut Wahabi. Antek-antek Wahabi ini terus menerus merekomendasikan ulama mereka kepada masyarakat awam yang mereka anggap ulama lurus melebihi ulama madzhab dan ulama tafsir.

Tokoh-tokoh Wahabi yang kerap dikutip dan dishare oleh bolo-bolo Wahabi tidak jauh dari beberapa tokoh ini, diantaranya Muhammad bin Abdul Wahab (pendiri Wahabi), Albani (tokoh hadits versi Wahabi), bin Baz dan Shalih Utsaimin (ahli fatwa versi Wahabi) dan Ibnu Taimiyah (teolog yang dianut Wahabi).

Itulah inkonsistensi Wahabi. Mengajak kembali pada Al-Qur'an dan sunnah, mengajak anti madzhab kemudian mengajak ikut tokoh-tokoh versi mereka. Jadi pada dasarnya, Wahabi itu mengajak anti madzhab empat tapi mengajak ikut madzhab versi mereka yakni pola pikir dan ideologi Wahabi. Walaupun mereka mengaku anti madzhab namun hakikatnya mereka juga bermadzhab yakni madzhab Wahabi.

Semoga kita semua bisa memahami tipu muslihat Wahabi ini sehingga tidak tersesat yang akhirnya gabung bersama Wahabi. Cara selamat adalah nderek dan selalu ikut dawuh ulama NU.

Oleh Suryono Zakka, Aswaja Sumsel

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...