Showing posts with label Khutbah. Show all posts
Showing posts with label Khutbah. Show all posts

Thursday, August 20, 2020

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita


Khutbah 1


اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ اللَّيْلِ عَلَى النَّهَارْ، تَذْكِرَةً لِأُولِى الْقُلُوْبِ وَالْأَبْصَارْ، وَتَبْصِرَةً لِّذَوِي الْأَلْبَابِ وَالْاِعْتِبَارْ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِٰلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهْ الْمَلِكُ الْغَفَّارْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ  سَيِّدُ الْخَلاَئِقِ وَالْبَشَرْ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأٰلِهِ وَصَحْبِهِ الْأَطْهَارْ. أَمَّا بَعْدُ.   فَيَآأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ فِيْ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ،  بِسْمِ ٱللّٰهِ ٱلرَّحْمٰنِ ٱلرَّحِيمِ .    إِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوا وَجَٰهَدُوا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ أُولَٓئِكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللهِۚ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ


Jamaah shalat jum'at yang dirahmati Allah.  Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat, nikmat, inayat dan berkat untuk kita semua. Nikmat yang tak pernah bisa kita hitung. Diantaranya nikmat sehat dan nikmat panjang umur sehingga kita masih bertemu dengan bulan yang sangat mulia yakni bulan Muharram sebagai tahun baru hijriyah 1442. Marilah dengan nikmat yang sangat besar ini, kita gunakan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt. Tunduk dan patuh melaksanakan perintah Allah dan sunnah rasul-Nya.


Jamaah shalat jum'at yang diberkahi Allah


Bulan Muharram adalah bulan evaluasi. Bulan dimana kita diharuskan untuk mengoreksi dan memperbaiki kualitas hidup dan kualitas ibadah kita. Bulan dimana kita sering mendengar ajakan untuk hijrah, yakni meninggalkan perkara yang buruk dan melakukan perkara yang baik atau merawat perbuatan baik secara istiqamah. 


Bulan Muharram juga sebagai sarana untuk mengevaluasi adat dan tradisi-tradisi kita apakah sudah sesuai dengan ajaran agama ataukah malah bertentangan dengan ajaran agama. Jika adat yang kita lakukan sesuai dengan ajaran agama atau bahkan sangat dianjurkan oleh agama maka pertahankan atau istiqamahkan, jika kita selama ini belum melakukan atau belum turut maka segeralah untuk memgikutinya namun jika adat yang selama ini bertentangan dengan agama atau mengganggu hubungan sosial dan ketenteraman maka segeralah untuk ditinggalkan. Adat yang buruk bukan saja merugikan diri sendiri atau orang lain namun juga ada konsekuensi diakhirat kelak. 


Ajakan untuk mempertahankan tradisi yang baik dan meninggalkan tradisi, adat atau kebiasaan yang buruk ini telah disabdakan oleh nabi:


مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً، فَلَهُ أَجْرُهَا، وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ   


“Barangsiapa yang membuat sunnah hasanah (tradisi yang baik) dalam Islam maka dia akan memperoleh pahala dan pahala orang yang mengikutinya, dengan tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang membuat sunnah sayyi’ah (tradisi yang buruk) dalam Islam maka ia akan mendapatkan dosa dan dosa orang yang mengikutinya, dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun” (HR Muslim).

 

Islam juga melarang kita untuk mencampuradukkan antara tradisi yang baik dengan tradisi yang buruk. Jika dicampur aduk maka yang ada hanyalah keburukan. Diibaratkan air susu satu teko ditambah dengan racun satu sendok. Larangan mencampuradukkan hal yang baik dan buruk sebagaimana firman Allah:


وَلَا تَلۡبِسُواْ ٱلۡحَقَّ بِٱلۡبَـٰطِلِ وَتَكۡتُمُواْ ٱلۡحَقَّ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ


“Janganlah kalian campur-adukkan antara kebenaran dan kebatilan, dan kalian sembunyikan yang benar padahal kamu mengetahuinya”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 42).


Islam juga melarang kita untuk saling tolong menolong dosa dan permusuhan karena Islam hanya menyuruh kita untuk tolong menolong dalam kebaikan dan takwa. Islam menyuruh kita tolong menolong dalam hal kebaikan untuk meningkatkan ibadah, meningkatkan amal dan ketakwaan. 


يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُحِلُّوا شَعٰٓئِرَ اللَّهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْىَ وَلَا الْقَلٰٓئِدَ وَلَآ ءَآمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرِضْوٰنًا  ۚ  وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا  ۚ  وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَئَانُ قَوْمٍ أَنْ صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَنْ تَعْتَدُوا  ۘ  وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰى  ۖ  وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوٰنِ  ۚ  وَاتَّقُوا اللَّهَ  ۖ  إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ


Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar kesucian Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban), dan Qalaid (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia dan keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya.

[QS. Al-Ma'idah: Ayat 2]


Dengan semangat Muharram ini, marilah kita gunakan sisa hidup kita dengan hal yang bermanfaat. Segera kita tinggalkan tradisi dan kebiasaan-kebiasaan yang buruk walau tentunya meninggalkan tradisi yang buruk sangat sulit karena telah mengakar dalam hidup kita. Perlunya bagi kita untuk menciptakan atau mengikuti tradisi-tradisi yang baik yang ada dilingkungan kita sehingga kita bisa lebih dekat kepada Allah swt. Mendatangi majelis-majelis atau forum yang mengajak kita untuk semangat ibadah, semangat dalam berbuat kebaikan. Kita lindungi keluarga kita dari berbagai fitnah akhir zaman, kerusakan dan perpecahan sehingga kita bersama dengan keluarga kita bukan hanya didunia namun juga bahagia bersama diakhirat kelak. 


وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمٰنٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ أَلَتْنٰهُمْ مِّنْ عَمَلِهِمْ مِّنْ شَىْءٍ  ۚ  كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ


Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.

[QS. At-Tur: Ayat 21]


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلُقْرءَانِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بمَا  فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


Khutbah II


   نَحْمَدُ اللهَ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ، وَنَعُوْذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِنَا. أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِٰلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.  اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةْ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ النَّهْضَةْ . أَمَّا بَعْدُ. أَيُّهَا النَّاسُ! أُوْصِيْكُمْ بتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.   فَقَالَ تَعَالَى مُخْبِرًا وَأٰمِرًا: إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.   اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ  وَبَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا إِبْراهَيْمَ فِي الْعٰلَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، بِرَحْمَتِكَ يَآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


  اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمْؤُمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ الْحاَجاَتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الِإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ الِإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ. رَبَّنَا أتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّءْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا. رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا. رَبَّنَا أتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ.   عِبَادَ اللهْ! إِنَّ اللهَ يَعْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاۤءِ ذِي اْلقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ اْلفَخْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ،  فَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمٍ يَّزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْا مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.









Friday, March 27, 2020

Khutbah Jum'at: Amalan Bulan Sya'ban


Oleh Suryono Zakka

Khutbah 1

اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ اللَّيْلِ عَلَى النَّهَارْ، تَذْكِرَةً لِأُولِى الْقُلُوْبِ وَالْأَبْصَارْ، وَتَبْصِرَةً لِّذَوِي الْأَلْبَابِ وَالْإِعْتِبَارْ. أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِٰلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ  سَيِّدُ الْخَلاَئِقِ وَالْبَشَرْ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ  نُوْرِ الْأَنْوَارْ، وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ الْأَطْهَارْ. أَمَّا بَعْدُ فَيَآأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ  أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَتُوبُوْا إِلَى اللهِ جَمِيْعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Jamaah shalat Jum'at masjid Syuhada yang dirahmati Allah

Puji syukur kita panjatkan pada Allah swt. Karena limpahan karunia-Nya yang begitu banyak sehingga pada siang hari ini kita bisa menunaikan shalat Jum'at dalam keadaan sehat wal afiat. Disaat tempat yang lain tidak dapat dilaksanakan shalat Jum'at karena mewabahnya virus Corona atau Covid 19. Ada daerah yang zona merah sehingga masjid ditutup untuk sementara waktu sehingga ditiadakan shalat jum'at dan shalat berjamaah. Ada yang zona kuning dimana jamaah yang terinfeksi virus Corona dilarang atau diharamkan mendatangi masjid atau ikut shalat berjamaah karena dikhawatirkan membawa penularan virus. Dan alhamdulillah didesa kita Srimulyo masih dalam zona hijau sehingga shalat jum'at masih diwajibkan dan shalat berjamaah masih dapat diselenggarakan. Semoga desa kita khususnya selalu dilindungi oleh Allah dari berbagai bala dan bencana dan umumnya negara kita dapat kuat menanggung ujian Allah ini sehingga dapat segera pulih kembali kondisinya setelah vakum dari banyak aktivitas diberbagai bidang. Hendaknya kita patuhi semua peraturan dari pemerintahan kita dan juga melakukan amaliyah atau membaca do'a-doa keselamatan dari penyakit dan bencana yang telah diajarkan oleh rasulullah, sahabat atau ulama pendahulu kita. Kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita agar selamat dari berbagai macam fitnah dunia dan dapat menemui Allah dalam keadaan husnul khatimah.

Jamaah shalat Jum'at rahimakumullah

Tak terasa kita telah memasuki bulan Sya'ban. Rasanya baru kemarin kita memperingati isra' mi'raj. Ini pertanda bahwa ramadhan juga akan segera datang. Bulan Sya’ban merupakan bulan penuh keberkahan yang terletak antara dua bulan mulia yakni bulan Rajab dan bulan Ramadan. Bulan yang berada dalam urutan ke-8 di kalender Hijriyah ini seakan dilalaikan oleh umat Islam karena telah terlena akan indahnya bulan Rajab dan keistimewaan bulan Ramadan yang selalu dinantikan.

Terdapat peristiwa dibalik pemberian nama “Sya’ban” itu sendiri, salah satunya yaitu dijelaskan oleh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani dalam kitab Fathul-Bari Bab Shaumi Sya’ban yakni, “Dinamakan Sya’ban karena mereka berpencar-pencar mencari air atau di dalam gua-gua setelah bulan Rajab.

Dijelaskan pula dalam kitab Lathoif Al Ma’arif  mengenai bulan Sya’ban bahwa Abu Bakr Al-Balkhi rahimahullah pernah mengatakan:

مَثَلُ شَهْرِ رَجَبٍ كَالرِّيْحِ، وَمَثُل شَعْبَانَ مَثَلُ الْغَيْمِ، وَمَثَلُ رَمَضَانَ مَثَلُ اْلمطَرِ، وَمَنْ لَمْ يَزْرَعْ وَيَغْرِسْ فِيْ رَجَبٍ، وَلَمْ يَسْقِ فِيْ شَعْبَانَ فَكَيْفَ يُرِيْدُ أَنْ يَحْصِدَ فِيْ رَمَضَانَ

“Perumpamaan bulan Rajab adalah seperti angin, bulan Sya’ban seperti awan yang membawa hujan dan bulan Ramadan seperti hujan. Barang siapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiraminya di bulan Sya’ban bagamana mungkin dia memanen hasilnya di bulan Ramadhan.”

Selain memiliki beberapa keutamaan, terdapat beberapa peristiwa penting pada bulan Sya’ban salah satunya yakni peristiwa dipindahkannya kiblat ke Yerussalem.

Allah berfirman:

قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ ۗ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”.(QS. Al-Baqarah:144).

Selain perpindahan kiblat, di bulan Sya’ban juga masyhur perihal peristiwa diturunkannya ayat Al Quran yang berupa anjuran bershalawat untuk Nabi Muhammad SAW, yaitu Surah Al-Ahzab ayat 56 yang berbunyi:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sungguh Allah dan para malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Selain memiliki berbagai keutamaan, terdapat beberapa amalan-amalan yang dapat dilakukan di bulan yang penuh berkah nan mulia ini di antaranya yaitu:

Puasa sunnah bulan Sya’ban

Di bulan yang penuh rahmat, keberkahan, dan termasuk salah satu bulan haram  ini Rasulullah memperbanyak melakukan ibadah puasa sebagai bentuk persiapan menghadapi bulan nan mulia yakni bulan Ramadan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Usamah bin Zaid, beliau berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya selain di bulan Sya’ban.” Rasulullah bersabda:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An Nasa’i)

Memperbanyak tadarus Al Quran

Memuliakan Al Quran dengan memperbanyak berinteraksi dan mentadabburi kandungannya menimbulkan ketenangan tersendiri dalam hati umat Muslim. Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad dalam buku beliau Oase Al Quran menjelaskan bahwa wahyu Qurani adalah cahaya bagi manusia. Tanpa wahyu, manusia dalam kegelapan. Mereka yang hidup bersama Al Quran adalah mereka yang menaburi dirinya dengan cahaya Al Quran dan menyinari orang lain dengan cahayanya. Memperbanyak membaca Al Quran di bulan Sya’ban yang penuh keberkahan ini merupakan keistimewaan tersendiri yang menimbulkan ketenangan hati dan pikiran karena seseorang yang banyak berinteraksi dengan Al Quran tentu akan mendapatkan ketentraman hati yang selalu dinaungi Al Quran. Salamah bin Kuhail rahimahullah mengatakan:

 كَانَ يُقَالُ شَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ الْقُرَّاءِ

yang berarti “Dulu dikatakan bahwa bulan Sya’ban adalah bulan para qurra’ (pembaca Al Quran)”.

Menghidupkan malam Nisfu Sya’ban

Tradisi turun temurun yang lazim dilakukan dan mengakar kuat di kalangan umat Islam Nusantara pada malam pertengahan bulan Sya’ban yaitu membaca Surah Yasin sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan membaca doa. Rasulullah SAW menyatakan anjuran menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dalam sebuah hadits sebagaimana diriwayatkan oleh Ad-Dailami, Imam ‘Asakir, dan Al-Baihaqy sebagai berikut:

‎خَمْسُ لَيَالٍ لَا تُرَدُّ فِيْهِنَّ الدَّعْوَةُ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبَ وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَلَيْلَةُ الجُمْعَةِ وَلَيْلَتَيِ العِيْدَيْنِ

“Ada 5 malam di mana doa tidak tertolak pada malam-malam tersebut, yaitu malam pertama bulan Rajab, malam Nisfu Sya‘ban, malam Jumat, malam Idul Fitri, dan malam Idul Adha.”

Melakukan amalan-amalan sholih

Selain melaksanakan puasa dan membaca Al Quran, dianjurkan pula melakukan amalan-amalan sholeh di bulan Sya’ban agar lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta sehingga manusia merasakan nikmatnya dekat dengan Allah SWT.

Dalam kitab Maadza Fii Sya’ban karya Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas Al-Maliki dijelaskan:

“Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahumullah mengatakan, ‘Kami menerima riwayat dengan sanad dhaif dari Anas RA yang mengatakan bahwa ketika masuk bulan Sya‘ban umat Islam tertunduk pada mushaf Al Quran. Mereka menyibukkan diri dengan tadarus dan mengeluarkan harta mereka untuk membantu kelompok dhuafa dan orang-orang miskin dalam menyongsong bulan Ramadan.”

Khutbah 2

ْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا   أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Thursday, February 13, 2020

Cara Nabi Menanggulangi Virus Mematikan


Oleh Suryono Zakka

Khutbah 1

الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.

Jamaah shalat Jum'at yang dimuliakan Allah

Marilah kita senantiasa menumbuhkan keimanan dan ketakwaan kita sehingga hidup kita senantiasa diliputi dengan iman. Menjaga iman baik dalam keadaan sendiri maupun ramai. Dalam keadaan lapang maupun sempit. Dalam keadaan hidup hingga mati. Menjagaa ketakwaan dengan menumbuhkan amal shalih, amal yang ikhlas. Amal yang semata-mata mengharap ridha Allah.

Jamaah kaum muslimin rahimakumullah

Virus Corona atau corona virus, yang dikenal juga dengan 2019-nCoV, kini menjadi masalah kesehatan dunia. Sama seperti negara lain, Indonesia siap menghadapi sebaran coronavirus yang bisa menyebabkan kematian. Apalagi sejumlah daerah mengumumkan adanya suspect yang sedang dirawat di ruang isolasi.

Wabah penyakit terjadi juga di zaman Rasulullah SAW meski bukan virus corona. Wabah tersebut salah satunya kusta yang menular dan mematikan sebelum diketahui obatnya. Nabi memerintahkan tidak dekat-dekat atau melihat orang yang mengalami lepra atau leprosy.
‏ لاَ تُدِيمُوا النَّظَرَ إِلَى الْمَجْذُومِينَ‏

Artinya: "Jangan kamu terus menerus melihat orang yang menghidap penyakit kusta." (HR Bukhori)

Bakteri penyebab kusta ternyata mudah menular antar manusia. Nabi Muhammad SAW juga pernah memperingatkan umatnya jangan berada dekat wilayah yang sedang terkena wabah.

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا

Artinya: "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari)

Hadist ini mirip metode karantina yang kini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit. Selain kusta, Nabi Muhammad SAW juga pernah menghadapi wabah di masa hijrah ke Madinah. Saat itu situasi Madinah dikatakan sangat buruk dengan air yang keruh dan penuh wabah penyakit

Menghadapi situasi tersebut, Nabi Muhammad SAW meminta pengikutnya untuk sabar sambil berharap pertolongan dari Allah SWT. Seperti diceritakan Aisyah, mereka yang bersabar dijanjikan syahid.

Dalam hadist juga disebutkan janji surga dan pahala bagi yang bersabar saat menghadapi wabah penyakit.

‏ الطَّاعُونُ شَهَادَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ

Artinya: "Kematian karena wabah adalah surga bagi tiap muslim (yang meninggal karenanya). (HR Bukhori)

Selain di masa Rasulullah, kisah wabah penyakit juga ada di masa khalifah Umar bin Khattab. Dalam hadist diceritakan, Umar sedang dalam perjalanan menuju Syam saat kabar wabah penyakit diterimanya dalam perjalanan.

Hadist yang dinarasikan Abdullah bin 'Amir mengatakan, Umar kemudian tidak melanjutkan perjalanan.

أَنَّ عُمَرَ، خَرَجَ إِلَى الشَّأْمِ، فَلَمَّا كَانَ بِسَرْغَ بَلَغَهُ أَنَّ الْوَبَاءَ قَدْ وَقَعَ بِالشَّأْمِ، فَأَخْبَرَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏ "‏ إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَقْدَمُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ ‏"‏‏

Artinya: Umar sedang dalam perjalanan menuju Syam, saat sampai di wilayah bernama Sargh. Saat itu Umar mendapat kabar adanya wabah di wilayah Syam. Abdurrahman bin Auf kemudian mengatakan pada Umar jika Nabi Muhammad SAW pernah berkata, "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhori).

Dalam hadist yang juga diceritakan Abdullah bin Abbas dan diriwayatkan Imam Malik bin Anas, keputusan Umar sempat disangsikan Abu Ubaidah bin Jarrah. Dia adalah pemimpin rombongan yang dibawa Khalifah Umar.

Menurut Abu Ubaidah, Umar tak seharusnya kembali karena bertentangan dengan perintah Allah SWT. Umar menjawab dia tidak melarikan diri dari ketentuan Allah SWT, namun menuju ketentuanNya yang lain. Jawaban Abdurrahman bin Auf ikut menguatkan keputusan khalifah tidak melanjutkan perjalanan karena wabah penyakit.

Wabah penyakit sejatinya tidak pernah diharapkan muncul hingga mengakibatkan kekhawatiran. Namun selalu ada alasan yang mengakibatkan wabah penyakit muncul dengan dampak yang tidak bisa diperkirakan.

Menghadapi kondisi ini, ada baiknya umat muslim mengamalkan doa seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW dalam berbagai hadist.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَمِنْ سَيِّئِ الأَسْقَامِ

Artinya: "Ya Allah, aku mencari perlindungan kepadamu dari kusta, kegilaan, kaki gajah, dan penyakit jahat. (HR Abu Daud)

Selain berdoa dan melaksanakan ibadah lain, tentu upaya pencegahan lain harus dilakukan menghadapi wabah penyakit.

Sesuai saran pemerintah kita, untuk mencegah infeksi virus corona sebaiknya selalu menggunakan masker saat beraktivitas. Selain itu jaga kebersihan dengan rajin cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir. Langkah selanjutnya adalah segera ke dokter bila terjadi penurunan fungsi tubuh, terutama jika baru pulang dari Wuhan atau China.

Jamaah shalat jum'at yang dirahmati Allah

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama juga mmeberikan instruksi kepada umat Islam untuk memperbanyak shalawat thibbil qulub dalam rangka berharap kepada Allah dan memohon pertolongan dari rasulullah agar negeri kita dihilangkan dari berbagai virus berbahaya.

Shalawat thibbil qulub atau shalat syifa' atau shalawat nuril abshar berbunyi:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا . وَعَافِيَةِ اْلأَبْدَانِ وَشِفَائِهَا . وَنُوْرِ اْلأَبْصَارِ وَضِيَائِهَا . وَقُوْتِ اْلأَرْوَاحِ وَغِذَائِهَا . وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ

“Ya Allah, berikanlah rohmat kepada baginda kami, Nabi Muhammad sebagai penyembuh hati sekaligus obatnya, memberikan kesehatan badan dan mengobatinya, yang menjadi cahaya mata hati dan sinarnya, juga kepada keluarga dan sahabat beliau, dan semoga Engkau memberikan barokah dan kesejahteraan”

Jamaah yang dikasihi Allah

Sudah sepatutnya kita selaku muslim untuk saling mendoakan sesama muslim lainnya yang tertimpa sakit. Juga saling membantu sesama manusia untuk mencegah berbagai virus atau penyakit di berbagai belahan dunia. Bukan untuk saling berprasangka buruk, saling mencela atau saling merendahkan satu sama lain atau saling menghina antar negara. Penyebaran penyakit hendaknya ditangani secara rasional dan akal sehat bukan dengan berfikir atau saling mengaitkan satu sama lain yang tidak masuk akal atau ilmu cocoklogi.


Dalam banyak riwayat, rasulullah memiliki banyak amalan dalam rangka mendoakan orang yang sedang sakit.

Ini adalah salah satu doa kesembuhan yang dibaca Rasulullah SAW untuk keluarganya sebagaimana diriwayatkan dalam Bukhari dan Muslim dari Aisyah RA.

 اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شَافِيَ إلَّا أَنْتَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقْمًا

“Tuhanku, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit. Berikanlah kesembuhan karena Kau adalah penyembuh. Tiada yang dapat menyembuhkan penyakit kecuali Kau dengan kesembuhan yang tidak menyisakan  rasa nyeri,”

Selain mendoakan sesama muslim, rasulullah juga memiliki amaliah agar diri terjaga atau diberikan kesembuhan dari sakit. Diantara doanya adalah:
بِسْمِ اللَّهِ
 أَعُوذُ بِاَللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ

 “ Dengan nama Allah. Aku berlindung kepada Allah dan kuasa-Nya dari keburukan apa yang kurasakan dan kukhawatirkan.”

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah 2

ْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا   أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Thursday, January 2, 2020

Khutbah Jum'at: Tahun Baru 2020 dan Sikap Umat Islam Menghadapi Musibah


Oleh Suryono Zakka

Khutbah 1

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَمُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَهَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ الْبَشِيْرِ وَالنَّذِيْرِالَذِيْ تَنْفَتِحُ بِهِ أَبْوَابُ الْخَيْرِ وَتَنْغَلِقُ بِهِ أَبْوَابُ الشَّرِّ وَعَلَى آلِهِ الأَطْهَارِ وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ اَمَّابَعْدُ..

فَيَا عِبَادَالله اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَازَاْلمُتَّقُوْنَ.َ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْن. وَاسْتَغْفِرُوْ رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارً

وَقَالَ اللهُ تَعَلَى فِى كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ وَهُوَ اَصْدَقُ اْلقَائِلِيْنَ. اَعُوْذُ بِااللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُون.

Jamaah shalat Jum'at rahimakumullah

Alhamdulillah. Atas segala limpahan karunia Allah, kita semua masih diberikan kenikmatan yang banyak sehingga kita bisa menunaikan shalat jum'at dalam keadaan sehat wal afiat. Selain itu, nikmat yang tak kalah pentingnya kita masih diberikan kesempatan hidup sehingga bertemu dengan tahun 2020 masehi. Nikmat itu hendaknya kita syukuri dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Betapa banyak saudara kita yang telah dicabut oleh Allah nikmat hidupnya sehingga tutup usia ditahun 2019.

Sebagai umat muslim sudah selayaknya kita gunakan kesempatan hidup diawal 2020 ini untuk muhasabah atau Introspeksi diri sehingga dapat meningkatkan kebaikan dimasa mendatang. Tahun baru bukanlah sekedar momen hura-hura yang tidak manfaat namun sudah sejarusnya disikapi umat Islam untuk meningkatkan kebaikan.

Dalam sebuah pepatah Arab disebutkan:

 اسْتَوَى يَوْمَاهُ فَهُوَ مَغْبُونٌ ، وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُونٌ 

“Barangsiapa yang dua harinya (hari ini dan kemarin) sama maka ia telah merugi, barangsiapa yang harinya lebih jelek dari hari sebelumnya maka ia tergolong orang-orang yang terlaknat”

Pepatah ini mengajarkan kita agar selalu melakukan perbuatan baik sehingga setiap harinya bertambah kebaikan. Betapa orang yang mati atau orang yang disiksa di neraka ingin dihidupkan sebentar saja agar bisa berbuat baik.

وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ

Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) adzab datang kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zhalim, “Ya Rabb kami, kembalikanlah kami meskipun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan-Mu dan mengikuti rasul-rasul”. (QS. Ibrahim: 44)

وَلَوْ تَرٰىٓ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُوا رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَآ أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صٰلِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan. Sungguh, kami adalah orang-orang yang yakin. "[QS. As-Sajdah: Ayat 12]

Jamaah shalat jum'at yang diberkahi Allah

Diakhir tahun 2019 dan diawal 2020 ini, kita menyaksikan berita tentang musibah banjir dibeberapa wilayah seperti jakarta, banten dan sebagainya. Sebagai umat Islam dan sebagai manusia, tentu kita merasakan duka yang mendalam. Bantuan sesuai kemampuan kita baik doa maupun donasi sudah seharusnya kita berikan. Bukan saatnya untuk saling menyalahkan.

Agar musibah demi musibah dapat segera dijauhkan oleh Allah, beberapa sikap yang perlu dimiliki bagi umat Islam diantaranya:

1. Menjauhi Kemaksiatan

وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا

“…dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami),  kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya” (al-lsro 17:16).

2. Sabar

Dalam kitab Tazkiyatun Nufûs disebutkan:

 الصَّبْرُ حَبْسُ النَّفْسِ عَنِ الجَزْعِ وَاللَّسَانِ عَنِ التَّشَكِّي، وَالجَوَارِحِ عَنْ لَطْمِ الخُدُوْد وَشَقِّ الثِيَابِ وَنَحْوِهِمَا

 “Sabar adalah menahan diri dari menggerutu, menahan lisan dari mengeluh, dan menahan anggota badan dari menampar pipi, merobek-robek baju dan sesamanya.” Jadi, sabar tidak hanya di bibir, namun juga di hati dan anggota badan.

3. Saling menolong

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ 

“Barangsiapa menghilangkan kesusahan dari orang mukmin, Allah akan menghilangkan kesusahannya di hari kiamat. Barangsiapa membantu orang yang kesulitan, Allah akan memudahkannya urusannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib orang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu melindungi hambanya selama hambanya menolong saudaranya (HR. Muslim)

Dalam kesempatan, rasulullah pernah berdoa saat terjadi banjir.

اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا ,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَر
ِ
“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami (memberkahi), bukan di atas kami (memudharatkan). Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah, dan tempat tumbuh pohon.”

Semoga kita kekuatan iman, islam dan ihsan dalam mengarungi kehidupan dimasa mendatang. Saudara-saudara kita yang saat ini ditimpa bencana, diberikan kesabaran dan yang wafat dalam keadaan husnul khatimah. Serta tim relawan diberikan keselamatan dan dimudahkan dalam menjalankan tugas.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

Khutbah II   


اَلْحَمْدُ  لِلهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا .. وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ   اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِوَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ.   اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ   رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.  




Tuesday, March 6, 2018

Khutbah Jum'at: Mengapa Bermadzhab itu Penting?


Oleh Suryono Zakka

Khutbah I

إِنَّ الْحَمْدَلِلهِ، نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ، وَ نَعُوْذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَ اَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّابَعْدُ
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ،فَأُوْصِكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ، وَاتَّقُوْ اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Jamaah shalat Jum'at yang dirahmati Allah

Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan Pemilik dan Pencipta semesta raya. Dengan segala keagungan dan kemuliaan-Nya, marilah kita senantiasa tunduk dan patuh kepada-Nya. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan dalam hidup kita agar kehidupan kita tidak merugi. Hanya dengan berbekal iman dan takwa itulah kita akan mendapatkan kesuksesan didunia hingga akhirat.

Jamaah shalat Jum'at yang penuh berkah.

Mungkin diantara kita pernah mendengar istilah madzhab yang kata jamaknya adalah madzahib. Dan kita sebagai Aswaja mengakui adanya empat madzab yang disebut madzahib al-Arba'ah.

Madzab secara bahasa berarti tempat berlalu, tempat melangkah atau tempat berjalan. Secara istilah berarti sebuah rumusan hukum yang lengkap yang telah digali oleh imam mujtahid.

Akhir-akhir ini kita dikejutkan oleh kelompok yang mengajak kepada Al-Qur'an dan Hadits atau kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah namun mengkampayekan pula untuk meninggalkan madzab sehingga mereka disebut sebagai kaum anti madzhab. Kampanye kembali kepada Al-Qur'an dan Hadits terlihat seolah indah dan baik namun didalamnya penuh dengan kelemahan apalagi mengajak memahami Al-Qur'an dan Hadits langsung dari sumbernya dengan hanya bermodalkan Al-Qur'an terjemahan tanpa mamakai ilmu tafsir, ilmu Al-Qur'an, ilmu Hadits dan ilmu-ilmu penting lainnya. Dalam kesempatan ini, khatib akan menguraikan alasan tentang pentingnya bermadzab sehingga ahlussunnah wal jamaah senantiasa berpegang pada madzhab hingga akhir zaman.

1. Isyarat dari Hadis Rasulullah:

Sebaik-baik manusia ialah yang berada di kurun aku, kemudian mereka yang selepas kurun itu, kemudian mereka yang mengiringi kurun itu pula. (HR. Bukhari dan Muslim)

Para imam madzhab inilah yang hidup dimasa-masa emas tersebut. Imam Hanafi dan Imam Malik masing-masing lahir pada tahun 80 dan 93 Hijrah. Imam Syafi’i (lahir 150 Hijrah) dan Imam Hambali (lahir 164 Hijrah) berada pada akhir kurun kedua hingga kurun yang ketiga.

2. Keempat Imam Mazhab tersebut telah pun mengikut Al-Qur'an dan Hadis. Mereka mengeluarkan hukum dari Al- Quran dan Hadis sehingga kita tidak boleh menganggap imam-imam tersebut tidak mengikut Al-Quran dan Hadis. Adalah kebodohan jika mengajak kembali kepada Al-Qur'an dan Hadits dengan mengira bahwa imam madzhab tidak berpegang kepada Al-Qur'an dan hadits.

3. Perintah Allah agar kita bertanya kepada orang yang berilmu jika tidak mengetahui. Sebagaimana firman-Nya:

وَمَاۤ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ اِلَّا رِجَالًا نُّوْحِيْۤ اِلَيْهِمْ فَسْــئَلُوْۤا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ۙ 

Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, [QS. An-Nahl: Ayat 43]

4. Perlu kita ketahui bahwa imam ahli Hadis seperti Bukhari, Muslim, Abu Daud,  Tirmizi dan lain-lain lagi, walaupun mereka mengumpulkan Hadis tetapi dari segi mengeluarkan hukum, mereka juga bersandar dengan Imam-Imam Mazhab. Walaupun Hadis ada di hadapan mereka tetapi mereka tetap mengikut dan berpegang dengan Imam Mazhab terutamanya Imam Syafi’i. Umpamanya Bukhari, Muslim dan Tirmizi adalah bermazhab Syafi’i.

5. Kalaulah seperti Bukhari, Muslim yang terkenal keilmuannya juga mengikut mazhab, maka tentulah ulama-ulama besar setelah 300 tahun berikutnya mengikut salah satu daripada mazhab-mazhab yang empat itu tadi. Abu Hasan Al-Asya'ari penyusun kaedah kitab usuluddin yang kita kenal dengan sifat 20 bermazhab Syafi’i; Imam Al Ghazali pengarang kitab Ihya Ulumiddin, juga bermazhab Syafi’i; Imam Suyuthi,  Syeikh Ibnu Hajar Al-Asqalani,  Syeikh Ar-Ramli, Imam Subki, Syeikh Zakaria Ansori, Imam Nawawi, Imam Sya’rani juga bermazhab Syafi’i.

6. Mengutip hasits Rasulullah yang artinya: Sesungguhnya Allah Azza Wajalla tidak akan mencabut ilmu dari seseorang manusia selepas diberikan kepadanya. Akan tetapi dicabut ilmu itu dengan diwafatkan para ulama. Setiap kali matinya ulama ikutlah ilmu itu bersamanya sehinggalah (satu ketika tiada lagi ulama) kecuali pemimpin (ulama) yang jahil. Jika ditanya hukum, mereka akan memberi fatwa tanpa ilmu, mereka sesat lalu menyesatkan orang lain. (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

Dari hadits ini dapat kita pahami bahwa perkunya kita mengambil ilmu dari ulama yang telah wafat mendahului kita. Bersandari ilmunya kepada mereka. Tidak menyimpulkan hukum sesuka hati kita yang menyebabkan kesesatan.

7. Sudah menjadi sunnatullah bahwa tidak semua orang ahli agama sehingga tidak semua mampu menafsirkan Al-Qur'an kecuali hanya orang yang berilmu yang disebut dengan ulama. Tidak layak orang yang awam akan menafsirkan Al-Qur'an dan Hadits sesukanya. Tidak mungkin orang awam seperti kita hendak diajak berijtihad atau menafsirkan Al-Qur'an sedangkan ulama yang ada sekarang pun tidak boleh berijtihad kecuali berijtihad merujuk kepada ulama pendahulu yaitu imam madzhab.

8. Rasulullah saw. bersabda: Berselisih faham di kalangan umatku itu adalah rahmat. (Riwayat Al-Baihaqi).Hadis ini membuktikan bermazhab itu dibenarkan. Berselisih faham di sini adalah berselisih faham tentang furu’iyah atau urusan yang tidak penting seperti menggerakkan tangan saat tahiyat bukan perkara usuliyah atau pokok seperti ibadah dan keimanan. Berbeda pendapat dalam soal hukum-hukum furu’iyah hingga menimbulkan bermacam-macam aliran mazhab fikih adalah rahmat. Siapapun boleh memilih madzab yang empat karena keempat madzab tersebut diakui oleh Ahlussunnah Waljamaah.

8. Kalaulah kita hendak menyuruh semua umat Islam supaya tidak bermazhab dan setiap orang diwajibkan berijtihad atau mengeluarkan hukum-hukum dari Al-Qur'an dan Hadis maka pasti umat Islam akan kacau balau merusak hukum karena bukan ahlinya.

10. Kita lihat orang-orang yang mengajak untuk tidak bermazhab ini adalah kelompok mutaakhhirin yaitu kelompok pendatang baru. Bermula daripada Ibnu Taimiyah yang hidup lebih kurang 700 tahun yang lalu jauh setelah imam madzah hidup. Dia bukan ulama yang berada sekitar 300 tahun selepas Rasulullah.  Kemudian kampanye anti madzab disambung oleh muridnya yang bernama Ibnu Qayyim Al-Jauziyah hinggalah mama-ulama di kurun kedua puluh ini seperti Muhamad Abduh, Jamaluddin Al Afghani, Rasyid Ridha dan dilanjutkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Mereka ini hidup di luar dari zaman 300 tahun selepas Rasulullah saw. Jadi tidak ada isyarat dari Rasulullah bahwa mereka ini patut menjadi panutan.

11. Ulama-ulama mazhab terutamanya Imam Mazhab yang empat, bukan saja ilmunya hebat, tetapi pribadinya yang juga begitu hebat begitu wara', begitu bertakwa kepada Allah dan berakhlak yang luhur sebagaimana nabinya. Ulama mensyaratkan, orang yang boleh diterima ijtihadnya atau pandangan hukumnya bukan dinilai tinggi ilmunya saja, tetapi juga dipastikan yang soleh, wara' atau bersahaja, dan bertakwa. Jadi imam madzhab adalah teladan bagi umat Islam dalam segala hal. Teladan ilmunya dan teladan akhlaknya.

12. Walaupun ada kelompok yang mengampanyekan tidak perlu ikut mazhab, cukup hanya ikut Al-Quran dan Hadis saja, tetapi pada hakikatnya mereka juga bermazhab yaitu madzhab gurunya atau orang yang menjadi idolanya hanya saja mereka enggan untuk mengakuinya. Kerana golongan yang anti  bermazhab itu bukan semuanya ulama atau ahli agama dan pastilah mereka bersandar dengan tokoh yang menolak madzhab. Maka tokoh idola tempat mereka bersandar itulah sebenarnya imam mazhab mereka.

Demikian khutbah yang khatib sampaikan. Semoga kita selalu istiqamah bersama ulama yakni ulama yang lurus sebagaimana ulama madzab yang telah diakui oleh Ahlussunnah Wal jamaah yakni Imam Maliki, Hanafi, Syafi'i dan Hanbali. Tidak terprovokasi kepada kelompok yang mengajak untuk menjauhi ulama yang lurus. Selamat dari kelompok yang mempertentangkan antara imam madzhab dengan Al-Qur'an dan Hadits, membenturkan antara ulama, kiai dengan nabi. Mereka adalah pedoman umat Islam yang tidak layak untuk dipertentangkan satu sama lain.


بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ


Tuesday, February 13, 2018

Khutbah Jum'at: Mengupas Kesesatan Tri Tauhid Ibnu Taimiyah


Khutbah I

اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذِي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، ذُواْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِه وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، 

Jamaah salat Jam'at rahimakumullah

Dengan memanjatkan syukur kita kepada Allah, dalam kesempatan ini kita masih bisa berkumpul menunaikan sebagian dari syiar-syiar-Nya yakni menunaikan ibadah shalat Jam'at. Semoga ibadah salat Jum'at kita mampu memupuk rasa keimanan dan ketakwaan yang ada dalam hati kita sehingga kita dapat selalu Istiqomah melaksanakan perintah-Nya.

Jama'ah salat Jum'at yang diberkati Allah.

Mungkin kita pernah mendengar tri tauhid atau tiga tauhid yakni Rububiyah, Uluhiyah dan Asma'wa Sifat. Dalam kesempatan Jum'at kali ini kita akan mengupas tentang arti dan tujuan dari tri tauhid tersebut hingga penyimpangannya.

Pembagian Tauhid menjadi tiga, yaitu Tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyyah dan Tauhid al-Asma’ wa al-Shifat, belum pernah dikatakan oleh seorangpun sebelum Ibnu Taimiyah. Rasulullah juga tidak pernah berkata kepada seseorang yang masuk Islam, bahwa di sana ada dua atau tiga macam Tauhid dan kamu tidak akan menjadi Muslim sebelum bertauhid dengan Tauhid Uluhiyyah. Rasulullah juga tidak pernah mengisyaratkan hal tersebut meskipun hanya dengan satu kalimat. Bahkan tak seorangpun dari kalangan ulama salaf atau para imam yang menjadi panutan yang mengisyaratkan terhadap pembagian Tauhid tersebut. Hingga akhirnya datang Ibnu Taimiyah pada abad ketujud Hijriah yang menetapkan konsep pembagian Tauhid menjadi tiga.”

Menurut Ibnu Taimiyah Tauhid itu terbagi menjadi tiga:

Pertama, Tauhid Rububiyyah, yaitu pengakuan bahwa yang menciptakan, memiliki dan mengatur langit dan bumi serta seisinya adalah Allah saja. Menurut Ibnu Taimiyah, Tauhid Rububiyyah ini telah diyakini oleh semua orang, baik orang-orang Musyrik maupun orang-orang Mukmin. Kedua, Tauhid Uluhiyyah, yaitu pelaksanaan ibadah yang hanya ditujukan kepada Allah. Ibn Taimiyah berkata, “Ilah (Tuhan) yang haqq adalah yang berhak untuk disembah. Sedangkan Tauhid adalah beribadah kepada Allah semata tanpa mempersekutukan-Nya”. Ketiga, Tauhid al-Asma’ wa al-Shifat, yaitu menetapkan hakikat nama-nama dan sifat-sifat Allah sesuai dengan arti literal (zhahir)nya yang telah dikenal di kalangan manusia.

Pandangan Ibn Taimiyah yang membagi Tauhid menjadi tiga tersebut kemudian diikuti oleh Muhammad bin Abdul Wahhab, perintis ajaran Wahhabi. Dalam pembagian tersebut, Ibn Taimiyah membatasi makna rabb atau rububiyyah terhadap sifat Tuhan sebagai pencipta, pemilik dan pengatur langit, bumi dan seisinya. Sedangkan makna ilah atau uluhiyyah dibatasi pada sifat Tuhan sebagai yang berhak untuk disembah dan menjadi tujuan dalam beribadah. Tentu saja, pembagian Tauhid menjadi tiga tadi serta pembatasan makna-maknanya tidak rasional dan bertentangan dengan dalil-dalil al-Qur’an, hadits dan pendapat seluruh ulama Ahlussunnah Wal-Jama’ah.

Jamah salat Jam'at yang dirahmati Allah

Ayat-ayat al-Qur’an, hadits-hadits dan pernyataan para ulama Ahlussunnah Wal-Jama’ah, tidak ada yang membedakan antara makna Rabb (rububiyah) dan makna Ilah (uluhiyah). Bahkan dalil-dalil al-Qur’an dan hadits mengisyaratkan adanya keterkaitan yang sangat erat antara Tauhid Rububiyyah dengan Tauhid Rububiyyah. Apabla seseorang telah bertauhid rububiyyah, berarti bertauhid secara uluhiyyah. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَلاَ يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلاَئِكَةَ وَالنَّبِيِّيْنَ أَرْبَابًا

Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai arbab (tuhan-tuhan). (QS. Ali-Imran : 80).

Ayat di atas menegaskan bahwa orang-orang Musyrik mengakui adanya Arbab (tuhan-tuhan rububiyyah) selain Allah seperti Malaikat dan para nabi. Dengan demikian, berarti orang-orang Musyrik tersebut tidak mengakui Tauhid Rububiyyah, dan mematahkan konsep Ibnu Taimiyah dan Wahhabi, yang mengatakan bahwa orang-orang Musyrik mengakui Tauhid Rububiyyah. Seandainya orang-orang Musyrik itu bertauhid secara rububiyyah seperti keyakinan kaum Wahabi, tentu redaksi ayat di atas berbunyi:

وَلاَ يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلاَئِكَةَ وَالنَّبِيِّيْنَ آَلِهَةً

Dengan mengganti kalimat arbaban dengan alihatan

Dengan ayat lain juga bertentangan. Konsep Ibn Taimiyah yang mengatakan bahwa orang-orang kafir sebenarnya mengakui Tauhid Rububiyyah, akan semakin fatal apabila kita memperhatikan pengakuan orang-orang kafir sendiri kelak di hari kiamat seperti yang dijelaskan dalam al-Qur’an al-Karim:

تَاللهِ إِنْ كُنَّا لَفِي ضَلاَلٍ مُبِينٍ  إِذْ نُسَوِّيكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِين8

Demi Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersamakan kamu dengan Tuhan (Rabb) semesta alam. (QS. al-Syu’ara’ : 97-98).”

Aya tersebut menceritakan tentang penyesalan orang-orang kafir di akhirat dan pengakuan mereka yang tidak mengakui Tauhid Rububiyyah, dengan menjadikan berhala-berhala sebagai arbab (tuhan-tuhan rububiyyah). Padahal kata Wahabi, orang-orang Musyrik bertauhid rububiyyah, tetapi kufur terhadap uluhiyyah. Nah, alangkah sesatnya tauhid Wahabi, bertentengan dengan al-Qur’an. Murni pendapat Ibnu Taimiya yang tidak berdasar, dan ditaklid oleh Wahabi.”

Pendapat Ibn Taimiyah yang mengkhususkan kata Uluhiyyah terhadap makna ibadah bertentangan pula dengan ayat berikut ini:

يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ، مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلاَّ أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ

Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. (QS. Yusuf : 39-40).

Anda perhatikan, Ayat di atas menjelaskan, bagaimana kedua penghuni penjara itu tidak mengakui Tauhid Rububiyyah dan menyembah tuhan-tuhan (arbab) selain Allah. Padahal kata Ibnu Taimiyah dan Wahabi, orang-orang Musyrik pasti beriman dengan tauhid rububiyyah.

Tauhid menjadi tiga kalian akan batal pula, apabila kita mengkaitkannya dengan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Misalnya dengan hadits shahih berikut ini:

عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ( يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ) قَالَ نَزَلَتْ فِي عَذَابِ الْقَبْرِ فَيُقَالُ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ رَبِّيَ اللهُ وَنَبِيِّي مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم. (رواه مسلم 5117).

Dari al-Barra’ bin Azib, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allah berfirman, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu”, (QS. Ibrahim : 27). Nabi bersabda, “Ayat ini turun mengenai azab kubur. Orang yang dikubur itu ditanya, “Siapa Rabb (Tuhan)mu?” Lalu dia menjawab, “Allah Rabbku, dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam Nabiku.” (HR. Muslim, 5117).

Hadits di atas memberikan pengertian, bahwa Malaikat Munkar dan Nakir akan bertanya kepada si mayit tentang Rabb (Tuhan Rububiyyah), bukan Ilah (Tuhan Uluhiyyah, karena kedua Malaikat tersebut tidak membedakan antara Rabb dengan Ilah atau antara Tauhid Uluhiyyah dengan Tauhid Rububiyyah. Seandainya pandangan Ibn Taimiyah dan Wahabi yang membedakan antara Tauhid Rububiyyah dan Tauhid Uluhiyyah itu benar, tentunya kedua Malaikat itu akan bertanya kepada si mayit dengan, “Man Ilahuka (Siapa Tuhan Uluhiyyah-mu)?”, bukan “Man Rabbuka (Siapa Tuhan Rububiyyah-mu)?” Atau mungkin keduanya akan menanyakan semua, “Man Rabbuka wa man Ilahuka? Ternyata pertanyaan tersebut tidak terjadi. Jelas ini membuktikan kesesatan Tauhid ala Wahabi.”

Apabila diteliti dengan seksama, dibalik pembagian tersebut, maka ada dua tujuan yang menjadi sasaran tembak Ibnu Taimiyah dan Wahabi:

Pertama, Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa praktek-pratek seperti tawassul, tabarruk, ziarah kubur dan lain-lain yang menjadi tradisi dan dianjurkan sejak zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah termasuk bentuk kesyirikan dan kekufuran. Nah, untuk menjustifikasi pendapat ini, Ibn Taimiyah menggagas pembagian Tauhid menjadi tiga, antara lain Tauhid Rububiyyah dan Tauhid Uluhiyyah. Dari sini, Ibn Taimiyah mengatakan bahwa sebenarnya keimanan seseorang itu tidak cukup hanya dengan mengakui Tauhid Rububiyyah, yaitu pengakuan bahwa yang menciptakan, memiliki dan mengatur langit dan bumi serta seisinya adalah Allah semata, karena Tauhid Rububiyyah atau pengakuan semacam ini juga dilakukan oleh orang-orang Musyrik, hanya saja mereka tidak mengakui Tauhid Rububiyyah, yaitu pelaksanaan ibadah yang hanya ditujukan kepada Allah. Oleh karena itu, keimanan seseorang akan sah apabila disertai Tauhid Rububiyyah, yaitu pelaksanaan ibadah yang hanya ditujukan kepada Allah.

Kemudian setelah melalui pembagian Tauhid tersebut, untuk mensukseskan pandangan bahwa praktek-praktek seperti tawassul, istighatsah, tabarruk, ziarah kubur dan lain-lain adalah syirik dan kufur, Ibn Taimiyah membuat kesalahan lagi, yaitu mendefinisikan ibadah dalam konteks yang sangat luas, sehingga praktek-praktek seperti tawassul, istighatsah, tabarruk, ziarah kubur dan lain-lain dia kategorikan juga sebagai ibadah secara syar’i. Padahal itu semua bukan ibadah syar'i atau ibadah mahdhah. Tapi bagian dari ghuluw yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah dan Wahabi. Dari sini Ibnu Taimiyah kemudian mengatakan, bahwa orang-orang yang melakukan istighatsah, tawassul, tasawuf dan tabarruk dengan para wali dan nabi itu telah beribadah kepada selain Allah dan melanggar Tauhid Uluhiyyah, sehingga divonis syirik.

Tentu saja paradigma Ibnu Taimiyah tersebut merupakan kesalahan di atas kesalahan. Pertama, dia mengklasifikasi Tauhid menjadi tiga tanpa ada dasar dari dalil-dalil agama. Dan kedua, dia mendefinisikan ibadah dalam skala yang sangat luas sehingga berakibat fatal, yaitu menilai syirik dan kufur praktek-praktek yang telah diajarkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Dan secara tidak langsung, pembagian Tauhid menjadi tiga tersebut berpotensi mengkafirkan seluruh umat Islam sejak masa sahabat. Akibatnya yang terjadi sekarang ini, berangkat dari Tauhid Rububiyyah dan Uluhiyyah, ISIS, membantai umat Islam di Iraq dan Suriah.

Jamah salat Jum'at yang berbahagia

Konsep Tauhid yang dipakai oleh Ahlussunnah Wal Jamaah adalah konsep Tauhid yang diajarkan oleh dua tokoh Aswaja yakni Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi. Dua tokoh inilah yang telah menjaga tauhid umat Islam sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah dan sahabatnya. Tauhid yang berpegang pada sifat dua puluh sebagaimana yang kita hafal yakni wujud, qidam, baqa' Dan seterusnya. Akidah inilah sebagai akidah mayoritas umat Islam sebagai firqah najiyah yakni golongan yang akan selamat didunia hingga akhirat. Karakter akidah Aswaja adalah karakter yang toleran dan moderat yakni tidak menghadirkan umat Islam yang lain diluar golongannya, tidak radikal atau ekstrim dan tidak pula liberal atau bebas.

جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ: أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا 
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْم


Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ



Thursday, January 18, 2018

Khutbah Jum'at: Prinsip Dakwah Islam Moderat


Khutbah Pertama

الحمد لله الذي بنعمت اهتدى المهتدون وبعدله ضل الضالون احمده واتوب اليه اشهد ان لا اله الا الله واشهد ان نبينا محمدا عبده ورسوله اللهم صل وسلم على سيدنا ونبينا محمد وعلى اله واصحابه اجمعين اما بعد فيا ايها المسلمون اتقوا الله حقتقاته ولاتموتن الا وانتم مسلمون

Jamaah shalat jum'at yang dirahmati Allah.

Marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah atas segala pemberian nikmat-Nya dengan cara menjaga ibadah kita dengan istiqamah dan penuh keikhlasan. Ibadah yang dilandasi dengan istiqamah dan keikhlasan akan membawa perubahan yang positif dalam kehidupan kita.

Jamaah shalat jum'at yang dikasihi Allah.

Dakwah merupakan upaya untuk mengajak atau menyeru kepada kebaikan yaitu menyeru kepada agama Allah sehingga manusia melaksanakan ketaatan kepada-Nya dengan penuh ketundukan.

Dakwah diinspirasi oleh prinsip amar ma'ruf nahi munkar yaitu senantias mengajak kepada kebaikan dan ketaatan serta mencegah manusia dari kemungkaran yang menyebabkan terperosok kepada kejahatan dan kebinasaan.

Setiap muslim memiliki tanggaung jawab berdakwah sesuai dengan posisi, kondisi dan kemampuannya. Dakwah tentunya tidak harus menjadi da'i, ustadz, kiai, mubaligh atau ulama. Dengan mengajak kepada ketaatan kepada Allah dan mengajak melakukan kebaikan maka termasuk bagian dari dakwah.

Agar dakwah dapat berjalan efektif sehingga dapat diterima oleh manusia diperlukan beberapa prinsip dakwah, diantaranya:

1. Tasamuh atau toleran

Islam adalah agama toleran sehingga dalam memahami dan melasanakan ajaran Islam tidak mengenal paksaan. Rasulullah adalah orang yang sangat toleran. Rasulullah mengajak manusia dengan penuh toleransi, tanpa mengancam atau intimidasi.

Ayat tentang toleransi diantaranya disebutkan dalam firman Allah:

يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوْا   ؕ  اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ   ؕ  اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti. [QS. Al-Hujurat: Ayat 13]

Dengan prinsip toleransi itulah kemudian dakwah Rasulullah dan sahabat diterima manusia secara luas hingga keseluruh penjuru dunia jauh dari jazirah Arabia.

2. Teladan atau Uswah

Dakwah bukan hanya menyuruh tapi juga memberikan contoh yang baik. Tentu tidak mudah dalam memberikan contoh sebab belum tentu orang akan mau melakukan kebaikan sebagaimana yang kita contohkan demikian pula tentu berat dalam memberikan contoh karena standar penilaian pertama adalah yang mengajak atau memberi contoh.

Rasulullah adalah contoh panutan manusia yang paling baik. Seluruh sejarah hidupnya baik melalui lisan, perbuatan dan seluruh aktivitasnya mengandung pelajaran. Rasulullah adalah manusia agung yang seluruh perjalanan hidupnya menjadi contoh bagi manusia.

Allah telah berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا    ؕ 

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. [QS. Al-Ahzab: Ayat 21]

3. Sabar dan Istiqamah

Mengajak kepada kebaikan memang tidak semudah mengajak kepada kejahatan apalagi dimasa sekarang. Orang akan lebih cepat dan lebih mudah diajak kepada kejahatan dibanding diajak melakukan kebaikan.  Untuk itu diperlukan sikap sabar, istiqamah dan tidak putus asa.

Rasulullah adalah figur yang sangat penyabar. Tanpa didasari sikap sabar tentu beliau tidak akan kuat menerima risalah dan kenabian yang penuh dengan ujian dan derita. Kisah-kisah dalam Al-Qur'an juga mengandung pelajaran dan nasehat agar manusia selalu bersikap sabar.

Seringkali Rasulullah diberikan spirit dan support sebagai pelipur lara agar tidak patah hati melalui ayat-ayat suci-Nya.

فَاصْبِرْ عَلٰى مَا يَقُوْلُوْنَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوْبِهَا   ۚ  وَمِنْ اٰنَآىٴِ الَّيْلِ فَسَبِّحْ وَاَطْرَافَ النَّهَارِ لَعَلَّكَ تَرْضٰى
Maka sabarlah engkau (Muhammad) atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum matahari terbit, dan sebelum terbenam; dan bertasbihlah (pula) pada waktu tengah malam dan di ujung siang hari, agar engkau merasa tenang. [QS. Ta Ha: Ayat 130]

4. Kontekstual

Dakwah kontekstual dimaknai sebagai dakwah yang dinamis, kondisional serta mengetahui kondisi manusianya. Mengetahui sasaran dakwah dengan meneliti dulu bagaimana karakter masyarakatnya, tingkat pendidikan serta memahami persoalan yang pokok (ushul) dan perkara yang tidak pokok (far'i). Tidak menimbulkan kontroversial dan gesekan dimasyarakat karena bersifat lentul dan akomodatif.

Baca selanjutnya:Ingin Menjadi Ahli Al-Qur'an? Kuasai Dahulu Ilmu Berikut Ini!

Jamaah shalat jum'at yang diberkati Allah

Karena dakwah adalah tugas bersama, maka diperlukan kekompakan dan persatuan. Marilah kita berniat membumikan Al-Qur'an,  memasyarakatkan Islam secara santun dan damai. Tidak perlu marah-marah dalam berdakwah apalagi memberikan ancaman kepada orang yang belum mau melaksanakannya. Tidak perlu sakit hati atau tersinggung jika ajakannya diabaikan atau belum diindahkan karena sebenar-benar pemberi hidayah hanyalah Allah swt.

اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ  اَحْبَبْتَ وَلٰـكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَآءُ  ؕ  وَهُوَ اَعْلَمُ  بِالْمُهْتَدِيْنَ

Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. [QS. Al-Qasas: Ayat 56]

 اقول قول هذا فاستغفر الله العظيم لى و ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات انه هو الغفور الرحيم وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين

Khutbah Kedua

 الحمد لله حمدا كثيرا كما امر اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له ارغاما لمن جحد به وكفر واشهد ان سيدنا محمدا عبده ورسوله سيد الخلائق والبشر اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله واصحابه الاخيار اما بعد فياعباد الله اتقوا الله ماستطعتم وسارعوا الى مغفرة رب العالمين ان الله وملائكته يصلون على انبى يا ايها الذين امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الاحياء منهم والاموات انك سميع قريب مجيب الدعوات يا قضى الحاجات ربنا افتح بيننا وبين قومنا بالحق وانت خير الفاتحين اللهم ادفع عنا الغلاء والفخشاء والمنكر والبغى والسيوف المختلفه والشدائد والمحن ما ظهر منها وما بطن من بلدنا خاصة ومن بلدان المسلمين عامة انك على كل شيء قدير ربنا اغفرلنا ولاخواننا الذين سبقون بالايمان ولا تجعل فى قلوبنا غلا للذين امنوا ربنا انك رءوف الرحيم ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى الاخرة حسنة وقنا عذاب النار

ان الله يامر بالعدل والاحسان وايتاء ذى القربى وينها عن الفحشاء والمنكر والبغى يعظكم لعلكم تذكرون فاذكروا الله العظيم يذكركم وادعوه يستجب لكم ولذكر الله اكبر

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...