Saturday, August 25, 2018
Kisah Lucu: Ketika Santri Kiai Kholil Salah Do'a
Apa jadinya jika kita mengamalkan doa yang salah, namun doa itu tetap manjur? Berikut ini adalah kisah lucu salah seorang santri dari Kyai Kholil Bangkalan, Madura. yang salah mengamalkan doa namun ternyata tetap manjur.
Syaikhona K.H. Mohammad Kholil adalah seorang ulama besar di Nusantara. Beliau adalah guru dari dua Kyai pendiri Ormas Islam terbesar di tanah air yaitu K.H. Hasyim Asy'ari (Nahdlatul Ulama) dan K.H. Ahmad Dahlan (Muhammadiyah). Beliau mempunyai pondok pesantren di Bangkalan, Madura
Alkisah Kyai Kholil yang juga dikenal wali dan punya banyak karomah itu mempunyai khodam atau pelayan dari salah satu santri beliau. Si Khodam ini bertanggung jawab mengurus kitab-kitab beliau. Ia bertugas membawanya ketika sang kyai mengajar, membersihkannya, dan meletakkan kembali di tempat semula.
DOA BERKELAHI
Suatu hari, ketika sedang membersihkan kitab, tidak sengaja khodam itu melihat di halaman kitab ada tulisan "DO'A AQEQET" dalam tulisan Arab.
"Wah, ini doa kesukaan saya," gumamnya dalam hati.
Aqeqet atau Akeket adalah bahasa Madura artinya BERKELAHI. Khodam itu segera menghafalkan doa yang hanya beberapa kalimat itu. Setelah merasa sudah hafal, dia mengembalikan kitab itu ke tempat semula.
Suatu hari, si khodam terlibat perselisihan dengan santri lain yang menjadi ketua pengurus pondok pesantren. Khodam yang tubuhnya kerempeng itu biasanya selalu mengalah. Tetapi kali ini dia ngeyel tidak mau mengalah. Dia menantang ketua pengurus pondok yang tubuhnya lebih besar dan kekar.
Beberapa saat khodam itu komat kamit membaca "doa aqeqet" yang sudah dihapalnya sambil menyingsingkan lengan bajunya.
"Maju kamu!" tantang ketua pengurus sambil mengenakan kopiahnya.
"Oh, jelas," kata khodam dengan posisi siap tempur.
"MENGAMALKAN" DOA BERKELAHI
Perkelahianpun dimulai. Santri-santri berdatangan menyaksikan tontonan gratis itu.
Dari awal, khodam terus mendesak mundur ketua pengurus. Sorak sorai bergemuruh. Ketua pengurus kaget dan terheran-heran dengan kekuatan serangan khodam yang sejak dulu dia remehkan. Akhirnya, ketua pengurus pondok menyerah kalah. Padahal dia dikenal memiliki banyak ragam ilmu beladiri.
Kejadian itu membuat si khodam menjadi terkenal. Pada hari-hari berikutnya, banyak santri yang menjajal kekuatan khodam itu. Namun, setiap berkelahi, khodam selalu menang.
Ketenaran si khodam akhirnya terdengar oleh Syaikhona Kyai Kholil. Mungkin karna penasaran, beliau memanggil khodamnya itu.
TERNYATA BUKAN DOA BERKELAHI
"Khodam, kesini kamu!" panggil kyai.
"Baik kyai," jawab khodam dengan ta'dzim dan bergegas menghampiri.
"Saya dengar kamu selalu menang berkelahi," selidik Kyai Kholil penasaran.
"Barokahnya kitab Kyai," jawab khodam merendah.
"Mengapa begitu?" Tanya kyai Kholil.
"Saya mendapatkan do'a berkelahi (akeket) dari kitab kyai," terang khodam.
"Coba saya mau lihat," kata kyai Kholil semakin ingin tau.
"Ini kyai," jawab khodam sambil menunjukkan halaman kitab "referensi"-nya.
Baca: Gus Dur: Ada Tujuh Hakikat Kemerdekaan
Dalam huruf Arab, Aqiqah ditulis dengan عقيقة . Kitab di pondok pesantren memang kebanyakan bertulisan Arab tanpa haroqat atau tanda baca. Istilahnya Arab Gundul. Dan selain dalam bahasa Arab, biasanya huruf Arab tersebut diberi keterangan berupa tulisan Arab juga yang disebut Huruf Pegon.
Bedanya, meskipun sama-sama huruf Arab, huruf Pegon ini bukanlah bahasa Arab tapi merupakan bahasa daerah. Biasanya bahasa Jawa atau Madura. Oleh karena itu, kata عقيقة yang seharusnya dibaca Aqiqah dalam bahasa Arab malah dibaca Aqeqet atau Akeket oleh si khodam yang artinya "Berkelahi" dalam bahasa Madura.
"Oh, ini do'a AQIQAH nak. Bukan AKEKET," kata Kyai Kholil.
Mendengar keterangan kyainya, khodam itu terkaget lalu tertunduk malu. Doa yang dia pakai untuk berkelahi ternyata doa untuk Aqiqah.
Khodam itu salah baca, tapi kok manjur? Itulah kekuatan doa yang diiringi keyakinan kuat di hati.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Suku Chaniago adalah suku asal yang dibawa oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang yang merupakan salah satu suku induk di Minangkabau selain su...
-
Kata fitnah berakar dari kata fatana. Ketika seseorang berkata fatantu al-fidhdhah wa al-dzahab, artinya adalah bahwa ia membakar perak...
-
Beliau (Sofyan Tsauri) sampai berani bersumpah atas nama ALLAH bahkan berani Bermubahalah jika ada yang menuduh dia berdusta atas apa yan...
-
Bukan untuk dibeda-bedakan dan bukan pula minta untuk diistimewakan. NU memang istimewa dan berbeda dengan ormas Islam lainnya. Walau sam...
-
A. Secara Etimologis (Bahasa) 1. Menurut Al-Lihyani (w. 215 H) Kata Al-Qur'an berasal dari bentuk masdar dari kata kerja (fi...
-
Dalam dunia wali atau sufistik, tidak ada yang tidak mungkin. Semuanya dapat menjadi mungkin atas izin Allah. Gambar yang kami pasang di ...
-
Saat mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, para kiai pesantren memahami dan menerapkan betul kalimat “Hubbul wathan minal iman”,...
-
Oleh: Mufti Besar Mesir Fadlilatussyaikh DR. Ali Jum'ah. 1. Kekufuran adalah urusan keyakian di hati. Tidak ada yang mengetahui hak...
-
Islam adalah agama fitrah yaitu suci dengan makna selalu menekankan kesucian baik lahir maupun batin dan juga suci dimaknai sesuai deng...
-
Putusan Bahtsul Masail PWNU Jatim 1986 di PP. Asembagus Situbondo memutuskan sebagai berikut: Bagaimana hukumnya operasi plastik di waj...

No comments:
Post a Comment