Sejarah mencatat kemerosotan kemegahan Majapahit seiringan dengan bertambah banyaknya masyarakat memeluk Islam, bahkan tidak sedikit dari pembesar kerajaan bahkan putra dari raja Majapahit yg memeluk Islam. perlahan tapi pasti Majapahit yg tetap mempertahankan ajaran Hindu Budha sedikit demi sedikit mulai terkikis.
Sejak awal Majapahit memang welcome menyabut Islam dengan tangan terbuka, Raja Tribhuwana Tungga Dewi begitu Toleransi terhadap Islam sikap itu berlanjut tatkala tahta kepemimpinan Majapahit beralih ketangan Hayam Wuruk. Semua itu tidak terlepas dari penyebaran ajaran Islam yang dimotori oleh Sayyid Jumadi Kubro yang sangat damai santun dan menyentuh kepada lapisan masyarakat dari bawah hingga atas.
Seiring perkembangnya Islam yang begitu pesat, maka dibutuhkanlah satu pemerintahan demi mengurusi segala hal administrasi, dan berdirilah Damak Bintoro yang dimotori oleh Wali Songo dan sebagai raja pertama ditunjuklah Raden Fatah (Jien Bun) yang tidak lain adalah putra dari Prabu Brawijaya sendiri dari istri selirnya bernama Ratu Campa yang hanya karena fitnah beliau terusir dari istana dan hidup di Palembang.
Lambat laun Demak Bintoro menjadi kerajaan yg besar meski demikian Demak masih berada dalam administrasi Majapahit, Demak tetap setia menjadi bagian dari Majapahit. Bahkan ketika Kediri mencoba berontak, Demak ikut membantu dari agresi militer Kediri. Memang kesetiaan itulah yg diinginkan oleh para pendiri kerajaan. Pernah suatu ketika R. Fatah berkeinginan menyerang Majapahit karena keengganan ayahandanya (Prabu Brawijaya) untuk memeluk islam, akan tetapi hal itu dicegah oleh Kanjeng sunan Ampel. Beliau berusaha menasehati R. Fatah agar jangan sekali kali menyerang Majapahit, karena ajaran islam tidak mengajarkan "perlawanan seorang anak terhadap orang tua", selain itu Majapahit tidak pernah menghalangi syiar Islam.
Jika demikian lantas apa penyebab runtuhnya majapahit? Sepeninggal Haram Wuruk dan Gajah Mada, Majapahit sedikit demi sedikit mulai memudar. Kerajaan-kerajaan kecil yang semula dibawah kekuasaannya satu persatu mulai melepaskan diri. Pemberontakan demi pemberontakan terjadi dimana-mana, ditambah lagi perebutan kekuasaan dari dalam istana menambah kacaunya dan chaosnya negara. Dan perang yang sangat menguras harta nyawa dan tenaga adalah perang saudara (perang paregrek), hingga mengakibatkan Majapahit terpecah menjadi dua, yakni bagian timur melingkupi Lumajang dan sekitarnya dan bagian barat yakni Mojokerto dan sekitarnya. Situasi inilah yang menyebabkan kekacauan dalam pemerintahan Prabu Brawijaya, meski tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan Islam yang begitu pesat ikut andil akan tetapi Islam (Demak Bintoro) tidak pernah sekalipun memberontak, bahkan kanjeng Sunan Kalijaga pun sangat tidak menginginkan Demak berperang dengan Majapahit.
Dikutip Dari beberapa sumber
No comments:
Post a Comment