Sunday, April 8, 2018

Kiai Ma'ruf Amin adalah Penerus Perjuangan Kiai Hasyim Asy'ari


Beberapa waktu silam kita menyaksikan segolongan orang memasang gambar Guru Mulia KH Makruf Amin sembari mengelu-elukan beliau ketika mengumpulkan jutaan manusia di Monas Jakarta. Kemudian, kita mengernyitkan dahi dan banyak yang  terpancing kemarahannya ketika ada dari kaum yang mengaku beragama Islam menghina Guru Mulia Kita hanya karena berseberangan pendapat.

Selama ini sebagian besar dari kita hanya menghubungkan beliau sebagai dzuriyah dari Guru Mulia Syekh Nawawi Al Bantani, sebagai Ketua MUI dan sebagai Rais Am NU. Di sini, kita akan membahas lebih dalam pada kedudukan beliau sebagai Rais Am NU.

Sebagian besar dari kita hanya memahami NU sebatas sebagai Ormas Islam. Padahal, sesungguhnya lebih dari itu. NU adalah wadah yang disediakan oleh para Ulama terdahulu ketika jam'iyyatul Muslimin yakni Turki Utsmani runtuh. Nahdlatul Ulama ada sebagai jawaban atas kevakuman tersebut.

Pemimpin tertinggi NU sesungguhnya ada di Rais Am (kecuali Hadlratussyaikh Hasyim Asy'arie disebut sebagai Rais Akbar). Adapun Ketua Umum PBNU (dulu Presiden HBNO) "hanyalah" pelaksana saja. Oleh karena itu sungguh aneh ketika sebagian kecil dari kita mengamini tatkala ada kelompok hore-hore yang membanding-bandingkan antara KH Said Aqil Siroj dengan Hadlrotussyaikh Mbah Hasyim Asy'arie. Padahal sudah beda jalurnya.

Harap diketahui, bahwa Mbah Makruf Amin adalah penerus dari Mbah Musthofa Bisri-Rembang. Beliau adalah penerus dari Mbah Sahal Mahfudz-Pati. Beliau adalah penerus dari Mbah Ilyas Ruhyat-Tasikmalaya. Beliau adalah penerus dari Mbah Ali Yafie. Beliau adalah penerus dari Mbah Achmad Shiddiq-Jember. Beliau adalah penerus dari Mbah Ali Maksum-Krapyak Jogja. Beliau adalah penerus dari Mbah Bisri Syansuri-Jombang. Beliau adalah penerus dari Mbah Wahab Hasbullah-Jombang. Beliau adalah penerus dari Hadlratussyaikh KH. Hasyim Asy'arie.

Dengan kata lain, Mbah Makruf Amin adalah penerus dari Mbah Hasyim Asy'arie. Untuk apa? Untuk meneruskan kepemimpinan atas Jam'iyyah Nahdlatul Ulama.

Kita tentu sangat familier dengan maqolah dari Mbah Hasyim Asy'arie: "Siapa saja yang berjuang untuk NU akan aku anggap santriku. Semua santriku kudoakan semoga khusnul khotimah seketurunannnya".

Jika kita percaya dhawuh Hadlrotussyaikh maka hendaklah berhati-hati, jangan-jangan karena berani ikut menghina Mbah Makruf Amin, harus berhadapan dengan beliau. "Coba pertanyakan pada diri kita, kira-kira apakah beliau ridlo jika penerusnya dihina dan direndahkan?"

Jika tidak ingin kuwalat, maka berhentilah.  Coba jika maqolah Mbah Hasyim itu dicerna dalam penjelasan untuk penghinaan penerus perjuangan Mbah Hasyim, kira-kira bagaimana.

Sungkem takdzim kagem Syaikhona Mbah Makruf Amin, semoga senantiasa sehat lahir batin dan istiqomah fi thoatillah dalam menahkodai Nahdlatul Ulama. Kami siap di belakang panjenengan dan menunggu dhawuh agung. Jika diminta tenang, kami akan tenang. Jika diminta untuk "bergerak", maka tidak ada kata lain: rame-rawe rantas malang-malang putung.

Shuniyya Ruhama

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...