Saturday, April 21, 2018

Napak Tilas Kisah Isra' dan Mi'raj

Peristiwa Isra’Mi’raj dialami Rasulullah saw pada usia 51 tahun, sesudah beliau ditinggal wafat dua orang kesayangan beliau saw yaitu paman beliau (Abu Thalib) dan istri tercinta beliau (Sayyidah Khadijah). Kemudian Allah ta'ala menyenangkan hati kekasihNya saw dengan meng'isra mi'rajkan beliau.

Sebelum beliau diperjalankan, Allah ta'ala menyuruh malaikat Jibril untuk membelah dada Rasulullah saw. Dada beliau saw dibelah bukan sebab di dalamnya ada kotoran atau terdapat ruang bagi setan. Hati beliau saw telah bersih dan suci sejak asalnya. Tetapi Allah berkehendak untuk menambahkan di hati beliau cahaya di atas cahaya dan memberikannya kesucian di atas kesucian.

Pembelahan dada Rasulullah saw oleh malaikat Jibril terjadi 2x. Pertama pada saat beliau masih kanak2 dalam asuhan Halimatus Sa'diyah, kedua ketika akan Isro Mi'roj.

Syaikh Muhyidin ibn Arabi menceritakan, Allah swt memerintahkan Jibril as agar pergi ke surga yang disebut Jannatul Buraq, Surga tempat para Buraq dan membawa satu Buraq untuk membawa Nabi saw dalam perjalanan Isra Mi’raj. Surga itu dipenuhi Buraq dan dia harus memilih satu Buraq. Ketika dia sedang mencari Buraq ini. Jibril as bingung mana yang harus dipilih, karena mereka semua terlihat sama, dan mereka semua sedang bersalawat atas Nabi saw. Sebagaimana Allah memerintahkan dalam ayat suci Al-Qur’an: "InnaAllaha wa malaikatahu yusalluna ala nabi ya ayyuhal ladzina amanu sollu alaihi wasalimu taslima" Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bersalawat atas Nabi, Wahai orang beriman bersalawatlah kalian atas Nabi dengan sebaik-baiknya salawat.

Jadi Buraq sebenarnya adalah malaikat dalam bentuk Buraq, sehingga mereka pun senantiasa mengucapkan salawat kepada Nabi saw. Jibril (as) melihat seluruh Buraq, dan ia melihat satu Buraq duduk menyendiri menjauh dari yang lain. Buraq itu menangis, dan menangis, dari tangisannya terbentuk sungai mutiara yang indah yang mengalir deras dari matanya, tangisan cinta dan kerinduan.

Jibril as pergi mendekati Buraq itu dan berkata, “Semua Buraq lain bersalawat memuji Nabi saw dengan gembira, tetapi mengapa kau di sini sendirian menangis, apa yang membuat kau menangis? Buraq itu berkata, “Ketika Allah menciptakan Buraq dan memberi tahu kami bahwa salah satu dari kami akan membawa Nabi Muhammad saw, maka semenjak hari itu aku menangis tak pernah berhenti. Aku berkata, “Ya Allah hatiku terbakar karena cintaku kepada Nabi saw, dan aku memohon kepada-Mu untuk menjadi Buraq yang membawa Nabi Muhammad saw ke surga-Mu. Maka sejak hari itu aku menangis terus menerus dengan rasa cinta dan kerinduan yang amat sangat kepada Nabi Muhammad saw”.

Jibril as mengatakan, “Kalau begitu kaulah yang aku pilih untuk membawa Nabi saw”.
Dan pada saat itu pula air mata Buraq itu berhenti menangis karena rasa bahagia bahwa ia akan membawa Sayyidina Muhammad saw. Subhanallah...Inilah buah yang manis dari tangisan karena cinta dan kerinduan kepada Nabi saw.

Dalam al Quran pertemuan beliau saw dg Allah difirmankan Allah dengan kalimat “Subhanalladzi asro biabdihi lailan…” (Mahasuci Allah yg memperjalankan hambaNya di suatu malam). Berbeda dg pertemuan Allah dg Nabi Musa yg difirmankan Allah dg ucapan Nabi Musa, “Robbi arini andzuru ilaik” (Ya Allah perlihatkanlah DzatMu sehingga aku dapat memandangMu). Sehingga tampak jelas tingginya kedudukan beliau saw. Nabi Muhammad tidak pernah meminta kepada Allah untuk diperlihatkan DzatNya namun Allah sendiri yang menghendakinya. Allah yang memperjalankannya dan ingin bertemu dengan Nabi dan kekasihNya.

Berkata Imam al Bushiri sohibul Burdah, “Faqonnabiyyina fi kholqin wa fi khuluqin…wa lam yudanuhu fi ilmin wa la karomin...dst” (Nabi Muhammad mengungguli para Nabi yg lain dalam rupa dan akhlaqnya...dan para nabi itu sama sekali tidak mendekati Nabi SAW dalam ilmu dan kemuliaannya...dan semua Nabi mengambil setetes dari lautan Rasulullah saw)

Beliau saw singgah di Masjidil Aqsha dan bertemu dengan para Nabi dan Rasul di Masjidil Aqsha, kemudian beliau mengimami shalat lalu beliau menaiki sebuah batu untuk berangkat menuju ke langit, dan di saat itu batu juga turut mengantar keberangkatan Nabi hingga beberapa meter di atas permukaan bumi... di saat Rasulullah SAW hendak melanjutkan perjalanan ke langit, batu itu pun tidak mau lepas dari kaki sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,.. maka Rasulullah saw memerintahkan kepada batu untuk tidak ikut mi’raj...

Karena tidak mendapatkan izin untuk ikut mi’raj maka batu itu tetap menggantung di udara tidak jatuh ke bumi, tetap ada hingga saat ini di Masjidil Aqsha.., hal itu merupakan teladan bagi kita bahwa batu-batu pun mencintai sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh seluruh makhluk mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Beliau saw lalu naik ke atas melewati langit demi langit. Malaikat Jibril yang tercipta dari cahaya terhenti di langit ketujuh...seraya berkata, "Jika aku naik selangkah lagi, aku akan terbakar"... Lalu naiklah beliau saw ke Sidratul Muntaha. Maka beliau adalah satu-satunya makhluk yg sampai ke Sidratul Muntaha ke hadirat Allah Pemilik Kerajaan Langit dan Bumi. Tidak ada satu makhluk pun baik dari golongan malaikat maupun para Nabi yg mencapai kemuliaan sebagaimana kemuliaan beliau saw. Tidak ada satu makhluk pun di langit maupun di bumi yg meraih kedekatan kepada Allah sebagaimana kedekatan yg diraih Rasulullah saw.

Kemudian Rasulullah saw mendapat perintah dari Allah Ta'ala untuk umat beliau yaitu shalat 50 waktu dalam sehari semalam. Demikian agungnya perintah sholat. Semua perintah Allah kepada Rasulullah untuk umatnya selalu disampaikan melalui malaikat Jibril. Kecuali sholat, Allah menyampaikan perintahNya langsung kepada beliau saw.
Rasulullah saw turun ke langit ke-7 bertemu nabiyullah Musa as.
Kata nabi Musa, "Wahai Rasulullah, apa yang engkau bawa?
Jawab Rasulullah saw, "Shalat 50 waktu dalam sehari semalam.”
Kata nabi Musa,"Engkau bersama umatMu tidak akan sanggup
untuk melaksanakannya. Kembalilah kepada Allah dan mintalah keringanan.”

Kemudian Rasulullah saw kembali lagi menghadap Allah meminta keringanan.
Bahkan sampai bolak balik 9x Rasulullah saw disuruh nabi Musa untuk meminta keringanan. Ketika kewajiban sholat sudah tinggal 5 waktu beliaupun masih disuruh kembali lagi oleh Nabi Musa. Namun beliau menjawab, “Sudah cukup wahai Nabi Musa, aku malu kepada Allah”, demikian indahnya adab beliau saw.

Dengan bolak-baliknya beliau dari langit ke tujuh ke Sidrotul Muntaha sampai sembilan kali maka beliau pun bertemu dan melihat Allah berulang-ulang.

Berkata Syekh Abi Madyan Syu'aib al Maghribi, "Secara dzohir Rasulullah berulang-ulang kembali kepada Allah untuk menurunkan kewajiban sholat, namun secara bathin berulang-ulangnya Rasulullah kembali kepada Allah adalah agar beliau berulang-ulang melihat Allah karena Allah berkehendak menambah ketenteraman dan kebahagiaan hati Rasulullah”.

Pada peristiwa malam 27 Rajab ini Beliau Saw melihat Surga..Neraka..dan bertemu Allah. Namun semuanya terjadi dalam waktu yg sangat singkat. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat, ketika pulang ke rumah beliau di Mekah kasur Beliau Saw pun masih terasa hangat dan daun yang tersentuh sewaktu berangkat pun belum berhenti bergoyang. Esok paginya ketika beliau menyampaikan apa yg beliau alami semalam, banyak orang yg sebelumnya beriman kepada beliau menjadi ingkar dan keluar dari barisan beliau saw. Hikmahnya adalah Allah hendak membersihkan beliau dari orang2 munafik. Sehingga tidak ada yg tersisa di barisan beliau saw kecuali orang2 yg beriman. Orang yang pertama kali membenarkan dan percaya kepada Rasulullah saw pada peristiwa Isra Mi'raj adalah Sayyidina Abu Bakar asShiddiq. Beliau Abu Bakar bahkan berkata, “Seandainya ada yg lebih menakjubkan lagi dari peristiwa itu maka sungguh aku mempercayainya”. Besarnya kecintaan dan keimanan Abu Bakar kepada Rasulullah saw.

Allahumma sholli ala Sayyidina Muhammad wa alihi wa sohbihi wa sallam

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...