Thursday, August 23, 2018

Ada Apa dengan Jokowi?


Oleh: Tri Handoyo

Jokowi itu sebetulnya seorang nasionalis, religius dan mempunyai inteligensia yg tinggi, tapi digambarkan oleh lawan-lawannya sebagai tolol. Pemberitaan yang diputar balik oleh para pendengki dari lorong-lorong hitam ini sudah terjadi sejak sebelum masa kampanye tahun 2014, dan lebih hebat lagi setelah jago mereka, yg diperkirakan pasti menang, ternyata tersungkur.

Kenapa dimusuhi? Karena Jokowi berniat merubah tata kelola negara dan politik Indonesia. Penguasa, pejabat, orang-orang politik banyak yang kotor, jadi otomatis banyak yang merasa dirugikan dalam proses perbaikan tersebut.

Memang mengadakan perubahan fundamental itu sangat beresiko, apabila kalah bisa hancur lebur. Tetapi Jokowi tidak takut, beliau dengan tegas dan cepat melaksanakan kebijaksanaan demi kebijaksanaan yang tentu saja, semua dipandang keliru oleh kubu oposisi dan para pendengki. Jokowi bukan politikus, tapi seorang pengusaha, jadi berpikir sebagai pengusaha, langsung "To The Point", yang mana sangat beda dengan cara berpikir politikus pada umumnya yang lebih sering berbelit-belit, penuh intrik dan mempunyai agenda tersembunyi.

Jokowi hanya berpikir apa adanya saja, yaitu keinginan supaya Indonesia bisa Jaya seperti dulu. Indonesia akan maju apabila rakyat punya banyak pilihan "pekerjaan", jadi rakyat bisa memilih "pekerjaan" yg disukai, sebab orang akan bisa bahagia dan sukses bila bekerja dibidang yang disenangi. Begitu pentingnya kerja sehingga motto yang digencarkan pada waktu kampanye adalah "Kerja, kerja, kerja".

Jokowi adalah seorang Presiden yang paling terbuka dan beliau menghendaki transparansi di semua lini, maka dari itu lahirlah musuh-musuh, terutama dari pihak-pihak yang selama ini menguasai ladang korupsi. Malah ada juga musuh dari partainya sendiri. Jokowi sendiri adalah orang yang sangat patuh terhadap norma dan nilai-nilai agama. Sudah sangat banyak perubahan yg dilakukannya dalam waktu hanya 4 tahun masa kepemimpinannya. Sekarang Indonesia berjalan di jalur yang sudah tepat.

Di awal masa pemerintahannya, Jokowi melihat perusahan negara, Petral, anak perusahaan Pertamina, sarat dengan para mafia. Ratusan triliun setiap tahun negara mengalami kerugian. Ketika akhirnya beliau mengeluarkan perintah untuk membubarkan Petral, dia ditakut-takuti oleh banyak pihak. Katanya, jika Petral dibubarkan, negara bisa runtuh. Diapun bisa dilengserkan.

Menteri dan tim yang diperintahkan untuk membubarkan Petral, bertanya kepadanya, “Apakah Bapak Presiden telah menimbang matang-matang untuk membubarkan Petral? Apakah Bapak Presiden sudah sadar betul dampak, resiko dan konsekuensi jika membubarkan Petral?”

“Bubarkan Petral!” perintah Jokowi singkat dan tegas. Kemudian Petral pun dibubarkan. Sejak petral dibubarkan, keadaan Indonesia sampai sekarang baik-baik saja.

Dalam hal pencurian ikan oleh nelayan asing yang begitu masif, Jokowi tidak main-main. Beliau tidak takut untuk bertindak keras, dibuktikan dengan memberi perintah kepada Menteri Susi untuk menenggelamkan kapal-kapal pencuri itu.

Menteri Susi bertanya ragu kepadanya. “Apakah Bapak Presiden benar-benar akan menenggelamkan kapal-kapal asing pencuri ikan itu? Apakah Bapak Presiden sadar reaksi negara-negara yang kapalnya ditenggelamkan? Apakah Bapak Presiden sudah tahu bahwa ada ‘orang-orang besar’ dari dalam negeri ikut bersengkokol dengan pencuri ikan-ikan kita?”

 “Tenggelamkan saja!” perintah Jokowi tegas. Sejak dimulainya penenggelaman kapal-kapal asing, sudah lebih seribu kapal ditenggelamkan. Sampai kini tak terjadi apa-apa, termasuk serangan dari ‘orang-orang besar’ itu. Kini ekspor ikan Indonesia terus meningkat drastis.

Saat Jokowi pergi ke Papua, beliau melihat langsung harga BBM di lapangan yang selangit. Kemudian keluar perintah untuk menyamakan harga BBM di Papua yang seliternya Rp. 50.000 bahkan bisa sampai Rp. 100.000,- Harga itu harus sama harganya di Pulau Jawa yang Rp. 6.500 perliter. Para pejabat di kementerian BUMN, khususnya di Pertamina, berulang-kali menakut-nakutinya. “Itu adalah mimpi di siang bolong. Butuh biaya, usaha besar untuk mewujudkan satu harga BBM. Bisa-bisa Pertamina rugi besar dan bangkrut”, kata mereka cemas.

“Samakan harga BBM di Papua dengan Jawa!” perintah Jokowi tegas. Beliau kemudian bolak-balik ke Papua untuk memastikan harga BBM satu harga. Setelah setahun berjuang berdarah-darah, harga BBM di Papua kini sama dengan Jawa. Demi rakyat Papua, Pertamina lewat orang-orang yang punya tekad tinggi membangun bangsa, berjuang setiap hari menantang medan berat untuk menyalurkan BBM di berbagai pelosok di Papua dan memastikan harganya sama dengan di pulau Jawa. Perjuangan berdarah-darah ini tak banyak diikspose dan tidak banyak orang yang mengapresianya.

Saat demo besar 212 di Monas, seluruh menteri termasuk Menkopolhukam, Panglima TNI, Kapolri dan komandan Paspampres tak setuju mendatangi para demonstran di Monas. “Demi keamanan, Bapak Presiden sangat tidak disarankan ke Monas”! Lalu Jokowi menghitung. “Berapa menit kita jalan kaki ke sana?” tanya Jokowi. “Tujuh menit”, jawab ajudannya. "Saya harus ke sana. Tetapkan waktunya", kata Jokowi. “Jam 11.50 WIB”, jawab ajudan.

Begitu jam 11.40, situasi di istana masih menegangkan. Semua diam. “Jam 11.41, Jokowi bangkit. “Mari kita ke Monas jalan kaki”. Di tengah jalan bertemu dengan JK yang berencana sholat ke Mesjid. Tetapi ketika JK diberitahu bahwa Jokowi ke Monas, JK kemudian berbalik langkah dan ikut dalam rombongan Jokowi. Setibanya di Monas, para pengawal hanya mengijinkan Jokowi di bawah panggung untuk mengucapkan sesuatu. Tetapi Jokowi ngotot naik ke atas panggung. Di atas panggung, Jokowi mengucapkan sebuah pidato singkat 2 menit. Setelah pidato, Jokowi segera balik ke istana dengan aman.

Sebelum Jokowi memulai pemerintahannya, HTI yang tujuannya mengganti sistem demokrasi dengan mendirikan negara khilafah, sudah mengakar di seluruh wilayah Indonesia. Dia heran mengapa organisasi yang di banyak negara sudah dilarang, tetapi di Indonesia masih berdiri kokoh? “Bubarkan HTI lewat Perpu”! Dia pun ditanya tiga kali oleh Menkopolhukam Wiranto, Kapolri dan pejabat keamanan lain.

“Apakah Bapak Presiden sudah memikirkan matang-matang untuk membubarkan HTI? Apakah Bapak Presiden sudah sadar betul resiko dan dampak lain jika ormas ini dibubarkan?” Bayangkan, Menteri Wiranto ikut menakut-nakuti Jokowi. Lalu apa respon Jokowi? “Bubarkan HTI besok” Perintah Jokowi tegas. Esoknya HTI dibubarkan. Semua melongo dan menganga. Sejak HTI dibubarkan, keadaan Indonesia baik-baik saja.

Jokowi mengaku bahwa seandainya beliau berorientasi pada prestasi ekonomi dan pencitraan, maka beliau hanya membangun pulau Jawa. Jika mau, beliau bisa mengucurkan anggaran besar-besaran untuk membangun ekonomi di pesisir Jawa. Ekonomipun bisa dipastikan dengan cepat tumbuh hingga 7 persen. Lalu mengapa itu tidak dilakukannya? Keadilan sosial. Pemerataan. Itulah jawaban Jokowi. Beliau membangun Papua, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan infrastruktur sekarang tidak langsung dinikmati hasilnya dan bukan di era pemerintahannya, tapi akan dinikmati generasi mendatang.

Jokowi mengaku bahwa seorang pemimpin harus mengambil keputusan-keputusan berani dan tepat. Keputusan-keputusan yang diambil tentu saja bukan tanpa perhitungan. “Ada hitung-hitungnya secara matang!”, kata Jokowi tegas dan lugas.

Kubu oposisi pusing melihat kesuksesan Jokowi dengan cara yangg dianggap gila ini, cara yang diluar standar sistem politik Indonesia selama ini, tapi mereka tidak berdaya, jadi mereka terus berusaha untuk menggempur dengan strategi merusak legitimasi pemerintahan dengan fitnah-fitnah keji. Segala macam problem dicari-cari untuk bisa menjatuhkan Jokowi. Dan yang paling aneh dia dituduh sebagai musuh Islam. Ketika beliau akhirnya menggandeng Prof. KH Ma’ruf Amin sebagai wapresnya, suara dari lorong hitam mengatakan beliau memanfaatkan ulama.

Baca selanjutnya:NU dan NKRI Semakin Mendunia Bersama Islam Nusantara

Dari setumpuk fitnah yang ditebar, Jokowi tetap bisa bertahan. Rakyat kecil lebih melihat hasil kerja Jokowi daripada semua fitnah itu. Ternyata masih banyak rakyat Indonesia yang cerdas. Mereka sadar bahwa kabar hoax, berita bohong, dan fitnah yang marak terjadi membuat rakyat terlatih untuk tidak gegabah menelan berita mentah-mentah. Begitu banyak drama politik di Indonesia yang mana kerap kali terjadi dua versi cerita. Cerita yang populer di dunia maya adalah yang negatif, fakta yang telah diputar balik oleh para pendengki. Mereka adalah orang-orang yang bergelimang dalam harta dan berenang dalam kemewahan. Mereka yang tidak senang dengan sepak terjang Jokowi yang mana kebijaksanaannya hanya dinikmati oleh rakyat kecil.

Ternyata selama ini rakyat telah dicekoki narasi-narasi negatif oleh mesin pembuat hoax. Rakyat yang mau memakai logikanya akan bisa menganalisa dan mengerti kebenaran. Salah satu logikanya yaitu: "Mungkinkah seorang Jokowi yang seumur hidupnya begitu sukses berbisnis, begitu sintingnya sehingga semua, ya semua kebijaksanaan yang dilakukannya sebagai presiden di Indonesia menghasilkan kesalahan-kesalahan fatal seperti yang dituduhkan kepadanya.

Mari kita tunggu saja drama ini, sambil mengamati bahwa betul tidak nya teori yang mengatakan *"BECIK KETITIK, ALA KETARA."*

Jangan lupa srupuuttt kopinya kawan....

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...