Tuesday, August 7, 2018

Permasalahan Adzan dan Iqomah dalam Kitab Masa'il As-Sholah Karya KH. Ahmad Yasin Asymuni


📗 NGAJI KITAB " MASA’ILUSSHOLAT "
Karya Syaikhunaa KH Ahmad Yasin Asymuni
[ Pengasuh PPHT Petuk Kediri ]
Tema : Permasalahan Adzan & Iqomah PART 02 Oleh  : محمد مزكى السراجني

                   🍀 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ 🍀

                           مَسَائِلُ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ
PERMASALAHAN SEPUTAR ADZAN & IQOMAH

٣). هل يصح الأذان من الأنثى والخنثى ؟

ج- لا يصح منهما للرجال والأذان منهما لغيرهم أنه ليس أذانا أصلا ، بل مجرد ذكر يثاب عليه أقل من ثواب الأذان كما قال ابن الوردي في شرح البهجة الوردية الجزء الثالث ص ١٠٥ : وَأَمَّا صِفَةُ الْمُؤَذِّنِ فَشُرُوطٌ وَسُنَنٌ، وَقَدْ أَخَذَ فِي بَيَانِ شُرُوطِهِ فَقَالَ (مِنْ) أَيْ يُسَنُّ الْأَذَانُ مِنْ (ذَكَرٍ مَا) أَيْ حُرٍّ أَوْ بَالِغٍ أَوْ فَحْلٍ أَوْ ضِدِّ كُلٍّ وَإِنْ كَانَتْ الثَّلَاثَةُ أَفْضَلَ، فَلَا يَصِحُّ مِنْ الْأُنْثَى وَالْخُنْثَى لِلرِّجَالِ كَمَا لَا تَصِحُّ إمَامَتُهُمَا لَهُمْ، وَقَدْ يَتَوَقَّفُ فِي هَذَا الْقِيَاسُ، وَأَمَّا أَذَانُهُمَا لِنَفْسِهِمَا أَوْ لِلنِّسَاءِ، فَقَدْ عُلِمَ مِمَّا مَرَّ إلى ان قال (قَوْلُهُ لِلرِّجَالِ) ظَاهِرُهُ أَنَّهُ يَصِحُّ مِنْهُمَا لِغَيْرِهِمْ وَتَقَدَّمَ أَنَّهُ لَيْسَ أَذَانًا أَصْلًا، بَلْ مُجَرَّدُ ذِكْرٍ يُثَابُ عَلَيْهِ أَقَلَّ مِنْ ثَوَابِ الْأَذَانِ إلَّا أَنْ يَكُونَ التَّقْيِيدُ بِالرِّجَالِ لِسَبْقِ الْكَلَامِ فِي الْأَذَانِ لِغَيْرِهِمْ اهــ لكن قال صاحب المنهج القويم الجزء الأول ص ١٤٩ : فإن أذنت سرا لها أو لمثلها أبيح أو جهرا فوق ما تسمع صواحبها وثمة من يحرم نظره إليها حرم للإفتتان بصوتها كوجهها

3). Apakah sah adzan dari seorang perempuan dan banci ( khuntsa ) ?

📚 JAWAB
       Hukum adzan dari keduanya adalah tidak sah untuk jamaah laki-laki. Dan adzan dari keduanya ( perempuan dan banci ) untuk selain jamaah laki-laki statusnya bukan dinamakan adzan sama sekali, akan tetapi hanya sebagai dzikir yang diberi pahala yang lebih sedikit dari pahala adzan. Sebagaimana perkataan Imam Ibnu Al-Wardi dalam Kitab Syarah Bahjah Al-wardiyyah Juz III halaman 105 : “ Dan adapun sifatnya mu’adzin itu ada syarat-syarat dan sunah-sunahnya. Dan sifat tersebut diambil dalam penjelasan syarat-syaratnya, lalu Pengarang mengatakan ( Dari ) maksudnya adzan itu disunahkan dari ( seorang laki-laki manapun ) maksudnya yang merdeka, baligh, berfungsi kejantanannya, atau kebalikan dari setiap sifat-sifat tersebut walaupun sifat tiga tersebut adalah yang lebih afdhol. Maka tidak sah adzan dari seorang perempuan dan banci untuk jamaah laki-laki sebagaimana tidak sah imamah ( menjadi imam sholat ) mereka ( untuk laki-laki ). Dan terkadang pengqiyasan ini dimauqufkan ( oleh sebagian ulama ). Adapun adzan mereka berdua ( perempuan dan banci ) untuk dirinya sendiri atau para jamaah wanita, maka telah diketahui dari keterangan yang telah lewat, sampai pada perkataan – ( perkataan pengarang  LIRRIJAAL ) dhohirnya adalah bahwa sah adzan dari keduanya untuk selain jamaah laki-laki. Namun telah disebutkan sebelumnya bahwa itu statusnya bukan adzan tapi adalah dzikir yang diberi pahala yang lebih sedikit dari pahala adzan, kecuali kalau memang pengqoyyidan pengarang dengan jamaah laki-laki ( diatas ) mungkin adalah karena sabqul kalam ( ketidak sengajaan pengarang ) dalam masalah adzan untuk selain jamaah laki-laki [ selesai ] ”. Akan tetapi pengarang kitab Minhajul Qowim dalam Juz I halaman 149 mengatakan bahwa : “ Jika seorang perempuan adzan dengan suara yang pelan untuk dirinya sendiri atau sesama perempuan, maka diperbolehkan, dan atau dengan suara keras diatasnya suara yang dapat didengarkan oleh temannya ( yang perempuan ) sedangkan disana ada orang yang haram melihatnya ( non mahram ), maka hukumnya haram dikarenakan dapat menarik fitnah ( ketertarikan ) dengan suaranya seperti wajahnya ”. 

٤). هل يستحب للمؤذن والمقيم إجابة أنفسهما ليجمعا بين ثواب الأذان والإقامة ؟

ج- فيه خلاف : نعم يستحب كما قال الشيخ حمد بن عبد الله الحمد الحنبلي في الروض المربع شرح زاد المستنقع الجزء الأول ص ٥٥ : وكذا يستحب للمؤذن والمقيم إجابة أنفسهما ليجمعا بين ثواب الأذان والإجابة. وعند ابن رجب أن المؤذن لا يجيب نفسه كما قال في حشية الروض المربع الجزء الأول ص ٤٥٦ : وقال ابن رجب :  الأرجح أن المؤذن لا يجيب نفسه، وهو ظاهر كلام جماعة اهـــ .

4). Apakah disunahkan bagi mu’adzin dan orang yang iqomah untuk menjawab untuk menjawab ( adzan dan iqomah ) mereka sendiri supaya bisa mengumpulkan antara pahala adzan dan iqomah ( sekaligus pahala menjawabnya ) ?

📚 JAWAB
       Ulama berbeda pendapat mengenai masalah ini : Ya, disunahkan sebagaimana perkataan Syekh Hamd bin Abdullah Al-Hamd Al-Hanbali dalam kitabnya Roudlul Murobba’ Syarah Zadul Mustanqi’ Juz I Halaman 55 : “ Begitu juga disunahkan bagi mu’adzin dan orang yang iqomah untuk menjawab untuk menjawab ( adzan dan iqomah ) mereka sendiri supaya bisa mengumpulkan antara pahala adzan sekaligus pahala menjawabnya ”. Sedangkan menurut Imam Ibnu Rojab bahwa seorang mu’adzin tidak disunahkan menjawab adzannya sendiri ebagaimana keterangan dalam Hasiyah Roudlul Murobba’ Juz I Halaman 456 : “ Dan telah berkata Imam Ibnu Rojab : Pendapat yang lebih unggul adalah seorang mu’adzin tidak disunahkan menjawab adzannya sendiri. Dan pendapat ini adalah dhohirnya perkataan segolongan Ulama [ selesai ]”.

٥). لو دخل مسجدا لصلاة الجمعة أثناء الأذان الثاني للجمعة فهل يجيب الأذان أم يصلي الجمعة ؟

ج- يجيب قائما ثم يصلي التحية كما قال حج في تحفة المحتاج في شرح المنهاج الجزء الخامس ص ١٣٤ : ( فَرْعٌ ) لَوْ دَخَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِي أَثْنَاءِ الْأَذَانِ بَيْنَ يَدَيْ الْخَطِيبِ فَفِي الْعُبَابِ تَبَعًا لِمَا اخْتَارَهُ أَبُو شُكَيْلٍ أَنَّهُ يُجِيبُ قَائِمًا ، ثُمَّ يُصَلِّي التَّحِيَّةَ بِخِفَّةٍ لِيَسْمَعَ أَوَّلَ الْخُطْبَةِ .

5). Jika seseorang masuk masjid untuk melaksanakan sholat tahiyyatul masjid pada pertengahan adzan sholat jumat yang kedua, apakah disunahkan menjawab adzan atau langsung sholat tahiyyatul masjid ?

📚 JAWAB
       Disunahkan menjawab adzan dalam posisi berdiri lalu sholat tahiyyatul masjid sebagaimana yang telah dikatakan oleh Imam Ibnu Hajar dalam kitab Tuhfatul Muhtaj Syarah Kitab Minhaj Juz V Halaman 134 : “ ( Masalah Cabangan ) Apabila ada seseorang masuk masjid pada hari jumat pada saat pertengahan adzan didepan Khotib, maka didalam kitab Al-Ubab mengikuti pendapat yang dipilih oleh Imam Abu Syakil bahwa orang yang masuk masjid tersebut disunahkan menjawab adzan dalm posisi berdiri lalu sholat tahiyyatul masjid dengan dipercepat agar dapat mendengarkan khutbah mulai awal ”.

٦). لو فرغ من الوضوء ثم سمع الأذان فهل يقرأ الدعاء أم يجيب الأذان ؟

ج- بدأ بذكر الوضوء ثم يجيب الأذان كما قال حج في تحفة المحتاج في شرح المنهاج الجزء الخامس ص ١٣٤ : وَلَوْ تَعَارَضَ إجَابَةُ الْأَذَانِ وَذِكْرُ الْوُضُوءِ بِأَنْ فَرَغَ مِنْهُ وَسَمِعَ الْأَذَانَ بَدَأَ بِذِكْرِ الْوُضُوءِ ؛ لِأَنَّهُ لِلْعِبَادَةِ الَّتِي بَاشَرَهَا وَفَرَغَ مِنْهَا .

6). Apabila ada seseorang telah selesai wudlu kemudian ia mendengar adzan, apakah ia disunahkan membaca doa ( setelah wudlu ) atau menjawab adzan ?

📚 JAWAB
       Ia disunahkan memulai dengan dzikir ( doa ) wudlu dahulu lalu menjawab adzan seperti yang dikatakan oleh Imam Ibnu Hajar dalam kitab Tuhfatul Muhtaj Syarah Kitab Minhaj Juz V Halaman 134 : “ Apabila ta’arudl ( bertentangan ) antara menjawab adzan dan doa setelah wudlu, semisal seseorang telah selesai berwudlu lalu ia mendengar adzan, maka ia memulai dengan doa setelah wudlu karena doa wudlu adalah ibadah yang tengah ia jalani dan wudlunya pun sudah selesai ”.

٧). هل تسن إجابة الأذان للسفر أو للميت المدفون ؟

ج- لا تسن كما في تحفة المحتاج في شرح المنهاج الجزء الخامس ص ١٣٥ : ( فَرْعٌ ) لَا تُسَنُّ إجَابَةُ  أَذَانِ نَحْوِ الْوِلَادَةِ وَتَغَوُّلِ الْغِيلَانِ ا هــ .

7). Apakah disunahkan menjawab adzan dikarenakan bepergian ( semisal adzan ketika akan berangkat ziaroh ) atau adzan ketika mayat yang akan dikuburkan  ?

📚 JAWAB
       Tidak disunahkan, sebagaimana keterangan dalam kitab Tuhfatul Muhtaj Syarah Kitab Minhaj Juz V Halaman 135 : “( Masalah Cabangan ) Tidak disunahkan menjawab adzan yang dilakukan semisal ketika bayi dilahirkan dan adzan untuk mengusir gendruwo ( jin yang suka mengganggu )”.

والله أعلم

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...