Thursday, August 30, 2018

Strategi Menjegal Jokowi


By: Ninanoor

Bagi para lawan politiknya, yang namanya Jokowi memang kurang asem. Bayangkan saja, orangnya kurus, kalau bicara lambat dan kalem, bajunya sederhana, jaman dulu pun pakai jas atau baju batik suka kegedean, suka nunduk-nunduk, menangnya di tinggi doang. Memang dia seorang pengusaha mebel, tapi kaya banget juga enggak. Di Solo dia kaya, tapi di kota besar macam Jakarta? Ah biasa lah itu.

Turunan bangsawan juga enggak. Bahasanya pun hanya bisa bahasa Jawa dan Indonesia. Bahasa Inggrisnya kacau deh. Pokoknya biasa aja. Sehingga ketika pertama kali bertemu, cenderung minta diremehkan. Minta di-underestimate.

Ketika dia menjadi Wali Kota Solo, dia masih terlihat remeh dan receh. Ketika Jokowi berhasil menang dalam Pilkada Jakarta, orang-orang mulai sadar akan kemampuannya yang tertutupi oleh sosoknya yang sederhana dan biasa itu. Dalemannya Jokowi itu bukan remeh dan receh, tapi kuat, tegas, bersih dan ahli siasat. Apalagi ketika akhirnya dia maju nyapres. Gerindra pasti kaget luar biasa.

Ini orang kelihatannya nggak punya ambisi, nggak haus kekuasaan, apalagi haus duit. Lah kok tiba-tiba nyapres. Bersih pula. Di Jakarta tidak ada cacatnya dalam soal KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Malah dia makin terkenal karena kebersihannya itu. Makin mendapat simpati rakyat. Bakal menjadi lawan berat bagi Prabowo.

Sejak 2014 itu, dimulailah sebuah strategi besar menghalangi Jokowi mendapatkan kekuasaan di negeri ini. Sosok Jokowi bagaikan hantu genderuwo raksasa bagi yang takut jalur-jalur duitnya mamfet. Lho? Apa coba alasannya capek-capek pakai kampanye hitam kalau bukan karena Harta dan Tahta?

Salahnya Jokowi, malah menang! Lawannya pada gigit jari. Ini orang bikin susah aja. Walaupun katanya bikin seneng rakyatnya. Tapi kan orang perlu fulus, duit! Jokowi tidak boleh betah berkuasa. Dia harus selalu diserang. Kalau tidak, nanti dia akan berkuasa lagi selama 5 tahun. Potensi cash back dan bonus-bonus bisa hilang lagi. Salah-salah langkah bisa kesenggol KPK. Sudah banyak contohnya. Perlu ada skenario besar. Jokowi harus dicegah berkuasa lagi nanti di 2019.

Strategi pun digodok. Dicari celah yang bisa mematikan langkah Jokowi. Isu PKI, pro-asing, pro-aseng, dan anti-Islam pun bertebaran. Sampai kemampuan Jokowi berbahasa Inggris pun diangkat menjadi sasaran nyinyir para buzzer, yang dibayar maupun yang suka rela. Yang suka rela ini entah kenapa benci banget sama Jokowi. Padahal kalau ditanya salahnya apa, kadang juga nggak bisa menjawab. Ada yang katanya karena Jokowi urusan sekarang susah. Nyogok dikit jadi takut dicolek KPK. Ada yang susah nyari kerja dan proyek, nyalahin Jokowi juga. Semua salah Jokowi.

Jauh-jauh hari sebelum masa kampanye calon presiden untuk Pilpres 2019, harus ada sesuatu yang bisa dipakai untuk menaburkan kebencian terhadap Jokowi. Yang bisa dipakai untuk memobilisasi massa di berbagai daerah. Bisa dipakai untuk berorasi menjelek-jelekkan pemerintah, tanpa takut dituduh makar. Namun tanpa menyebut siapa yang harus dipilih nanti di Pilpres 2019. Karena akan melanggar ketentuan kampanye Pemilu. Dan atas nama demokrasi dan kebebasan mengeluarkan pendapat, lahirlah gerakan tagar #2019GantiPresiden.

Deklarasi gerakan itu pada bulan Mei 2018 lalu di Jakarta diawali dengan narasi berikut ini. "Kami relawan nasional #2019GantiPresiden dengan ini menyatakan sikap keprihatinan atas kemiskinan, ketidakadilan, ketidakberpihakan, dan ancaman terhadap kedaulatan serta krisis kepemimpinan yang terjadi saat ini di bumi NKRI."

Baca selanjutnya: Biografi Maulana Fazlur Rahman Ansari

Sementara Jokowi sendiri sudah banyak membangun infrastruktur, jalan, jembatan, bendungan, pos-pos lintas perbatasan, pembangkit listrik, pelabuhan dan bandara. Jokowi juga menjaga kestabilan harga, mencaplok saham Freeport, mengalihkan blok minyak dari asing ke Pertamina, memajukan pesantren, blusukan ke pelosok-pelosok negeri, menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran, serta membayar hutang luar negeri dengan tertib dan tuntas. Kontras kan dengan isi deklarasi ganti presiden di atas?

Gerakan ganti presiden ini memang dimaksudkan untuk mengeksploitasi segala macam keburukan Jokowi. Menggali dan menyebarkan apa saja hal negatif tentang Jokowi. Dengan tujuan akhir, persepsi yang sangat negatif terhadap Jokowi. Ini adalah intro buat masuknya sosok Prabowo. Yang nanti akan dibangun citranya sebagai orang yang membawa obat dan vaksin bagi semua keburukan, kelemahan dan ketidaksempurnaan Jokowi. Ini grand design-nya. Skenario besar yang sedang diperankan oleh para lawan politik Jokowi. Tujuannya ya hanya satu, mencegah Jokowi berkuasa lagi. Keuntungan buat rakyat apa? Entahlah.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...