Wednesday, September 19, 2018

Sejarah Wahabi dan Arab Saudi


Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama pendiri-nya, Muhammad bin Abdul Wahab (lahir di Najd tahun 1111 H/1699 M). Asal mulanya dia ialah seorang pedagang yang sering berpindah dari satu negara menuju negara lain dan diantara negara yang pernah disinggahi ialah Baghdad, Iran, India dan Syam.

Lalu pada tahun 1125 H/1713 M, dia terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja selaku mata-mata Inggris di Timur Tengah. Semenjak itulah dia sebagai alat bagi Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya. Inggris memang sudah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di tengah ummat Islam sebagaimana Ahmadiyah dan Bahai. Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini pun termasuk dalam target program kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi.

Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan Sunni pengikut madzhab Hanbali, bahkan ayah-nya Syaikh Abdul Wahab ialah seorang sunni yang bagus, seperti itu pula guru-gurunya. Tetapi semenjak semula ayah dan guru-gurunya mempunyai firasat yang tidak cukup bagus soal dia, bahwa dia bakal sesat dan menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka menyuruh orang-orang untuk berhati-hati terhadapnya.

Ternyata tak berselang lama firasat itu benar. seusai hal itu terbukti ayahnya juga menentang dan memberi peringatan spesial padanya. Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama besar dari madzhab Hanbali, mecatat buku bantahan kepadanya dengan judul As-Sawaiqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tak ketinggalan pula bagian gurunya di Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafii, mecatat surat berisi nasehat:

Wahai Ibn Abdil Wahab, saya menasehatimu sebab Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin, kalau kamu dengar seseorang meyakini bahwa orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terang-kan dalilnya bahwa selain Allah tak ada yang bisa memberi manfaat maupun madharrat, jika dia menentang bolehlah dia kamu anggap kafir, tapi tak bisa jadi kamu mengkafirkan As-Sawadul Azham (kelompok kebanyakan) diantara kaum muslimin, sebab engkau menjauh dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, karena dia tak mengikuti jalan muslimin.

Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunnah sampai hari ini ialah kelompok terbesar. Allah Azza wa Jalla berfirman:

Dan barang siapa yang me-nentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang tidak jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang sudah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan) dan kami masukkan ia menuju dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (QS: An-Nisa 4:115).

Bagian dari ajaran yang (dipercayai oleh Muhammad bin Abdul Wahab, ialah mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan tawassul, ziarah kubur, maulid nabi, dan lain-lain. Beberapa dalil akurat yang disampaikan ahlussunnah wal jemaah berhubungan dengan tawassul, ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa alasan yang bisa diterima. Bahkan lebih dari itu, bahkan berbalik meng-kafirkan kaum muslimin semenjak 600 tahun sebelumnya, termasuk guru-gurunya sendiri.

Pada satu kesempatan seseorang menanyakan pada Muhammad bin Abdul Wahab, Berapa berbagai Allah SWT membebaskan orang dari neraka pada bulan Ramadhan? Dengan segera dia menjawab, Saban malam Allah SWT membebaskan 100 ribu orang, dan di akhir malam Ramadhan Allah SWT membebaskan sebanyak hitungan orang yang sudah dibebaskan dari awal sampai akhir Ramadhan. Pria itu menanyakan lagi Jika seperti itu pengikutmu tak mencapai satu % juga dari hitungan total tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang dibebaskan Allah SWT tersebut? Dari manakah hitungan total sebanyak itu? Sedangkan engkau membatasi bahwa cuma pengikutmu saja yang muslim.

Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab juga terdiam seribu bahasa. Sekalipun begini Muhammad bin Abdul Wahab tak menggubris nasehat ayahnya dan guru-gurunya itu.

Dengan berdalihkan pemurnian ajaran Islam, dia terus menyebarkan ajarannya di berkisar wilayah Najed. Orang-orang yang pengetahuan agamanya minim berbagai yang terpengaruh. Termasuk di antara pengikutnya ialah penguasa Dariyah, Muhammad bin Saud (meninggal tahun 1178 H/1765 M) pendiri dinasti Saudi, yang di lantas hari sebagai mertuanya.

Dia menyokong secara full dan memanfaatkannya untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Ibn Saud sendiri amat patuh pada perintah Muhammad bin Abdul Wahab. Kalau dia menyuruh untuk menghabisi atau merampas harta seseorang dia segera melaksanakannya dengan keyakinan bahwa kaum muslimin sudah kafir dan syirik selama 600 tahun lebih, dan menghabisi orang musyrik dijamin surga.

Semenjak semula Muhammad bin Abdul Wahab amat gemar mempelajari sejarah nabi-nabi palsu, sebagaimana Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dan lain-lain. Agaknya dia punya keinginan mengklaim nabi, ini tampak sekali saat ia menyebut para pengikut dari daerahnya dengan julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki Al-Muhajirin. Jika seseorang ingin sebagai pengikutnya, dia wajib mengucapkan dua syahadat di hadapannya lantas wajib mengakui bahwa sebelum masuk Wahabi dirinya ialah musyrik, seperti itu pula kedua orang tuanya. Dia pun diharuskan mengakui bahwa para ulama besar sebelumnya sudah mati kafir. Jika mau mengakui hal tersebut dia diterima sebagai pengikutnya, jika tak dia juga langsung dibunuh.

Muhammad bin Abdul Wahab pun sering merendahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan dalih pemurnian akidah, dia pun membiarkan para pengikutnya menghina Nabi di hadapannya, sampai-sampai seorang pengikutnya berkata: Tongkatku ini masih lebih bagus dari Muhammad, sebab tongkat-ku masih bisa digunakan membunuh ular, sedangkan Muhammad sudah mati dan tak tersisa manfaatnya sama sekali. Muhammad bin Abdul Wahab di depan pengikutnya tidak ubahnya sebagaimana Nabi di depan umatnya.

Pengikutnya semakin banyak dan wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya bekerja sama untuk memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam warga Arab, sebagaimana tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan sebagainya.

Enggak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lalu menyerbu makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerbu Karbala-Irak, tempat dikebumi-kan jasad cucu Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Sebab makam tersebut dinilai tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah SWT. Dua tahun lantas, mereka me-nyerang Madinah, menghancur-leburkan kubah yang ada di atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Keberhasilan menaklukkan Madinah berlanjut. Mereka masuk menuju Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Kabah yang terbuat dari sutra. Lalu merobohkan puluhan kubah di Mala, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar RAdan Sayyidina Ali RA, pun kubah Sayyidatuna Khadijah RA, masjid Abdullah bin Abbas.

Mereka terus menghancur-leburkan masjid-masjid dan tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka pun mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin tersebut. Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan Mahmud II, penguasa Kerajaan Usmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk melumpuhkannya.

Pada 1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali. Gerakan Wahabi surut. Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Saud bangkit kembali mengusung paham Wahabi.

Tahun 1924, ia berhasil menduduki Mekkah, lalu menuju Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan Turki akibat kekalah-annya dalam Tempur Jagat I. Semenjak itu, sampai sekarang, paham Wahabi mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi. Dewasa ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat international. Riyadh mengeluarkan jutaan dolar AS saban tahun untuk menyebarkan ideologi Wahabi. Semenjak hadirnya Wahabi, jagat Islam tak pernah tenang full dengan pergolak-an pemikiran, karena kelompok ekstrem itu selalu meng-halau pemikiran dan pemahaman faham Sunni-Syafii yang telah mapan.

Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya ialah me-runtuhkan kubah-kubah di atas makam sahabat-sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang berada di Mala (Mekkah), di Baqi dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan meng-gunakan dinamit penghancur. Seperti ini pun kubah di atas tanah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dilahirkan, yaitu di Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan meng-gunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta, tetapi sebab gencarnya desakan kaum Muslimin International maka dibangun perpustakaan.

Kaum Wahabi benar-benar tak pernah menghargai peninggalan sejarah dan meng-hormati nilai-nilai luhur Islam. Semula AI-Qubbatul Khadra (kubah hijau) tempat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dimakamkan pun bakal dihancurkan dan diratakan dengan tanah tapi sebab ancaman International maka orang-orang wahabi itu mengurungkan niatnya. Kayak gitu pula seluruh rangkaian yang sebagai manasik haji bakal dimodifikasi termasuk maqom Ibrahim bakal digeser tapi sebab berbagai yang menentangnya maka diurungkan.

Pengembangan kota suci Makkah dan Madinah akhir-akhir ini tak mempedulikan situs-situs sejarah Islam. Makin habis saja bangunan yang sebagai saksi sejarah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan sahabatnya. Bangunan itu dibongkar sebab kuatir dijadikan tempat keramat. Bahkan sekarang, tempat kelahiran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terancam bakal dibongkar untuk perluasan tempat parkir. sebelum ini, rumah Rasulullah juga telah lebih dulu digusur. Padahal, di-situlah Rasulullah berulang-ulang menerima wahyu. Di tempat itu pun putra-putrinya dilahirkan serta Khadijah meninggal.

Islam dengan tafsiran kaku yang dipraktikkan Waha-bisme paling punya andil dalam pemusnahan ini. Kaum Wahabi melihat situs-situs sejarah itu bisa mengarah kepada pemujaan berhala baru. Pada bulan Juli yang lalu, Sami Angawi, ahli arsitektur Islam di wilayah tersebut menjelaskan bahwa berbagai bangunan dari period Islam kuno terancam musnah. Pada tempat bangunan berumur 1.400 tahun Itu bakal dibangun jalan ke menara tinggi yang sebagai maksud ziarah jemaah haji dan umroh.

“Ketika ini kita tengah menyaksikan saat-saat terakhir sejarah Makkah. Bagian bersejarahnya bakal segera dirata-kan untuk dibangun tempat parkir,” katanya kepada Reuters. Angawi menyebut setidaknya 300 bangunan bersejarah di Makkah dan Madinah dimusnahkan selama 50 tahun terakhir. Bahkan sebagian besar bangunan ber-sejarah Islam sudah punah semenjak Arab Saudi berdiri pada 1932. Hal tersebut berhubungan dengan maklumat yang dikeluarkan Dewan Keagamaan Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat tersebut tertulis, “Pelestarian bangunan bangunan bersejarah berpotensi menggiring ummat Muslim pada penyembahan berhala.”

Nasib situs bersejarah Islam di Arab Saudi memang amat menyedihkan. Mereka berbagai menghancur-leburkan peninggalan-peninggalan Islam semenjak masa Ar-Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Seluruh jejak jerih payah Rasulullah itu habis oleh modernisasi ala Wahabi. Sebaliknya mereka malah mendatangkan para arkeolog (ahli purbakala) dari seluruh jagat dengan ongkos ratusan juta greenback untuk menggali peninggalan-peninggalan se-belum Islam bagus yang dari kaum jahiliyah maupun sebelumnya dengan dalih obyek wisata. Lalu dengan bangga mereka menunjukkan bahwa zaman pra Islam sudah menunjukkan kemajuan yang luar biasa, tak di-ragukan lagi ini merupakan pelenyapan bukti sejarah yang bakal menimbulkan suatu keraguan di lantas hari.

Gerakan wahabi dimotori oleh para juru dakwah yang radikal dan ekstrim, mereka menebarkan kebencian permusuhan dan didukung oleh keuangan yang lumayan besar. Mereka gemar menuduh golongan Islam yang tidak sejalan dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan ahli bidah. Itulah ucapan yang selalu didengungkan di saban kesempatan, mereka tidak pernah mengakui jasa para ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri. Di negeri kita ini mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang menyebarkan dan meng-Islam-kan warga negeri ini.

Mereka menjelaskan ajaran para wali itu masih kecampuran kemusyrikan Hindu dan Budha, padahal para Wali itu sudah meng-Islam-kan 90 % warga negeri ini. Mampukah wahabi-wahabi itu meng-Islam-kan yang 10% sisanya? Mempertahankan yang 90 % dari terkaman orang kafir saja tidak bakal sanggup, apalagi mau menambah 10 % sisanya. Bahkan mereka dengan mudahnya mengkafirkan orang-orang yang dengan nyata bertauhid kepada Allah SWT. Kalau tidak sebab Rahmat Allah SWT yang mentakdirkan para Wali Songo untuk berdakwah menuju negeri kita ini, tentu orang-orang yang sebagai corong kaum wahabi itu masih berada dalam kepercayaan animisme, penyembah berhala atau masih kafir. (Naudzu billah min dzalik).

Oleh sebab itu janganlah dipercaya jika mereka mengaku-aku selaku faham yang cuma konsisten pada Al-Quran dan As-Sunnah. Mereka berdalih meng-ikuti keteladanan kaum salaf apalagi mengklaim selaku golongan yang selamat dan sebagainya, itu seluruh omong kosong belaka. Mereka sudah menorehkan catatan hitam dalam sejarah dengan membantai ribuan orang di Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang dinamakan Saudi).

Tidakkah anda ketahui bahwa yang terbantai waktu itu terdiri dari para ulama yang sholeh dan alim, bahkan anak-anak serta balita juga mereka bantai di depan ibunya. Tragedi berdarah ini terjadi berkisar tahun 1805. Seluruh itu mereka lakukan dengan dalih memberantas bidah, padahal bukankah nama Saudi sendiri ialah suatu nama bidah Sebab nama negeri Nabi Saw diganti dengan nama satu keluarga kerajaan pendukung faham wahabi yaitu As-Saud.

Sungguh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sudah memberitakan bakal datangnya Faham Wahabi ini dalam berbagai hadits, ini merupakan tanda kenabian beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam memberitakan sesuatu yang belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini ialah shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab shahih Bukhari dan Muslim dan lainnya. Diantaranya: “Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah itu datangnya dari penjuru sana,” sambil menuding menuju penjuru timur (Najed). (HR. Muslim dalam Kitabul Fitan).

Bakal keluar dari penjuru timur segolongan insan yang membaca Al-Quran tetapi tak sampai melewati kerongkongan mereka (tak sampai menuju hati), mereka keluar dari agama sebagaimana anak panah keluar dari busurnya, mereka tak bakal bisa kembali sebagaimana anak panah yang tidak bakal kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur (Gundul). (HR Bukhori no 7123, Juz 6 hal 20748). Hadis ini pun diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Hibban. (Ahmad Zaini Dahlan, 1305: 57)

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berdoa: “Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman,” Para sahabat berkata: Dan dari Najed, wahai Rasulullah, beliau berdoa: “Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman,” dan pada yang ketiga kalinya beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Di sana (Najed) bakal ada keguncangan fitnah serta di sana pula bakal muncul tanduk syaitan.” Dalam riwayat lain dua tanduk syaitan.

Dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan, bahwa tanda-tanda mereka ialah bercukur (gundul). Dan ini ialah merupakan nash yang papar ditujukan kepada para penganut Muhammad bin Abdul Wahab, sebab dia sudah memerintahkan saban pengikutnya mencukur rambut kepalanya sampai mereka yang mengikuti tak diper-bolehkan berpaling dari majlisnya sebelum bercukur gundul.

Hal sebagaimana ini tak pernah terjadi pada aliran-aliran sesat lain sebelumnya. Sebagaimana yang sudah dikatakan oleh Sayyid Abdurrahman Al-Ahdal: “Tak perlu kita mecatat buku untuk menolak Muhammad bin Abdul Wahab, sebab telah lumayan ditolak oleh hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam itu sendiri yang sudah menegaskan bahwa tanda-tanda mereka ialah bercukur (gundul), sebab ahli bidah sebelumnya tak pernah berbuat begini.”

Al-Allamah Sayyid AIwi bin Ahmad bin Hasan bin Al-Quthub Abdullah AI-Haddad menyebutkan dalam kitabnya Jalauzh Zholam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Bakal keluar di abad kedua belas (seusai hijrah) nanti di lembah Bany Hanifah seorang pria, yang tingkahnya bagaikan sapi jantan (sombong), lidahnya selalu menjilat bibirnya yang besar, pada zaman itu berbagai terjadi kekacauan, mereka menghalalkan harta kaum muslimin, diambil untuk berdagang dan menghalalkan darah kaum muslimin” AI-Hadits.

Bany Hanifah ialah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad bin Saud. Lalu dalam kitab tersebut Sayyid AIwi menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahab. Adapun mengenai sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mengisyaratkan bahwa bakal ada ke-guncangan dari penjuru timur (Najed) dan dua tanduk setan, sebagian, ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain ialah Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad Ibn Abdil Wahab. Pendiri ajaran Wahabiyah ini meninggal tahun 1206 H / 1792 M. (Dr. Abdullah Mohammad Sindi : 1998 : 21).
Pembantaian

Periode-periode itu ialah masa-masa berdarah gabungan Saudi-Wahabi, dalam kitabTarikh Najddituturkan penyerbuan dan pembunuhan dimulai terhadap pemimpin-pemimpin di daerah-daerah berkisar Diriyah, mulai dari penyerbuan menuju Tsarmada dan menghabisi 70 orang yang disebut selaku orang murtad (menentang kelompok Wahabi), penyerbuan menuju Riyadh, Harimla, dan lain-lainnya.

Menurut penuturan Ibn Bisyr ketika Abd Aziz menaklulan Riyadh pada Musim Panas tahun 1187 H, penduduknya laki-laki, perempuan dan anak-anak lari menuju bukit-bukit, berbagai dari mereka yang mati kelaparan dan kehausan, Abd Aziz juga meneruskan penaklukan, memerangi dan mengambil rampasan perang. (Unwanul Majd. Vol I, h. 120) Ibn Ghannam menceritakan Saud, anak Abd Aziz ketika menaklukkan Al-Qathif dan Al-Hasa tahun 1206-1207 H membantai 1500 orang. (Tarikh Najd, h. 182-183). Dalam pertempuran Raqiqah tahun 1210 H, Saud menghabisi 300 orang dari sebuah dusun supaya sebagai pelajaran bagi dusun-dusun yang lain supaya tak menentang pasukannya. (Unwanul Majd, h. 216).

Penghancuran dan Pembantaian di Karbala

Pengrusakan terbesar Dinasti Saudi-Wahabi ialah Karbala tahun 1216 H/1801 M, sebagaimana yang dicatat oleh Ibn Bisyr, Saud yang memimpin pasukan, menghabisi warga Karbala bagus di rumah-rumah dan di pasar-pasar, menghacurkan makam Sayyidina Husain, dan merampas barang-barang berharga dari makam itu, permata, batu-batu mulia, mereka pun merampas seluruh barang dari Karbala, senjata, pakaian, karpet, perak, emas. Mereka pun membantai tak tidak cukup dari 2000 orang. seusai menunaikan misinya, Saud berangkat dari Karbala dengan membawa rampasan tempur, ia memperoleh 1/5 bagian dan sisanya dibagikan kepada orang Islam yaitu pasukannya bagi pasukan infantri satu bagian, sementara pasukan kavaleri memperoleh dua bagian.(Unwanul Majd, h. 257-258).

Memperlakukan Ulama Makkah sebagaimana Ahlul Kitab

Ketika Saud bakal menduduki kota Makkah, ia mengirimkan surat, yang nadanya penerimanya ialah orang non-muslim, sebagaimana halnya gaya bahasa Rasulullah Noticed terdahulu mengirimkan surat pada Ahlul Kitabassalamu ala man ittabaal hudabukan assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh, lantas ia mengutip ayat 64 surat Ali Imran,Ya Ahlal Kitabhai orang Ahlul Kitab.(Unwanul Majd, h. 261). Menjadi ia memahami bahwa ulama-ulama Makkah dan para pembesarnya ketika itu ialah orang Kristen, Yahudi, atau agama lain!

Saat ia berhasil menduduki Muharram 1218, seusai pertempuran yang berdarah, meminta warga berkumpul di Masjidil Haram, ia juga berkhutbah dengan meminta baiat dari mereka secara paksa dan menegaskan ideologi baru, yaitu tauhid Wahabi yang wajib mereka patuhi, menjauhi tradisi syirik dan mengutip hadits Nabi yang disebutkan dalam kitab Tauhid Muhammad bin Abd Wahhab, menjelang Kiamat bakal ada ummat Islam yang mengikuti kaum musyrik dan menyembah berhala.

seusai itu, Pasukan Saudi-Wahabi menghancur-leburkan monumen kelahiran Nabi, Abu Bakar, Imam Ali, dan Sayyidah Khadijah yang mereka tuduh selaku berhala-berhala yang disembah selain Allah seusai itu Saud mengirimkan surat menuju Sultan Turki bahwa ia sudah menghancur-leburkan agama berhala.

Saud digantikan Abdullah bin Saud, yang sebagai raja terakhir Dinasti Saudi Pertama, seusai ibu kotanya Diriyah dihancurkan pasukan Dinasti Turki Utsmani di bawah komando Ibrahim Pasha, anak gubernur Mesir, Muhammad Ali Pasha pada tahun 1818.

Saling Bunuh Dinasti Saudi Kedua
Pada Periode Dinasti Saudi Kedua, tak ada hal yang penting diceritakan, sebab periode ini menulis perebutan kekuasaan dan pembunuhan inner dalam Dinasti Saudi. Dinasti Kedua yang didirikan oleh Turki Al Saud, dibunuh oleh keponakannya sendiri, Musyari, dan nantinya anak Turki, Faisal, menghabisi Musyari untuk merebut kekuasaan ayahnya.

Pada periode ini, Gerakan Wahabi yang diwakili Keluarga Al-Syaikh (anak cucu Syaikh Muhammad bin Abd Wahhab) bersikap pragmatis, siapapun yang sebagai pemimpin, walaupun dengan cara memberontak dan menghabisi pemimpin sebelumnya, mereka bakal berbaiat.
Wallahu Alam.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...