Saturday, October 13, 2018
Sepenggal Kisah Sang Penjaga Al-Qur'an, Simbah Munawwir Jogja
Mbah KH. Said Gedongan Cirebon (kakek KH. Mahrus Aly Lirboyo) sering mengirim uang kepada KH. Munawwir Krapyak Jogja ketika mondok di Makkah, padahal beliau berdua tidak saling kenal. Hal tersebut didasarkan atas kekaguman Mbah Said saat mendengar kabar bahwa ada orang Jawa yang rela susah payah mondok di Makkah demi menghafal Qur'an.
Ketika Mbah Munnawwir pulang ke tanah air, beliau segera mencari alamat Mbah Said untuk bersilaturrahmi dan mengucapkan terima kasih. Dan di Cirebon pada saat yang sama, Mbah Said menginstruksikan kepada santri-santrinya untuk segera wudlu. Dan beliau berkata: "Kalo memang Kyai Munawwir wali, maka hari ini beliau akan datang ke sini. Dan santri yang tidak punya wudlu dilarang salaman dengan orang suci." Subhanalloh, Mbah Munawwir hari itu juga datang di Gedongan Cirebon.
Beberapa tahun kemudian, melihat potensi & kemampuan Mbah Munawwir, Keraton Jogja mengangkat beliau menjadi seorang qodli (hakim). Disamping menjadi qodli, beliau juga membuka pengajian di lingkungan keraton.
Seiring berjalannya waktu, semakin banyak jamaah pengajian beliau sehingga tempat yang tersedia tidak lagi muat. Hingga akhirnya Mbah Said memberikan sebidang tanah wakaf kepada Mbah Munawwir yang menjadi cikal bakal Pondok Pesantren Krapyak.
Sosok Mbah Munawwir yang terkenal sebagai pembawa Qur'an ke Tanah Jawa tidak lepas dari figur ayahanda beliau yang bernama KH. Abdulloh Rosyad.
Pada waktu muda, Mbah Rosyad punya keinginan kuat untuk menghafal Qur'an. Itu dibuktikan, ketika beliau menghafal dibarengi dengan riyadloh/ tirakat berendam di sungai (mungkin agar tidak ngantuk). Berkali-kali beliau melakukan tirakat tersebut dan suatu hari, beliau mendengar suara: "Hafalkan semampumu, karena itu bagianmu. Dan tidak usah berkecil hati, kamu akan diberi keturunan yang ahli Qur'an."
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Hizbut Tahrir memiliki dua bendera, berwarna putih yang disebut Liwa' dan warga hitam yang disebut Rayah. Mereka mengklaim 2 bendera ...
-
Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Infithaar (Terbelah). Surah Makkiyyah; Surah ke 82: 19 ayat “BismillaaHir rahmaanir rahiim. 1. apabila lang...
-
Namanya adalah Syeikh Subakir. Seorang mubaligh nusantara dari Persia, Iran. Tak banyak orang tahu dan mengenal nama Syekh Subakir. Padah...
-
Oleh Suryono Zakka Ada yang mempertanyakan tentang maksud dari Islam moderat. Istilah Islam moderat dipertanyakan karena tidak sesuai d...
-
Soeharto Lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921. Ia lahir dari keluarga petani yang menganut Kejawen. Keyakinan keluarga...
-
A. Secara Etimologis (Bahasa) 1. Menurut Al-Lihyani (w. 215 H) Kata Al-Qur'an berasal dari bentuk masdar dari kata kerja (fi...
-
Ada perbedaan mendasar antara ideologi Wahabi dengan Aswaja. Bagi masyarakat yang tidak paham tentang belantara online, akan mudah terper...
-
Baru-baru ini Nahdlatul Ulama sedang didera ujian berupa fitnah-fitnah dari pihak yang berseberangan dengan Nahdlatul Ulama. Bahkan banya...
-
Anda pasti sering mendengar istilah Cinta ditolak dukun bertindak. Bahkan sebelum menyatakan cinta pun menggunakan jasa dukun, ajian pele...
-
Oleh Rijalul Wathon Al-Madury Sayyid Kamal al-Haydari yg dengan nama lengkap Kamal bin Baqir bin Hassan al-Haydari (السيد كمال بن باقر ...
No comments:
Post a Comment