Friday, October 19, 2018

Tiga Bentuk Politik Versi KH. Mustofa Bisri (Gus Mus)


Mustasyar PBNU KH A Mustofa Bisri menilai, kemelut masalah keagamaan yang bersumber dari imbas suhu politik pada musim pilkada baru-baru ini merupakan bentuk penggunaan agama yang dipakai berpolitik oleh orang-orang yang tidak ahli berpolitik.

“Ini yang mengacaukan kita kan orang yang kepengennya berpolitik tapi tidak mengerti politik. Lalu menggunakan agama tapi tidak tahu agama. Jadi repot semua, nggak begitu mengerti berpolitik, menggunakan agama tapi nggak mengerti agama. Kacaunya dobel-dobel atau murakkab,” ungkapnya saat mengisi pengajian yang Masjid Raya Alun-Alaun Bandung, Jawa Barat.

Untuk meluruskan pemahaman, kiai yang masyhur disapa Gus Mus itu menuturkan tentang tiga bentuk politik :

( 1 ) Pertama, ada politik kebangsaan. Politik ala NU selalu berpikir tentang bangsa Indonesia. Bermula dari pikiran sederhana bahwa Indonesia adalah rumah kita. Oleh karena itu, politik kebangsaan adalah suatu hal penting untuk menjaga NKRI yang mutlak sebagai orang NU.

“Yang dipikirkan NU itu Indonesia. Dulu ketika Gus Dur diturunkan kenapa tidak menggerakkan rakyat (Nahdliyin) yang berjumlah lebih dari 60 juta orang. Itu berapa kali lipat penduduk Arab Saudi. Kalau Gus Dur mengerahkan rakyat itu, kayak apa Indonesia? Politik kebangsaan mengalahkan politik kekuasaan,” ujarnya.

( 2 ) Kedua, politik kerakyatan. Politik ini, kata Gus Mus, yang sudah jarang-jarang dijalankan oleh orang-orang NU. Ia memamparkan bahwa politik kerakyatan itu politik yang membela rakyat. “Kalau menjadi anggota dewan ya betul-betul menjadi wakil rakyat betul, jangan mewakili diri sendiri. Wakil rakyat kok mewakili diri sendiri,” sindirnya disambut tawa hadiri yang memenuhi serambi masjid dan alun-alun.

Gus Mus melanjutkan bentuk ketiga adalah yang paling diminati oleh orang, yaitu :

( 3 ) politik kekuasaan atau politik praktis. Ini yang bagi Gus Mus merupakan hal yang sangat sepele, paling hanya 5 tahun.

“Urusan lima tahunan lha kok bawa-bawa Al-Qur’an yang ila yaumil qiyamah (sampai hari kiamat). Memang kepentingan duniawi itu kadang-kadang meskipun cuma lima tahunan tetapi bisa menghilangkan pikiran kita,” terang pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang ini.

Ia mengingatkan bahwa mencintai dunia secara berlebihan-lebihan adalah sumber dari segala kesalahan, sumber malapetaka. “Tidak usah berlebih-lebihan suka pangkat, suka harta, yang sedang-sedang saja. Kalau bahasa NU, tawassuth dan i’tidal. Berlebihan apa saja itu yang menyebabkan rusak,” pesan Gus Mus.

2⃣ FOKUS :
وقد قال الله تعالی فی کتابه المبین وهو اصدق القاٸلین :

إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْأَنْعَامُ حَتَّىٰ إِذَا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالْأَمْسِ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu hanya seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi dengan subur (karena air itu), di antaranya ada yang dimakan manusia dan hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan berhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), datanglah kepadanya adzab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman)nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang yang berpikir. [ Yunus/10:24 ]

3⃣ Dari Ka’ab bin Malik Al-Anshari Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda:

مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلاَ فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ

“Dua ekor serigala yang lapar kemudian dilepas, menuju seekor kambing, (maka kerusakan yang terjadi pada kambing itu) tidak lebih besar dibandingkan dengan kerusakan pada agama seseorang yang ditimbulkan akibat ambisi terhadap harta dan kehormatan”. { HR ahmad, nasa´i,tirmidzi dan ibnu hibban dlm shohihnya dan imam tirmidzi berkata bahwa hadits ini shohih hasan } .

4⃣
قال النبی ﷺ :
مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَـهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ جَمَعَ اللهُ لَهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِـيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَـتْهُ الدُّنْـيَا وَهِـيَ رَاغِمَـةٌ

 Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh Azza wa Jalla akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.{ shohih HR : ahmad 7/ 183 } .

💠 والله اعلم بالصواب اللهم سلمنا من افات الدنیا والاخرة ومن فتنتهما انك علی کل شيء قدیر برحمتك یاارحم الراحمین امین 💠

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...