Kerap kita saksikan diberbagai media, kelompok-kelompok ektrem yang mengatasnamakan agama melontarkan statemen buruk kepada sesama muslim dengan kalimat diatas. Begitu mudahnya dan begitu ringannya bibir melontarkan ucapan sumpah serapah hanya karena tidak sesuai dengan pendapat dan golongannya.
Kelompok ini bertopeng ayat al-Qur'an dan as-Sunnah untuk menebar ideologinya dan mengklaim sebagai pemangku otoritas Islam sehingga diluar kelompoknya dianggap kafir, pasti salah dan pasti sesatnya. Monopoli sepihak dan klaim kebenaran sehingga menuhankan teks-teks lahiriah, skripturalis (rigid) dan tidak ramah lingkungan. Akibatnya, dimana kelompok ini berada, pasti menghembuskan virus kebencian dan kegaduhan demi untuk menyalurkan hasrat ideologinya dengan kedok mengajak umat untuk kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah.
Mengapa semboyan kembali kepada al-Qur'an dan Sunnah hanyalah kedok belaka? Sebab orang atau kelompok yang diajak kembali kepada al-Qur'an dan Sunnah dianggap semuanya awam dan tidak tahu tentang agama. Seluruh ulama dari berbagai level dianggap telah menyimpang dan tidak sesuai dengan al-Qur'an dan sunnah sehingga diajak untuk kembali kepada jalan yang benar.
Menganggap ulama adalah bodoh sejatinya adalah kebodohan. Dan orang yang paling bodoh adalah yang merasa dirinya paling pintar bahkan mengira kepintarannya melebihi levelnya ulama. Bukan hanya itu, umat Islam diluar golongannya akan didoktrin dan dicuci otaknya sesuai dengan mindset atau pola pemikiran mereka.
Baca juga: Menjaga NKRI bersama Banser
Menganggap ulama adalah bodoh sejatinya adalah kebodohan. Dan orang yang paling bodoh adalah yang merasa dirinya paling pintar bahkan mengira kepintarannya melebihi levelnya ulama. Bukan hanya itu, umat Islam diluar golongannya akan didoktrin dan dicuci otaknya sesuai dengan mindset atau pola pemikiran mereka.
Baca juga: Menjaga NKRI bersama Banser
Parahnya lagi, mereka yang mengajak kembali kepada al-Qur'an dan Sunnah ini bukanlah ahli dibidang agama atau pakar dalam diskursus keagamaan melainkan hanyalah orang yang sedang belajar agama, sedang belajar teknik mencari pengikut atau sedang giat belajar internet. Sehingga kapasitas dan sanad keilmuannya tidak bisa dipertanggungjawabkan alias pengabdi setan. Bagaimana mungkin bisa memahami al-Qur'an dan Sunnah tanpa peran ulama? Menjadi makhluk penghayal merasa ahli Al-Qur'an dan Sunnah sehingga seolah-olah pernah bertemu dengan Allah dan Rasulullah.
Begitulah gambaran orang-orang yang hanya dibesarkan karena media bukan karena keilmuannya. Apa yang saya sebut dengan teroris zaman now yaitu mendadak ngustadz. Dipanggil ustadz karena penampilannya yang jumawa layaknya ustadz atau tokoh agama yang mumpuni namun karena belajar agama yang instan, mini dan simpel jadilah ustadz dadakan atau ustadz jadi-jadian. Memoles lidah dan bibirnya dengan sepenggal ayat dan sepotong sabda dengan menakjubkan bak anak panah yang meluncur cepat dari busurnya. Menampakkan sebagai ahli ibadah sehingga mengira sebagai orang yang paling mengerti tentang ibadah dan dalil agama, terbersit dalam hatinya tiada seorangpun hamba yang bisa menandingi dan mengalahkan ibadahnya.
Mengapa disebut ustadz dadakan atau ustadz jadi-jadian? Ya, penampilannya klimis dan menawan layaknya ustadz tapi perkataannya menebar teror, kebencian dan permusuhan. Karena dadakan maka jurus "dakwahnya" tidak banyak yakni hanya berputar pada beberapa kosa kata yaitu ente kafir, bid'ah, musyrik, pengikut thaguth dan ahli neraka.
Banyaknya fenomena semacam ini, kita semua sebagai penggiat media perlu waspada sehingga kita benar-benar bisa mengidentifikasi mana ustadz atau ulama yang benar dan mana yang hanya dadakan. Ustadz atau ulama yang asli senantiasa membawa kesejukan, cinta perdamaian, keluhuran akhlaknya dan penuh toleransi sebagai bukti keagungan ilmunya. Menjadi perekat bagi umat dan masyarakat, mencintai tanah airnya dan selalu mendoakan negerinya agar tetap damai dalam limpahan rahmat Tuhan. Sebaliknya, mereka yang mendadak ustadz perkataannya senantiasa memprovokasi massa, mencela orang-orang yang tidak sependapat sebagai bukti akan kepicikan dan kesempitan akalnya, merongrong negaranya dan mendoakan keburukan bagi bangsanya.
Begitulah model penyesatan zaman now. Jika wali songo dahulu telah berjasa dan sukses mengislamkan orang kafir dengan keluasan ilmunya sedangkan wali song*ng (mendadak ngustadz) mengkafirkan orang yang sudah Islam.
No comments:
Post a Comment