Saturday, January 13, 2018

Jangan Ikuti Orang Yang Hafal Al-Qur'an Tapi Akidah Menyimpang!


Al-Qur'an adalah rahmat bagi semesta alam. Petunjuk bagi manusia dan siapapun yang berharap petunjuk darinya. Jadi, Al-Qur'an bukan hanya dikhususkan dipelajari bagi muslim saja namun seluruh manusia boleh mempelajarinya namun yang akan mendapatkan keselamatan dan keberuntungan hanya orang-orang yang bertakwa dan mengimaninya.

Siapapun bisa menghafal Al-Qur'an baik muslim (apapun akidahnya atau alirannya) maupun non muslim. Dalam sejarah, seorang misionaris Belanda era kolonial bernama Cristian Snouck Hurgronje menghafal dan mempelajari Al-Qur'an berikut tafsirnya, belajar hadits dan belajar bahasa Arab di Mekah sehingga ia mampu meyakinkan orang bahwa ia beragama Islam.

Dalam sejarah Islam, muncul nama terkemuka yakni Dzul Khuwaishirah dari Bani Tamim yang telah menuduh Rasulullah berlaku tidak adil padahal dia adalah seorang yang ahli shalat, ahli puasa dan tak seorangpun yang mampu mengalahkan ibadahnya. Inilah cikal bakal dari kelompok ekstrim dalam tubuh umat Islam.

Muncul pula tokoh ekstrim yang keluar dari barisan umat Islam bernama Abdurrahman bin Muljam (Ibnu Muljam). Ia adalah seorang ahli ibadah, paham agama dan juga hafal Al-Qur'an. Namun ia menjadi manusia yang sesat karena membunuh khalifah sayyidina Ali bin Abi Thalib dan mengkafirkan umat Islam diluar golongan dan pemahamannya.

Dari kenyataan ini maka dapat kita pahami bahwa Al-Qur'an bisa saja membawa rahmat dan keselamatan bagi pembaca dan penghafalnya dan juga bisa menjadi ujian yang mampu menjerumuskan manusia kepada kebinasaan. Bukan karena Al-Qur'an yang membinasakannya namun karena kebanggaan dan kesombongannya atas kemampuan dan pemahamannya yang lebih terhadap Al-Qur'an. Merasa memiliki pemahaman yang dalam terhadap Al-Qur'an yang mengakibatkan berlaku ekstrim dan mudah mengkafirkan.

Jika Al-Qur'an bisa dihafal oleh siapa saja, maka perlunya berhati-hatilah bagi umat Islam Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) Sunni untuk tidak tertipu atau tergelincir kepada kelompok-kelompok yang seolah ahli agama, lisannya fasih mengutip ayat dan hadits namun pemahamannya ekstrim (takfiri), akidahnya menyimpang dan jauh dari ajaran Islam.

Umat Islam Aswaja diwajibkan mengambil ilmu dari orang-orang yang terpercaya sanad atau sumber keilmuannya, akidahnya lurus serta akhlaknya yang menunjukkan kepribadian Al-Qur'an.

Kejahatan dan pembawa fitnah akhir zaman ini muncul dengan hadirnya kelompok yang mengaku Islam dan memurnikan tauhid namun mengkafirkan umat Islam. Merekalah yang diisyaratkan nabi sebagi fitnah akhir zaman yang munculnya dari negeri Najd yaitu negeri munculnya tanduk setan.

Kehati-hatian ini sudah disampaikan oleh Rasulullah dalam beberapa hadits bahwa akan datang suatu masa dari umatnya yang ahli agama, ahli ibadah, ahli Al-Qur'an namun hanya sebatas kerongkongannya yaitu melesat secepat busur panah. Hadits semacam ini diantaranya diabadikan oleh Bukhari, Muslim, an-Nasa'i, Al-Hakim dan Ahmad.

Dalam riwayat lain, dari Ibnu Umar sebagaimana dikutip oleh Bukhari bahwa Rasulullah mendoakan negeri Syam dan Yaman namun tidak mendoakan negeri Najd karena dari sana akan muncul fitnah-fitnah dan kegoncangan.

Baca juga: Meneladani Rasulullah sebagai Pembawa Rahmat

Dengan maraknya program menghafal Al-Qur'an dimana-mana adalah hal yang positif namun umat Islam Ahlussunnah Wal Jamaah hendaknya selalu berhati-hati dalam mengambil ilmu berdasarkan sumbernya yang benar sehingga Al-Qur'an bisa menjadi rahmat, berkah dan syafaat yang akan menyelamatkan bagi penghafalnya. Bukan menjadi sumber kecelakaan karena gemar mengkafirkan umat Islam yang tidak sepaham.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...