Wednesday, March 14, 2018
Salah Paham Hijrah: Ketika Materialisme dan Radikalisme dianggap Syar'i
Oleh Suryono Zakka
Hijrah berarti pindah. Secara historis, Nabi dan sahabat pernah hijrah atau pindah dari Mekah ke Yatsrib yang kemudian hari menjadi Madinah atau Madinatun Nabi yaitu Kota Nabi.
Memaknai kata hijrah dalam konteks kekinian bukan berarti kita harus pindah dari Mekah ke Madinah sebagaimana yang telah dilakukan Nabi atau pindah tempat dari Desa ke Kota atau dari Kota tertentu ke kota yang lain. Spirit hijrah konteks kekinian adalah pindah dari kejahatan menuju kepada kebaikan atau dari tabi'at buruk menuju tabi'at yang dinaungi pesan-pesan ketuhanan. Jadi hijrah lebih bersifat spiritualitas-ruhaniyah. Merubah perilaku tercela menjadi perilaku yang terpuji.
Hijrah bukan berarti dimaknai sekedar simbol-simbol semata atau lahiriyah. Karena saat ini yang sedang santer adalah semangat hijrah wanita bahkan banyak dimotori oleh komunitas-komunitas remaja muslimah yang sedang semangat hijrah maka tulisan ini akan fokus kepada trend remaja hijrah atau hijrah wanita muslimah.
Wanita yang dikatakan berhijrah bukan berarti harus menutup seluruh tubuhnya tanpa terkecuali sehingga yang nampak hanya matanya agar dikatakan syar'i. Bukan berarti gonta-ganti fashion agar selalu update sesuai zaman now. Atau bukan pula sibuk mempercantik diri dengan berganti-ganti model jilbab setiap harinya dan sebagainya. Hijrah melampaui itu. Hijrah bukan sekedar lahiriyah yang kering dan materialistik namun terletak pada aspek batiniyah yakni sesuai dengan ruhani yakni memperbaiki diri dengan akhlak terpuji.
Sifat-sifat terpuji itulah yang seharusnya diinternalisasi bagi orang yang hijrah. Islam melarang berlebih-lebihan maka wanita muslimah yang berhijrah menjauhi sifat berlebihan dan over dalam penampilan. Islam melarang bersikap boros sehingga hijrahnya wanita muslimah yakni menjauhi sikap boros agar tidak menyerupai perilaku setan.
Ketika hijrah hanya dimaknai dengan materialisme atau sebatas lahiriyah maka konsep hijrah telah menyimpang dari makna yang sesungguhnya. Islam sangat menolak materialisme atau gaya hidup mewah dan Islam bukanlah agama yang mengejar materialistik. Islam adalah agama kesederhanaan, kezuhudan dan anti kapitalisme.
Wanita yang berhijrah seharusnya sibuk untuk selalu memperbaiki diri sendiri. Rendah hati dan tidak merasa lebih baik dari wanita lainnya. Pesan hijrah adalah bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai ketuhanan dalam realitas kehidupan.
Kesuksesan hijrah bagi wanita muslimah bukanlah tertutup seluruhnya hingga tak terlihat apapun kecuali mata karena puncak hijrah bukanlah menjadi wanita bercadar. Cadar boleh saja dikenakan wanita muslimah namun bukan menjadi ukuran sudahnya hijrah.
Kontroversialnya cadar menurut pandangan umat Islam bukanlah salah cadarnya namun yang dikhawatirkan adalah ideologi orang yang bercadar. Cadar tidak ada kaitannya dengan ajaran radikalisme namun pelaku radikal yang dilakukan wanita muslimah dominan memakai cadar.
Ada keterkaitan erat antara cadar dan ideologi radikal walau tidak semua wanita bercadar berideologi radikal. Potensi untuk menjadi radikal bagi wanita muslimah bercadar lebjh besar karena dengan bercadar dan tertutupnya seluruh anggota tubuh kecuali hanya bagian mata jika tidak diantisipasi akan menimbulkan sikap eksklusif, merasa lebih Islami dan merasa lebih syar'i dibandingkan dengan wanita muslimah lainnya yang tidak bercadar.
Walhasil karena cadar dan ideologi radikal sangat berkaitan erat dan berbanding lurus maka tidak salah jika kemudian ada pihak-pihak yang mengantisipasi tumbuhnya ideologi radikal dengan pelarangan bercadar.
Jika bercadar dapat menjamin wanita muslimah tidak berideologi radikal maka sah-sah saja dan memang haknya tidak dapat diganggu. Namun ketika diruang tertentu atau lembaga tertentu memiliki kode etik dan peraturan yang melarang bercadar maka juga perlu dihormati. Dilarangnya bercadar bukan berarti menentang syariah atau memandang rendah wanita bercadar namun mengantisipasi berbagai hal yang tidak diinginkan.
Agar tidak salah paham tentang hijrah, pahamilah hakikat hijrah, selamilah pesan-pesan hijrah sehingga kita merasa setara dengan manusia manapun. Tidak merasa lebih unggul dan tidak merasa rendah dalam komunitas manusia. Menjauhi hedonisme, materialisme dan radikalisme.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Beliau adalah KH Muhammad Zaini Abdul Ghani, seorang ulama besar yang sampai akhir hayat beliau masih memberikan ilmu agama bagi masya...
-
Risalah ‘Amman (رسالة عمّان) dimulai sebagai deklarasi yang di rilis pada 27 Ramadhan 1425 H bertepatan dengan 9 November 2004 M oleh...
-
A. Secara Etimologis (Bahasa) 1. Menurut Al-Lihyani (w. 215 H) Kata Al-Qur'an berasal dari bentuk masdar dari kata kerja (fi...
-
Syeikh Muhammad Mukhtar Atharid (Maha Guru Ulama Nusantara dari Bogor, ulama besar di Mesjidil Haram Mekkah pada masa Negara Saudi dibaw...
-
Di dalam Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-Raja Pasai, terdapat sebuah hadits yang menyebutkan Rasulullah menyuruh para sahabat untuk berda...
-
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا يَا رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَتُبْ عَلَيْنَا يَا مَوْلَانَا إِنَكَ أِن...
-
Sebuah kemajuan yang sangat disyukuri dan diapresiasi dengan meningkatnya semangat keagamaan umat muslim di Indonesia. Kemajuan ini bisa ...
-
Oleh Suryono Zakka Benarkah perayaan maulid itu tasyabbuh bil kuffar (menyerupai orang kafir)? Kaum Wahabi menuduh bahwa perayaan...
-
Pada suatu hari, presiden ke empat K.H Abdurahman Wahid atau yang biasa disapa Gus Dur, duduk di emperan masjid selepas sembahyang Maghr...
-
Oleh Rijalul Wathon Al-Madury Sayyid Kamal al-Haydari yg dengan nama lengkap Kamal bin Baqir bin Hassan al-Haydari (السيد كمال بن باقر ...
No comments:
Post a Comment