Wednesday, October 17, 2018
Hari Santri Mempertegas Relasi Islam dan Pancasila
Selain untuk mengenang kepahlawanan para ulama dan santri, Hari Santri yang akan digelar pada 22 Oktober 2018 harus dimanfaatkan untuk menegaskan kembali semangat kebangsaan kalangan pesantren, penerimaan pada Pancasila, NKRI, UUD 45 dan Bhineka Tunggal Ika.
Hal tersebut diungkapkan Ahmad Jumaili, Ketua Harian Yayasan Pondok Pesantren Sirajul Huda Paok Dandak saat memberikan materi “Mengenal Islam Nusantara” pada diskusi rutin Komunitas Berugak Buku di Ponpes Sirajul Huda Paok Dandak Durian, Janapria, Lombok Tengah (15/10) Kemarin.
Jumaili menambahkan, selain itu, hari santri juga menegaskan bahwa urusan Islam dan Pancasila telah usai. Hubungan keduanya adalah hubungan mata uang yang tak bisa dipisahkan dan sudah ditegaskan dengan penerimaan Pancasila sebagai Asas tunggal dalam Muktamar NU ke 27 di Situbondo.
NU sebagai salah satu organisasi yang telibat langsung dalam perumusan Pancasila menolak tegas penafsiran tunggal Orde Baru atas Pancasila melalui program yang dikenal kala itu dengan P4. Pancasila bagi NU adalah falsafah bangsa yang merupakan milik bersama bukan monopoli orde baru.
“Saya baca di biografi Kiai As’ad, beliau bersama KH. Ahmad Sidiq menemui Soeharto dan menyatakan Pancasila tidak akan menggeser agama, dan agama tidak akan di pancasilakan, makanya NU menegaskan Pancasila sebagai dasar organisasinya tanpa meninggalkan Ahlussunnah Wal Jama’ah” Jelas Jumaili.
Ditengah ancaman Radikalisme dan Ideologi Transnasional lanjutnya, narasi ini sangat penting digaungkan kembali. Sebab, karena perkembangan media sosial yang sangat massif, banyak kaum muda milenial yang akhirnya berhasil terpapar ideologi transnasional dan mulai mempertentang-tentangkan antara Islam dan Pancasila atau Islam dan Negara.
“Kita bisa liat di social media, generasi milenial tak sedikit yang permisif dan menyetujui sistem Negara Pancasila diganti sistem khilafah, ini sangat menghawatirkan” Tandasnya.
Jumaili menegaskan, event Hari Santri Nasional yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat ini harus dimanfaatkan untuk mencounter wacana dari kelompok-kelompok yang secara terang-terangan ingin mengganti sistem Negara tersebut.
“Keputusan Muktamar 27 Situbondo adalah hasil Ijtihad besar NU yang membuktikan bahwa Islam tetap Rahmatan Lil Alamin” Pungkasnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyami), yang menghimpun eks pelajar dan mahasiswa Suriah asal Indonesia, telah menyelenggarakan silaturra...
-
Ini adalah kasus yg banyak wahabi tidak tau antara klompok “Wah_biyah dan Wahabi_yah” bedakan kata dan hurufnya. Ini menyangkut pendiri...
-
NU memang terkenal dengan berbagai amalan yang sering dilakukan secara berjamaah.Tradisi pewarisannya bisa dibilang cukup panjang.Dari ge...
-
Beliau adalah KH Muhammad Zaini Abdul Ghani, seorang ulama besar yang sampai akhir hayat beliau masih memberikan ilmu agama bagi masya...
-
Disebut sebagai dua saudara kembar karena kedua sekte ini adalah sekte pencela. Bedanya, jika Rafidhi, Rawafidh atau Rafidhah adalah menc...
-
Kalau menurut Wahabi: Syi’ah itu kafir. Bukan Islam. Lebih jahat dari Yahudi. Silahkan baca Muhammad bin Abdul Wahhab pendiri Wahabi: ...
-
KH. NAWAWI BERJAN PURWOREJO "TOKOH DIBALIK BERDIRINYA JAM'IYYAH AHLI THARIQOH AL-MU'TABAROH AN-NAHDLIYYAH ( JATMAN ) " ...
-
SYEKH SUBAKIR SANG WALIYULLAH PENUMBAL TANAH JAWA SANG PENUMPAS DEMIT TANAH JAWA KISAH PERJANJIAN ANTARA SABDOPALON DENGAN SYEKH SUBAKIR...
-
Berbagai kajian telah dilakukan untuk mencari data tentang Etnis penghuni Nusantara, sejak masa "Berburu" pada jaman Purba, ...
-
Menjadi seorang guru merupakan tugas yang amat mulia dan sangat dianjurkan di dalam agama Islam. Hal itu karena guru tidak hanya memiliki...
No comments:
Post a Comment