Saturday, December 16, 2017

Islam dan Kebangsaan




Agama Islam adalah agama fitrah yakni agama yang suci, lurus dan sesuai dengan naluri kemanusiaan. Sesuai dengan fitrahnya, Islam sangat menghargai rasa cinta tanah air (hubbul wathan) yakni kecintaan terhadap tanah air dan kebangsaan.

Manusia diciptakan dari unsur tanah dan suatu saat akan kembali menjadi tanah. Sebagai fitrah penciptaan,  tanah memiliki manfaat yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Ia mampu menumbuhkan pepohonan,  tempat menetap (habituasi)  bagi manusia dan hewan,  tempat menyimpan cadangan air, mengandung barang tambah dan segala unsur kemanfaat bagi kelangsungan hidup manusia hingga akhir zaman. Sebagaimana tanah,  hendaknya manusia juga memberikan kemanfaatan bagi semua makhluk yang ada dibumi.

Sebagai spirit Islam,  para nabi juga sangat mencintai tanah airnya. Nabi Muhammad saw. sangat mencintai tanah kelahirannya yakni Mekah sebagaimana Madinah yang ia pilih sebagai tujuan hijrah hingga akhir hayatnya. Jika bukan karena penindasan dan agresi perang terhadap dirinya dan para sahabat, tentu ia tidak akan meninggalkan Mekah sebagai kampung halamannya yang telah meninggalkan berjuta kenangan suka dan duka dimasa awal lahirnya Islam. Setelah Islam berjaya di Madinah, Rasulullah beserta sahabatpun kembali ke Mekah untuk mengislamkan Mekah (Fathu Makkah) dengan semangat perdamaian dan cinta kasih tanpa kebencian karena kecintaan terhadap tanah airnya.

Baca lainnya: Perbedaan antara Abu Jandal dan Abu Janda

Rasa kecintaannya terhadap Madinah, Rasulullah ukir dengan mempersatukan persaudaraan kaum muhajirin dan anshar dalam ikatan ukhuwah islamiyah (persaudaraan Islam)  dan mempersatukan seluruh penduduk Madinah baik muslim maupun non-muslim (Yahudi, Nasrani dan Musyrikin) dalam bingkai ukhuwah wathaniyah (persatuan bangsa dan tanah air). Rasulullah kemudian menyerukan semangat cinta tanah air (nasionalisme) dan persatuan bangsa melalui Piagam Madinah untuk menjaga tanah air dari rongrongan penjajah. Demi perdamaian masyarakat Madinah, akhirnya Rasulullah mendirikan negara Madinah yang berarti negara modern,  beradab dan berbudaya. Negara Madinah Darussalam sebagai representasi masyarakat yang plural,  humanis dan menganut negara kebangsaan (nation state ) bukan negara agama (darul islam, islamic state).

Nabi Ibrahim as. dan putranya Ismail as. juga sangat mencintai tanah airnya (Mekah). Mereka melakukan renovasi ka'bah yang diyakini sebagai kiblat seluruh umat Islam dan sumber keberkahan bagi tanah airnya dari Allah swt. Berulangkali mereka berdo'a untuk kemakmuran masyarakat Mekah (al-Baqarah: 126), negara yang aman dan terbebas dari penyembahan berhala (Ibrahim:36) serta berharap kepada Allah agar keturunannya mendapat keberkahan,  bersyukur dengan mendirikan shalat dan dilimpahi penghidupan yang makmur (Ibrahim:37).

Betapa pentingnya negara bagi kehidupan manusia, Allah pun bersumpah dengan sebuah negeri (Mekah) dalam surat al-Balad. Negeri dimana Rasulullah dilahirkan dan dibesarkan dengan penuh kecintaan dan kasih sayang dari hamba-hamba Allah yang terpilih, nasab yang mulia, suku yang mulia dan negeri yang mulia yang setiap harinya dikunjungi dan dirindukan oleh ahli surga.

Jauh dari Mekah dan Madinah sana, ada sebuah negeri besar yakni negeri kita, negeri khatulistiwa. Negeri yang terdapat serambi Mekah  dan Serambi Madinah sebagai potret masyarakat Islam nusantara yang beradab, toleran dan harmoni dalam perdamaian. Negeri yang aman, damai dan beradab sehingga adabnya dikenal oleh bangsa-bangsa didunia. Negeri dari kepingan surga yang hanya diberikan oleh bangsa Indonesia dan tidak pernah Allah berikan kepada bangsa lainnya. Sudah sepantasnya negeri seribu wali ini kita jaga,  kita rawat dan kita rumat sebagai pusaka abadi nan jaya yang akan kita wariskan untuk anak keturunan kita. Jangan sampai negeri tumpah darah kita ini dirampas oleh para penjajah baik kaum imperialis, separatis maupun teroris apalagi kita berikan secara gratis karena kemerdekaan bangsa ini diperoleh bukan karena gratis melainkan dengan tumpahan keringat,  darah dan air mata.

Salam aswaja,  salam NKRI dan salam Indonesia Raya.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...