Saturday, February 24, 2018

Benarkah Tawassul adalah Sunnah Para Nabi?


Imam Ibnu Katsir (700-774 H), murid dari Syeikh Ibnu Taimiyyah, dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir II/348, (Darut Thaybah Cetakan 2, 1999 M), menafsirkan Ayat Al-Qur'an : "Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan engkau (Rasul) pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka menjumpai Allah Maha Penerima Taubat, lagi Maha Penyayang". (QS  An-Nisa : 64)

Imam Ibnu Katsir mengutip kisah Imam Al-Atabi : Imam Al-Atabi menceritakan, ketika beliau sedang duduk di dekat kuburan Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, datanglah seorang Arab badui, lalu ia mengucapkan : "Assalamu ’alaika, ya rasulullah. Aku telah mendengar. Sekarang aku datang kepadamu, memohon ampun bagi dosa-dosaku (kepada Allah) dengan Perantaraanmu, dan meminta syafa'atmu kepada Tuhanku".

Kemudian Lelaki Badui tersebut mengucapkan Syair : "Hai sebaik-baik orang yang dikebumikan di lembah ini, lagi paling agung, maka menjadi harumlah dari pancaran keharumannya semua lembah dan pegunungan ini. Diriku sebagai tebusan kubur yang engkau menjadi penghuninya, di dalamnya terdapat kehormatan, kedermawanan, dan kemuliaan".

Kemudian lelaki Badui itu pergi dan dengan serta-merta mataku terasa mengantuk sekali hingga tertidur. Dalam tidurku itu, aku bermimpi berjumpa dengan Nabi Shallallahu alaihi wasallam, lalu Beliau Shallallahu alaihi wasallam bersabda : "Wahai Atabi, susullah orang Badui itu dan sampaikanlah berita gembira kepadanya, bahwa Allah telah memberikan ampunan kepadanya".

Diriwayatkan, bahwa seorang laki-laki datang ke makam Nabi Shallallahu alaihi wasallam, lalu mengadukan musim kemarau kepada Beliau pada tahun ramadah (musim paceklik). Lalu orang tersebut bermimpi bertemu Nabi Shallallahu alaihi wasallam dan menyuruhnya untuk mendatangi khalifah Amirul Mu'minin Umar bin al-Khaththab, agar keluar melakukan shalat Istisqa’ dengan masyarakat. Ini bukan termasuk kemungkaran. Hal semacam ini banyak sekali terjadi dengan orang-orang yang kedudukannya di bawah Nabi Shallallahu alaihi wasallam, dan aku sendiri banyak mengetahui peristiwa-peristiwa seperti ini.” (Syaikh Ibnu Taimiyah dalam kitab Iqtidha’ ash-Shirath al-Mustaqim, Juz 1, Halaman 373)

Asy-Syaikh Al-Albani berkata : "Al-Imam Ahmad membolehkan bertawassul dengan (perantaraan) Rasul Shallallaahu alaihi wasallam saja. Ada pula yang membolehkan dengan selainnya, seperti Al-Imam Asy-Syaukani mengatakan : Tawassul boleh dilakukan dengan (perantaraan) Beliau Shallallahu alahi wasallam dan yang lainnya, dari kalangan para Nabi, dan orang-orang shalih." (Fatwa Syaikh Al-Albany dalam Kitab At-Tawassul, Halaman 42, Maktabah Al-Ma’arif, 1421 H)

Riwayat di atas juga ada dikutip oleh Imam Abu Abdillah al-Qurthubi dalam Kitab Tafsir al-Qurthubi (V/265), dan Syaikh Abu Hayyan al-Andalusi dalam Tafsir al-Bahar al-Muhith (III/296).

Nabi Muhammad bertawasul dengan nabi terdahulu

Nabi Muhammad saw. pernah bertawassul dengan para Nabi sebelum Beliau, saat memintakan ampun untuk bibi Beliau, Fatimah Binti Asad yang meninggal dunia. Keterangan ini diambil dari hadits shahih riwayat Imam Thabrani dalam "Kitab Mu'jam Al-Kabir" dari jalur sahabat Nabi Anas bin Malik, dan dishahihkan oleh Imam Ibnu Hibban dan Imam Al-Hakim.

Berikut petikan Do'a rasulullah dalam hadits tersebut :

اغفر لامي فطمة بنت اسد، ووسع عليها مدخلها بحق نبيك ولانبيا الذين من قبلي

“Ya Allah, ampunilah Fatimah binti Asad, dan lempangkanlah tempat masuknya (ke kubur), dengan hak Nabi-Mu, dan Nabi-Nabi sebelum saya. Engkau yang paling panjang dari sekalian yang panjang”. (Hadits Riwayat Imam Thabrani dalam kitab Syawahidul Haq Halaman 154, dan Kitab An-Nur Al-Burhan, Juz : 1/65)

Dari Keterangan ini, Nabi saw. berkenan bertawassul dengan para Nabi sebelum beliau.

ﺑﺤﻖ ﻧﺒﻴﻚ ﻭﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻣﻦ ﻗﺒﻠﻲ

"Dengan hak Nabi-Mu, dan Nabi-Nabi
sebelumku.“ (HR. Imam Thabrani, dalam Kitab al-Mu’jam al-Kabir)

Sahabat Nabi Anas bin Malik ra. meriwayatkan : Setelah selesai membuat liang lahat, Rasulullah saw. tidur miring didalamnya dan berdo'a : "Allah lah yang Menghidupkan dan Mematikan. Dia Maha Hidup tidak akan mati. Semoga Engkau mengampuni Ibundaku Fatimah binti Asad (Ibu Ali bin Abi Thalib). Tuntunlah jawabannya, luaskan kuburnya.
Dengan hak nabi-Mu dan nabi-nabi sebelumku.

Sungguh Engkau yang Maha Pengasih dan Penyayang." Kemudian beliau takbir 4 kali.
Lalu Beliau, Sayyidina Abbas bin Abdul Muththalib, dan Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq, kemudian memasukan jenazah tersebut. (HR. Imam Ath-Thabrani)

Bahkan Syaikh Ibnu Taimiyah juga mengutip doa tawassul. Dan beliau mengatakan bahwa Ulama Salaf membacanya, yaitu :

ﺭَﻭَﻯ ﺍﺑْﻦُ ﺃَﺑِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻓِﻲ ﻛِﺘَﺎﺏِ ‏( ﻣُﺠَﺎﺑِﻲ ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀِ ‏) ﻗَﺎﻝَ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺃَﺑُﻮ ﻫَﺎﺷِﻢٍ ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﻛَﺜِﻴﺮَ ﺑْﻦَ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ ﺑْﻦِ ﻛَﺜِﻴﺮِ ﺑْﻦِ ﺭِﻓَﺎﻋَﺔَ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺟَﺎﺀَ ﺭَﺟُﻞٌ ﺇﻟَﻰ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟْﻤَﻠِﻚِ ﺑْﻦِ ﺳَﻌِﻴﺪِ ﺑْﻦِ ﺃَﺑْﺠَﺮَ ﻓَﺠَﺲَّ ﺑَﻄْﻨَﻪُ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺑِﻚ ﺩَﺍﺀٌ ﻻَ ﻳَﺒْﺮَﺃُ . ﻗَﺎﻝَ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ؟ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﺪُّﺑَﻴْﻠَﺔُ . ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺘَﺤَﻮَّﻝَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺍﻟﻠﻪَ ﺍﻟﻠﻪَ ﺍﻟﻠﻪَ ﺭَﺑِّﻲ ﻻَ ﺃُﺷْﺮِﻙُ ﺑِﻪِ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇﻧِّﻲ ﺃَﺗَﻮَﺟَّﻪُ ﺇﻟَﻴْﻚ ﺑِﻨَﺒِﻴِّﻚ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻧَﺒِﻲِّ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﺔِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺗَﺴْﻠِﻴﻤًﺎ ﻳَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪُ ﺇﻧِّﻲ ﺃَﺗَﻮَﺟَّﻪُ ﺑِﻚ ﺇﻟَﻰ ﺭَﺑِّﻚ ﻭَﺭَﺑِّﻲ ﻳَﺮْﺣَﻤُﻨِﻲ ﻣِﻤَّﺎ ﺑِﻲ . ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺠَﺲَّ ﺑَﻄْﻨَﻪُ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻗَﺪْ ﺑَﺮِﺋَﺖْ ﻣَﺎ ﺑِﻚَ ﻋِﻠَّﺔٌ . ﻗُﻠْﺖُ ﻓَﻬَﺬَﺍ ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﻭَﻧَﺤْﻮُﻩُ ﻗَﺪْ ﺭُﻭِﻱَ ﺃَﻧَّﻪُ ﺩَﻋَﺎ ﺑِﻪِ ﺍﻟﺴَّﻠَﻒُ ﻭَﻧُﻘِﻞَ ﻋَﻦْ ﺃَﺣْﻤَﺪَ ﺑْﻦِ ﺣَﻨْﺒَﻞٍ ﻓِﻲ ﻣَﻨْﺴَﻚِ ﺍﻟْﻤَﺮْﻭَﺫِﻱ ﺍﻟﺘَّﻮَﺳُّﻞُ ﺑِﺎﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀِ ﻭَﻧَﻬَﻰ ﻋَﻨْﻪُ ﺁﺧَﺮُﻭﻥَ ‏( ﻣﺠﻤﻮﻉ ﺍﻟﻔﺘﺎﻭﻯ 1 / 264 ﻭﻗﺎﻋﺪﺓ ﺟﻠﻴﻠﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﻮﺳﻞ ﻭﺍﻟﻮﺳﻴﻠﺔ 2 / 199 )

"Ibnu Abi ad-Dunya meriwayatkan dalam Kitab Mujabi ad-Du'a', dari Katsir bin Muhammad :
Ada seorang laki-laki datang ke Abdul Malik bin Said bin Abjar. Abdul Malik memegang perutnya dan berkata : Kamu mengidap oenyakit yang tidak bisa disembuhkan. Lelaki itu bertanya : Penyakit apa? Dia menjawab : Penyakit "Dubailah" (semacam tumor dalam perut).

Kemudian laki-laki tersebut berpaling dan berdoa : Allah, Allah, Allah. Tuhanku, tiada suatu apapun yang yang menyekutukan-Nya. Ya Allah, saya menghadap kepada-Mu dengan Nabi-Mu Muhammad, Nabi yang penyayang. Wahai Muhammad, saya menghadap pada Tuhanmu denganmu, agar Tuhanku menyembuhkan Penyakitku. Lalu Abdul Malik memegang lagi Perutnya, dan berkata : Penyakitmu telah sembuh. Saya (Ibnu Taimiyah) berkata : Doa semacam ini, diriwayatkan telah dibaca oleh Ulama Salaf.

Dan diriwayatkan dari Imam Ahmad bin Hanbal dalam Kitab al-Mansak al-Marwadzi, bahwa beliau bertawassul dengan Rasulullah saw. dalam doa beliau." (Syaikh Ibnu Taimiyyah dalam Kitab Majmu' al-Fatawa I/264, dan Kitab at-Tawassul Wa al-Wasilah II/199)

Ketika Nabi Adam melakukan kesalahan, maka Beliau berkata : “Wahai Tuhanku, Hamba memohon kepada-Mu dengan Haq Muhammad, Engkau pasti mengampuni Kesalahanku. Allah berfirman : “Bagaimana kamu mengetahui Muhammad, padahal belum Aku ciptakan?”

Nabi Adam menjawab : “Wahai Tuhanku, karena Engkau ketika menciptakan hamba dengan kekuasaan-MU, hamba mengangkat kepala, kemudian melihat ke atas tiang-tiang Arsy tertulis 'La Ilaaha Illallah Muhammadur Rasulullah'. Kemudian hamba mengerti, sesungguhnya Engkau tidak menyandarkan ke nama-Mu, kecuali makhluk yang paling Engkau cintai.”

Kemudian Allah berfirman : “Benar engkau wahai Adam. Muhammad adalah makhluk yang paling aku cintai. Apabila kamu memohon kepada-Ku dengan Haq Muhammad, maka Aku mengampunimu. Dan andaikata tidak karena Muhammad, maka Aku tidak menciptakanmu.” (HR. Imam al-Hakim, Imam ath-Thabrani, dan Imam al-Baihaqi)

www.hwmi.or.id

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...