Aku hendak menyampaikan nasehat kepada kalian, baik yang hendak menghafal al Qur’an, yang sedang menghafal ataupun yang sudah berhasil khatam al Qur’an bil hifdzi di Pondok Pesantren An Nur ini. mudah-mudahan ada manfaatnya, amin.
Namun hendaknya terlebih dahulu dicatat, bahwa nasehat seorang guru kepada anak muridnya adalah sebagaimana nasehat seorang ayah terhadap anak-anak kandungnya, di mana nasehat itu keluar dari rasa kasih sayang yang membuahkan rasa ingin akan keberhasilan putra-putrinya dan rasa khawatir akan kegagalan mereka. Bahkan ia akan lebih senang jika mereka berhasil mengunggulinya dalam segala hal yang dianugerahkan Allah kepada mereka.
Kemudian perhatikanlah nasehat ini.
Menghafal al Qur’an bisa diharapkan akan berhasil dengan baik jika memenuhi syara-ith/ syarat-syarat dan kaifiyat/ tata cara sebagai berikut :
A. Syara-ith/ Syarat-syarat :
1. Himmah ‘aliyah/ cita- cita yang tinggi, tekad yang bulat sehingga tidak takut memikul beban walaupun kelihatannya berat (ora wedi kangelan)
2. Mendapat dukungan penuh dari orang tua, kecuali yang mampu berdikari
3. Minimum memiliki otak/ kemampuan menghafal yang sedang, sebagai modal dasar
4. Tadarrus seimbang antara menambah hafalan dan takrar /mengulang yang sudah dihafal secara kontinyu. Sebab tanpa demikian yang sudah hafal akan hilang, atau minimal hafalannya tidak bertambah
5. Tidak berbuat maksiat dan tidak makan makanan haram
6. Mentaati irsyad guru dan mendapatkan waktu yang cukup
7. Sabar dan tidak menyerah kalah
B. Kaifiyat/ Cara-Cara:
1. Maqra’ yang akan dihafalkan lebih dahulu ditashhihkan dengan dibaca bin nadzri di depan guru atau pembantunya . kemudian dihafalkan ayat per ayat, yakni: jangan pindah ke ayat kedua sebelum ayat kesatu hafal, dan demikian seterusnya hingga selesai satu maqra’. Kemudian baca sekaligus berulang-ulang dengan hafalan untuk siap disetor/ diajukan ke depan guru
2. Tekun tadarrus seimbang dan mudarasah dengan teman-temannya
C. Tingkatan Cara Tadarrus
Tadarrus mempunyai tiga tingkatan:
1. Tadarrus terbaik: yaitu membaca dengan tartil, fashih, suara keras, dan telaten
2. Tadarrus baik, yaitu membaca dengan tadwir, fashih, suara keras dan telaten
3. Tadarrus kurang baik, yaitu membaca dengan hadar dan fashohah
Penjelasan :
Tartil: pelan-pelan. Tadwir: tengah-tengah. Hadar: cepat. Fashih: sesuai dengan ketentuan ilmu tajwid. Telaten: mengulangi (dengan membaca yang benar) seketika bagian- bagian dari kalimat atau huruf atau harakat yang terbaca salah atau tertinggal atau tidak adil dalam membaca beberapa mad far’I atau beberapa ghunnah yang berdekatan.
Baiknya musyafahah belumlah menjamin baiknya bacaan. Dan ketekunan tadarrus bukanlah hanya untuk melatih ingatan otak belaka. Oleh karena itu, setelah kalian berhasil membaca dengan bacaan yang baik dalam musyafahah dan telah hafal, agar hafalan yang baik itu terjamin dan terbiasa menjadi hafalan yang baik, maka diperlukan tadarrus yang baik dengan tekun dan terus- menerus. Dengan demikian kita akan berhasil mengantongi dua kepentingan secara terpadu, yaitu melatih otak dan melatih mulut/ lisan.
Untuk memperoleh tadarrus yang baik maka haruslah kita upayakan dengan membaca secara fashih, pelan-pelan atau sedang, suara keras dan lantang disertai ketelatenan yang tinggi. Kalau membaca seperti ini sudah menjadi kebiasaan maka kita akan memperoleh dua keuntungan sebagai berikut:
1. Terbiasa fashih berfaedah tertutupnya yang tidak fashih
2. Terbiasa pelan-pelan akan membawa keuntungan lebih mantap dan lebih kokoh hafalan dalam hati dan lisan tanpa tergoyahkan. Sehingga jika diharuskan untuk membaca dengan cepat akan tetap mampu dan tidak tergoyahkan. Berlainan dengan orang yang terlanjur terbiasa membaca dengan cepat. Jika dia membaca dengan pelan-pelna hafalannya menjadi goyah. Sehingga dia membaca dengan konsentrasi pikiran sambil mengerem mulut. Dan untuk dapat ingat kembali ia harus mengulang bacaannya dengan dibaca cepat. Maka muncullah istilah “kulino alon biso cepet, kulino cepet ora biso alon”.
Anak- anakku !
Membaca dengan suara keras atau lantang itu besar sekali manfaatnya. Karena hal itu akan melicinkan dan melemaskan mulut. Hal ini menjadi bagian dari upaya mencapai keterampilan dan kelancaran mulut. Di asmping itu, membaca dengan suara keras dan lantang akan melatihkekuatan membaca dan kekuatan suaranya. Biasanya murid baru yang mulai menghafal al Qur’an dengan rajin, setelah mencapai dua atau tiga bulan ia akan merasa capai dan habis atau serak-serak suaranya. Hal itu bukan merupakan halangan tetapi menjadi tanda bahwa latihan yang akan membawa keberhasilan sudah mulai berjalan dengan baik. Maka teruskan saja, insyaAllah nanti setelah kira-kira sebulan, rasa capai dan serak-serak itu akan hilang dengan sendirinya.
No comments:
Post a Comment