Monday, April 23, 2018

Antara Salafi dan Wahabi, Beda atau Sama?


Menurut Aswaja-Sunni, Salafi berarti lampau atau yang telah lalu. Lawan katanya adalah khalaf/khalafi yang berarti terkini atau kekinian. Pengikut salaf atau manhaj salaf berarti orang yang mengikuti orang-orang terdahulu yakni mengikuti Rasulullah, sahabat, tabi'in dan generasi setelahnya. Ulama salaf berarti ulama terdahulu sedangkan ulama khalaf yakni ulama masa kini atau ulama kontemporer.

Menurut Aswaja-Sunni, kata Wahabi atau Wahhabiyah dinisbahkan kepada pendirinya yakni Muhammad bin Abdul Wahhab (MBAW). Tokoh reformis yang berdalih ingin memberantas kebid'ahan (kesesatan) serta bekerja sama dengan dinasti/klan Saud dan Inggris dalam menumbangkan dinasti Ustmaniyah atau Turki Ustmani di Hijaz (sekarang Mekah dan Madinah). Klan Saud inilah yang kemudian saat ini menguasai atau memimpin Hijaz yang populer dengan membentuk negara Saudi Arabia atau Arab Saudi.

Menurut Aswaja-Sunni, Salafi dan Wahabi walau berbeda nama, namun memiliki kesamaan sehingga disebut Salafi berarti Wahabi dan disebut Wahabi berarti Salafi. Jadi, istilah Salafi dipakai oleh Wahhabi karena Wahabi mengklaim merekalah yang paling mengikuti orang terdahulu yakni mengikuti sunnah nabi dan sahabat sehingga semboyan mereka adalah manhaj salaf atau kembali kepada Al-Qur'an dan Hadits sesuai dengan sunnah atau manhaj salaf. Siapapun kelompok yang diluar mereka, mereka anggap sebagai pelaku kebid'ahan dan kesesatan juga melakukan kekafiran yang perlu diajak untuk kembali kepada manhaj salaf.

Menurut Salafi, Wahabi atau Wahhabiyah bukan dinisbahkan kepada Muhammad bin Abdul Wahab sebab menurut mereka, Muhammad Bin Abdul Wahhab adalah tokoh pemberantas kebid'ahan dan mengajak kepada dakwah tauhid yang berarti mengajak kepada jalan yang benar sesuai sunnah. Sedangkan tokoh yang mengkafirkan umat Islam menurut mereka adalah Muhammad bin Abdulllah bin Rustum atau disebut Rustumiyah.

Dalam pandangan Aswaja-Sunni, pengikut Muhammad Bin Abdul Wahab disebut Wahabi sedangkan pengikut Muhammad bin Abdullah bin Rustum disebut Wahbiyah. Ulama Aswaja-Sunni menyebut pengikut Salafi dengan Wahabi dan tidak dengan sebutan Muhammadi karena menurut Aswaja-Sunni, mereka bukan pengikut nabi Muhammad yang sebenarnya karena pengikut nabi Muhammad yang sebenarnya tidak suka mengkafirkan dan menuduh sesat umat Islam diluar golongannya.

Menurut Salafi, istilah Wahabi yang dinisbahkan kepada Salafi atau disamakan dengan Salafi adalah buatan Syiah yang bertujuan untuk membendung dakwah tauhid Muhammad Bin Abdul Wahab. Mereka tidak suka disebut sebagai Wahabi dan lebih suka disebut Salafi atau kaum Muwahhidun/Muwahhidin (pembawa tauhid) karena mereka telah paham tentang kisah Muhammad Bin Abdul Wahab versi Aswaja-Sunni yang telah melakukan proyek perusakan makam sahabat nabi dan membongkar kubah makamnya dengan tujuan memberantas kesyirikan.

Versi Aswaja-Sunni, istilah Wahabi/Wahhabiyah adalah murni dibuat oleh tokoh Aswaja-Sunni sendiri dalam rangka untuk menyelamatkan pengikut Aswaja-Sunni dari kesesatan Muhammad Bin Abdul Wahab atau kelompok Wahabi. Untuk membedakan dengan Wahabi bahwa Aswaja-Sunni juga mengikuti Rasulullah, sahabat dan ulama terdahulu maka mereka menggunakan istilah salafiyah. Pondok Pesantren salaf dengan sistem klasik yang berafiliasi dengan NU biasa menggunakan istilah salafiyah sehingga tidak sama dengan Salafi-Wahabi.

Itulah mengapa antara Aswaja-Sunni dan Salafi-Wahabi kerap bentrok dilapangan karena disatu sisi Aswaja-Sunni ingin mempertahankan tradisi yang baik yang ada dalilnya sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadits sedangkan Salafi-Wahabi berupaya untuk memberantas tradisi apapun baik atau buruk yang tidak pernah dilakukan oleh nabi dan sahabat. Semisal tradisi Yasinan, tahlilan, Istighatsahan, Nariyahan, Maulidan dan sebagainya yang biasa menjadi tradisi Aswaja-Sunni mereka anggap bid'ah, musyrik, sesat dan amalan tercela.

Ormas yang berakidah Aswaja-Sunni diantaranya Nahdlatul Ulama (NU), Nahdlatul Wathan (NW) dan Front Pembela Islam (FPI). Ormas inilah yang biasanya bentrok dengan Wahabi baik secara nyata maupun dunia maya. Situs-Situs Aswaja-Sunni lahir dalam rangka menjawab tuduhan dan membendung penyesatan yang dilakukan oleh Salafi-Wahabi karena memang Salafi-Wahabi menyebarkan pahamnya secara massif melalui media sosial dan online. Targetnya adalah orang awam yang minim pengetahuan agama atau tidak pernah menimba ilmu di Pesantren.

Karakter atau ciri-ciri Salafi-Wahabi sehingga berbeda dengan Aswaja-Sunni diantaranya:

1. Berakidah tri tauhid, trinitas tauhid atau tauhid tiga yakni tauhid uluhiyah, rubbubiyah dan asma wa sifat.

2. Berakidah mujassimah atau musyabbihah yakni menyerupakan Allah seperti makhluk yakni bertempat dilangit, memiliki fisik atau bentuk dan sebagainya.

3. Tokoh-tokoh klasiknya diantaranya Muhammad Bin Abdul Wahab (MBAW), Bin Baz, Utsaimin, Albani dan Shalih Fauzan yang tergabung dalam majelis fatwa Arab Saudi. Tokoh penerusnya diantaranya Khalid Basamalah, Syafiq Basamalah, Firanda Annirja, Abdul Qadir Jawas dan sebagainya yang baisanya menyerang dengan tulisan-tulisan dimedia Salafi-Wahabi tentang amaliyah Aswaja-Sunni.

4. Berpaham bahwa bumi datar sebagaimana paham rujukan tokoh-tokohnya sehingga kaum Aswaja-Sunni menjulukinya dengan kaum bumi datar.

5. Membid'ahkan (menyesatkan), memusyrikkan dan mengkafirkan umat Islam diluar golongannya. Praktik amaliyah Aswaja-Sunni yang kerap menjadi sasaran pembid'ahan seperti Yasinan, Tahlilan, Istighatsah, Maulid Nabi, Shalawat Nariyah, Tawasul dengan orang yang sudah meninggal, Ziarah Kubur, Manaqiban, kirim Al-Fatihah, mencium tangan ulama dan sebagainya yang menjadi ciri khas kaum Aswaja-Sunni.

5. Bersifat tekstual atau menuhankan teks karena hanya berpijak pada Al-Qur'an dan hadits tanpa Ijma' (pendapat mayoritas ulama) dan Qiyas sehingga mempelajari Al-Qur'an dan hadits dengan jalan pintas (by pass) tanpa rujukan dan referensi ulama yang memadai.

6. Anti madzhab sehingga bersifat eksklusif, menganggap sesat siapun dilaur kelompoknya, menolak keanekaragaman tafsir dan pendapat. Walau terkadang mengutip pendapat imam madzhab seperti Imam Syafi'i, Maliki, Hanafi dan Hambali namun hanya memilah dan memilih yang seide dengan pendapat tokoh-tokohnya.

7. Berkeyakinan bahwa kedua orang tua nabi akan masuk neraka karena belum bersyahadat atau memeluk Islam.

Demikian pendapat Aswaja-Sunni tentang Salafi dan Wahabi. Jadi menurut Aswaja-Sunni, hakikatnya Salafi dan Wahabi adalah sama dalam aliran hanya beda penyebutan dan istilah. Jika ada tokoh atau pengikut Salafi-Wahabi yang tidak memenuhi kriteria dari ciri-ciri diatas berarti kewahabiannya atau kesalafiannya moderat atau tidak ekstrim. Salah satu tokoh Wahabi moderat terkini yang tidak suka menuduh sesat amaliyah Aswaja-Sunni yakni Abdullah Sholeh Hadrami.




No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...