Monday, April 9, 2018
Seberapa Pentingnya NU dan Muhammadiyah bagi NKRI?
Oleh Suryono Zakka
Gelombang radikalisme kian tampak di NKRI. Ditandai dengan banyaknya aksi-aksi radikalisme, intoleran dan terorisme. Aksi radikalisme ini lebih banyak diwarnai oleh jargon-jargon dan simbol-simbol agama. Jadi radikalisme dinegeri ini menggunakan simbol agama untuk memasarkan ideologi radikalnya. Walau tidak ada kaitannya antara radikalisme dan Islam namun simbol-simbol Islamlah yang paling laris manis untuk dijadikan komoditas politik ala teroris.
Dua warna dari gelombang radikalisme yang paling nampak saat ini adalah kelompok takfiri dan kelompok anti NKRI. Kelompok takfiri disimbolkan dengan anti bid'ah, anti khurafat, anti musyrik, anti munafik dan klaim-klaim eksklusif. Tak heran, kelompok Ahlussunnah Wal Jamaah semacam NU yang menjadi sasaran dan incaran dari kelompok ini.
Sikap eksklusifisme dari kelompok takfiri ini bisa kita lihat dari aksi mereka melalui berbagai media. Serangan-serangan dan bom dalil anti bid'ah mereka gencarkan untuk menumbangkan NU sehingga perlawananpun tak terelakkan. NU sebagai Ormas moderat selalu melayani aksi mereka sesuai dengan model serangannya. Tidak suka mencari musuh namun tidak akan lari jika ada musuh. Begitulah semangat ideologi mereka. Ini menunjukkan bahwa tidak mudah untuk menghancurkan NU.
Warna yang kedua adalah kelompok anti NKRI. Jika kelompok pertama lebih banyak menyerang amaliyah dan akidah maka kelompok yang kedua ini lebih banyak menyerang konsep negara. Tidak jauh berbeda dengan kelompok pertama, kelompok kedua ini juga mengusung konsep takfiri walau tak segarang kelompok pertama. Jargon yang mereka angkat adalah ideologi khilafah, anti thaguth dan anti Pancasila. Bagi mereka, demokrasi Pancasila adalah sistem kufur dan ideologi kafir yang wajib dienyahkan dari muka bumi.
Lagi-lagi NU menjadi ganjalan kelompok ini. NU dan Muhammadiyah sebagai Ormas besar di NKRI akan selalu siap menghadapi kelompok perusak persatuan bangsa ini. Dianggap merusak karena terbukti ingin menggantikan ideologi negara yang telah menjadi konsensus pendiri bangsa.
Tentu tidak akan pernah terbayangkan jika di NKRI ini tiada NU dan Muhammadiyah. Dua Ormas inilah yang menjadi garda terdepan dalam menjaga NKRI. Kesetiaannya kepada NKRI takkan pernah diragukan. Jika Ormas radikal sibuk bagaimana caranya untuk menjebol NKRI dan menggantikan dengan ideologi lain maka NU dan Muhammadiyah tetap berkomitmen menjaga NKRI dari kelompok perusak tersebut.
Jika mereka sibuk menebar teror kesana-kemari, mengecap kafir sana-sini dan menista siapa saja yang tak sehaluan maka NU dan Muhammadiyah sebagai peredamnya. Menangkis setiap serangan-serangan yang berupaya untuk membubarkan NKRI dengan berbagai konspirasi.
Jika mereka berupaya memprovokasi dan memecahbelah bangsa dengan jualan simbol-simbol Islam maka NU dan Muhammadiyah sebagai Ormas Islam berupaya membangun bangsa dengan model dakwah masing-masing. NU dikenal dengan konsep Islam nusantara sedangkan Muhammadiyah dengan Islam berkemajuan. Serasi dan seimbang. Saling melengkapi dan saling menginspirasi.
Tugas NU dan Muhammadiyah kedepan semakin berat. Selain tantangan dakwah dan problematika keumatan yang kian kompleks juga problem radikalisme yang harus senantiasa diwaspadai. Menangkal setiap kelompok yang berupaya menggulingkan NKRI.
Perlunya NU dan Muhammadiyah selalu bergandengan tangan dalam menghadapi berbagai problematika tersebut. Jika tidak, maka mereka akan lebih leluasa untuk merusak NKRI yakni dengan cara melumpuhkan kekuatan NU dan Muhammadiyah terlebih dahulu.
Jangan sampai para penyusup radikal masuk dalam tubuh kedua Ormas ini. Siapapun kita mari kita jaga Ormas kita masing-masing yakni dengan ber-NU dan ber-Muhammadiyah secara kaffah. Kaffah dalam arti bukan hanya mengerti tentang amaliyah NU dan Muhammadiyah namun juga paham tentang konsep kebangsaan sehingga tidak mudah dibenturkan oleh kelompok radikal yang ingin memecah belah persatuan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Suku Chaniago adalah suku asal yang dibawa oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang yang merupakan salah satu suku induk di Minangkabau selain su...
-
Kata fitnah berakar dari kata fatana. Ketika seseorang berkata fatantu al-fidhdhah wa al-dzahab, artinya adalah bahwa ia membakar perak...
-
Beliau (Sofyan Tsauri) sampai berani bersumpah atas nama ALLAH bahkan berani Bermubahalah jika ada yang menuduh dia berdusta atas apa yan...
-
Bukan untuk dibeda-bedakan dan bukan pula minta untuk diistimewakan. NU memang istimewa dan berbeda dengan ormas Islam lainnya. Walau sam...
-
A. Secara Etimologis (Bahasa) 1. Menurut Al-Lihyani (w. 215 H) Kata Al-Qur'an berasal dari bentuk masdar dari kata kerja (fi...
-
Dalam dunia wali atau sufistik, tidak ada yang tidak mungkin. Semuanya dapat menjadi mungkin atas izin Allah. Gambar yang kami pasang di ...
-
Saat mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, para kiai pesantren memahami dan menerapkan betul kalimat “Hubbul wathan minal iman”,...
-
Oleh: Mufti Besar Mesir Fadlilatussyaikh DR. Ali Jum'ah. 1. Kekufuran adalah urusan keyakian di hati. Tidak ada yang mengetahui hak...
-
Islam adalah agama fitrah yaitu suci dengan makna selalu menekankan kesucian baik lahir maupun batin dan juga suci dimaknai sesuai deng...
-
Putusan Bahtsul Masail PWNU Jatim 1986 di PP. Asembagus Situbondo memutuskan sebagai berikut: Bagaimana hukumnya operasi plastik di waj...

No comments:
Post a Comment