Sunday, November 11, 2018
Menjawab Fitnah Kaum Khilafah
Oleh Suryono Zakka
Sepanjang sejarah, NU tidak lepas dari berbagai serangan dan fitnah para pembencinya. Salah satunya adalah kalangan modernis yang saat ini reinkarnasi dan berevolusi menjadi kaum khilafah. Bukan kaum khilafah jika tidak pandai memfitnah. NU dimusuhi kelompok radikalis-ekstremis pengusung ideologi khilafah karena konsisten menjaga Pancasila.
Sepanjang sejarah, NU tidak pernah tertarik dengan ideologi khilafah jadi tidak ada ceritanya NU gila khilafah. Jika ada statemen bahwa NU mendukung apalagi merindukan ideologi khilafah maka hal itu adalah ungkapan ahlul fitnah kaum khilafah. Begitupun, jika ada yang mengaku sebagai warga NU tapi mendukung ideologi khilafah maka jelas sudah terkena virus kaum khilafah. Dipastikan tidak memahami sejarah perjalanan NU dan tidak memahami ajaran Islam dengan benar.
Penerimaan NU terhadap ideologi Pancasila telah mantap dalam Muktamar NU ke-27 di Situbondo pada tahun 1984. Keputusan ini menjadi bukti bahwa Pancasila selaras dengan ajaran Islam. Pancasila tidak bertentangan dengan syariat Islam sehingga Pancasila adalah mitsaqan ghalidza (konsensus bersama) yang harus ditaati sebagai wujud nation state (negara bangsa).
Saat keluar dari Masyumi, NU dianggap kaum khilafah memecah belah persatuan umat Islam. Faktanya, NU keluar dari Masyumi karena NU sadar hanya dijadikan sebagai alat pengeruk suara sehingga tokoh-tokoh NU di Masyumi tidak mendapatkan penghormatan yang layak. Di Masyumi, tokoh-tokoh NU dikelilingi oleh kaum ekstremis yang bernafsu ingin mengganti dasar negara Pancasila.
Tak hanya itu, NU juga difitnah secara keji oleh kaum khilafah sebagai antek PKI. Dimasa Soekarno, pada masa kepemimpinan KH. Wahab Hasbullah, NU mendapat tempat dalam kabinet Nasakom (Nasionalis, Agamis dan Komunis). NU selalu membayang-bayangi langkah PKI agar PKI tidak leluasa mendominasi didalam pemerintahan Soekarno. Akibatnya, NU dituduh kaum khilafah pro PKI atau antek komunis. Ungkapan yang sangat tidak beradab kaum khilafah kepada KH. Wahab Hasbullah diantaranya berbunyi: "Jika saja tempurung kepala kiai Wahab dibelah maka isinya adalah palu arit".
Jika sekarang warga NU dituduh sebagai PKI tak lain hanyalah sejarah yang berulang dari propaganda kaum khilafah. Mereka buta sejarah bagaimana peran NU dalam menumpas PKI. Hanya karena tidak bercita-cita menegakkan ideologi khilafah, NU mereka cap sebagai PKI. Padahal, merekalah yang telah mencontek strategi penyebaran ideologi khilafahnya persis ala PKI. Lebih tepatnya, PKI berstempel syariah.
Fitnah kaum khilafah terus berlanjut. Mayoritas tokoh-tokoh NU tak lepas dari tuduhan kafir, syiah, murtad dan liberal dari kaum yang mengaku sebagai pembawa stempel surga ini. Gus Dur, Kiai Said, Gus Mus, Quraish Shihab dan habib Luthfi sebagai contoh tokoh yang kerap mendapat celaan kaum khilafah. Jadi tak terhitung, berapa banyak tokoh NU sejak didirikan hingga saat ini mendapat celaan dari kaum khilafah.
Untuk menghilangkan kepercayaan warga Nahdliyin kepada pemimpinnya di PBNU, kaum khilafah menyebarkan fitnah dan nyinyir berupa ungkapan "NU sekarang bukan NU yang dulu", "kami rindu NU yang dulu" atau ungkapan "kami hormat kepada NU mbah Hasyim". Dengan strategi busuk ini, mereka harapkan agar warga NU membenci pemimpinnya sehingga berkiblat kepada ormas yang lain.
Kini, fitnah kaum khilafah dengan liciknya mengatakan dalam acara Dialog Kebangsaan bahwa NU setuju dengan bendera tauhid sehingga bebas dikibarkan dimana saja. Padahal, NU sama sekali tidak menyatakan hal itu dan jelas NU menolak pernyataan itu karena bertentangan dengan tujuan dasar didirikannya NU yakni benteng NKRI dari kaum anti Pancasila. NU tidak akan mungkin mengkhianati amanat ulama pendiri bangsa karena NU bukan ormas pengkhianat dan bukan pula ormas berideologi makar atau pemberontak. Haram bagi NU melakukan pemberontakan kepada negara.
Disaat masyarakat sudah mulai mabuk khilafah ini, maka peran NU sangat menentukan bagaimana nasib bangsa kedepan. NU sedang dalam himpitan dan pusaran ideologi radikal. Ideologi radikal kaum khilafah ini ada yang berwujud ormas, partai hingga aktifis atau organisasi kampus. Tiada cara lain kecuali segera memadamkan api fitnah kaum khilafah agar tidak membakar dan membinasakan seisi rumah NKRI.
Untuk memadamkan ideologi radikal kaum khilafah, wajib bagi semua ormas moderat untuk bergandengan tangan dan menyatukan langkah. Memahami kembali dasar negara, ideologi negara dan tujuan negara ini didirikan. Perlunya ketegasan pemerintah atas agenda terselubung upaya kaum khilafah melegalkan ideologi teroris berkedok bendera tauhid.
Berbagai upaya busuk kaum khilafah untuk mengkhilafahkan NKRI terus dilakukan. Mulai dari propaganda, fitnah, menyebar hoax dan memutarbalikkan fakta. Mereka adalah penjahat berbaju agama yang sedikitpun tidak punya andil dalam sejarah NKRI dan tak punya jasa apapun bagi bangsa ini.
NU tak akan gentar dan akan terus konsisten mengawal NKRI. Jika ideologi radikal kaum khilafah dicita-citakan di NKRI maka apapun risikonya, NU siap akan menghadangnya. Segenap jiwa raga, semua dilakukan sebagai bukti kecintaan kepada NKRI. Bagi NU, cinta tanah air bagian dari iman dan NKRI harga mati.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Jika Asma Allah diucapkan sekali saja dengan lisan, itu disebut dzikir (mengingat) lisan, namun jika Nama Allah diingat dengan hati, maka...
-
Oleh Rijalul Wathon Al-Madury Sayyid Kamal al-Haydari yg dengan nama lengkap Kamal bin Baqir bin Hassan al-Haydari (السيد كمال بن باقر ...
-
Soeharto Lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921. Ia lahir dari keluarga petani yang menganut Kejawen. Keyakinan keluarga...
-
ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢ ﺍَﻟﻠﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻭَ ﺳَﻠِّﻢْ ﻋَﻠَﻰَ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَ ﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺑِﻌَﺪَﺩ...
-
Ir. KPH. Bagas Pujilaksono Widyakanigara, M. Sc., Lic. Eng., Ph. D. Fakultas Teknik/Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada ...
-
Kontroversi pengeras suara di masjid kembali muncul pasca Meiliana, perempuan asal Tanjung Balai, Medan, Sumatera Utara divonis penjara 1...
-
Bantahan untuk Buya, yang mengatakan Nyanyian Lagu “Saben Malem Jum'at Ahli Kubur Mulih Nang Umah” adalah lagu hayalan yang bertentan...
-
Beliau adalah KH Muhammad Zaini Abdul Ghani, seorang ulama besar yang sampai akhir hayat beliau masih memberikan ilmu agama bagi masya...
No comments:
Post a Comment