Oleh Suryono Zakka
Model tipu-tipu yang mereka promosikan adalah mengajak kepada persatuan walaupun sejatinya tidak demikian. Ayat-ayat ayat persatuan mereka jual murah untuk menipu dan memperdayai umat Islam yang lain agar tertarik dagangan murahnya.
Terkait Wahabi, jika mereka benar-benar mengajak bersatu, tentu sudah sejak zaman old ulama kita, ulama Sunni menjalin persatuan dengan mereka. Tap faktanya, beragam kitab dan tafsir dihasilkan ulama Sunni untuk membantah dan membongkar segala kesesatannya. Jadi perlawanan kita terhadap Wahabi adalah mewarisi dari ulama-ulama kita. Tidak layak untuk bersatu dengan Wahabi karena mereka penebar kejahatan dan kesesatan yang menyamar sebagai Islam.
Bagaimana mungkin Wahabi menyeru persatuan Islam sedangkan urusan internal mereka sendiri tidak pernah bersatu. Antara Wahabi satu dan Wahabi yang lain saling bertentangan doktrin, saling berebut kunci dan kapling surga. Bagaimana dengan umat Islam yang lain? Tega-teganya menuduh umat Islam lainnya sebagai ahli bid'ah (sesat), musyrik, kafir dan sebagainya kok mengklaim ingin beratu? Bersatu dari Hongkong kalee!
Sama halnya dengan pengasong khilafah, benarkah mereka mengajak bersatu? Bersatu dalam keragaman atau bersatu dalam keseragaman dibawah simbol khilafah? Jika bersatu dengan semangat toleransi maka tak perlu lagi pengasong khilafah mengajarkan umat Islam lainnya untuk bersatu. Sebelum lahirnya pengasong khilafah dan terus beranak-pinak, umat Islam telah bersatu dalam konsep negara bangsa. Umat Islam mengurusi urusan internal negaranya masing-masing tanpa harus dijadikan budak khilafah. Jika yang dimaksud adalah beratu dalam khilafah, sampai kiamatpun umat Islam tidak akan mau karena khilafah tidak ada dalilnya dalam kitab manapun.
Kita sama-sama paham bahwa konsep khilafah adalah khayalan dari Taqiyudin Nabhani yang bermimpi ingin menyatukan umat Islam dalam keseragaman. Jika tanpa keseragamanpun umat Islam sudah bersatu dan sama-sama membangun perdamaian dunia dinegaranya masing-masing, mosok tho harus dipaksa menjadi seragam? Jika semua umat Islam setuju dengan suka rela maka tidak menjadi masalah namun jika dipaksa harus memakai konsep khilafah, maka siapa yang mau?
Sepengetahuan saya, tidak ada satupun negara ini yang tertarik dengan ide khilafah. Jualan khilafah tidak laku-laku karena memang konsep khilafah tidak ada landasannya dalam kitab suci. Agar cepat laku maka pengasongnya merayu dan memanipulasi cover dan bungkus khilafah yang kelihatan menarik dan membangkitkan nafsu agar masyarakat awam berminat. Sayangnya, hingga hari ini tak satupun jualannya yang laku.
Jadi, bagaimana lagi cara mereka untuk menipu umat Islam agar jualan khilafahnya laku? Tiada lain mereka selalu mengatasnamakan Islam. Mimpinya mereka, Islam adalah khilafah dan tidak khilafah maka tidak Islam atau belum khilafah maka belum Islam sehingga mati akan tetap jahiliyah.
Orang yang bukan ahli agamapun paham bahwa memaksa sebuah pendapat dan ideologi bukanlah mengajak kepada persatuan namun perpecahan dan permusuhan. Apalagi disertai tuduhan dan maki-maki yang tidak berdasar dan semakin jauh dari Islam.
Bagaimana Wahabi mengajak kepada persatuan, sedangkan sukanya mencurigai, gampang menuduh sesat dan musyrik. Bagaimana pengasong khilafah menyeru persatuan sedangkan simbol persatuan yang selama ini ada, mereka nistakan dan mereka tuduh sebagai simbol setan. Sungguh sangat biadab dan keterlaluan.
Orang yang bukan ahli agama juga paham bahwa bersatu itu artinya menghormati pendapat orang lain, jangan menyakiti perasaannya dan mencari titik temunya bukan mencari kelemahan atau menuduh perilaku orang lain sebagai tindakan menyimpang.
Jika tidak punya rasa empati dan sensitif kegamaan, berprasangka buruk kepada yang bukan golongannya bahkan menuduh dengan tuduhan yang keji, apakah ini maksud dari persatuan? Wajar saja jika seruan palsu mereka tidak dihiraukan karena hanya seruan gombal bersatu agar umat Islam masuk dalam kelompoknya. Jadi mereka adalah seburuk-buruk penyeru karena seruan mereka adalah seruan menipu dan memperdayakan.
Jika seruan mereka tidak bernilai gombal maka serulah dengan seruan yang benar. Menyeru bersatu dengan simbol kebhinnekaan, pluralitas dan semangat toleransi sebagaimana yang telah diajarkan oleh NU dan Muhammadiyah. Sama-sama menyeru untuk berlomba dalam kebaikan tanpa saling mencurigai, menuduh sesat dan bersatu untuk membangun bangsa. Itulah seruan yang sebenarnya.
No comments:
Post a Comment