Penjelasan Al-Imam Ibnu Athoillah al-Askandary rahimahullah tentang makna guru (syaikh):
ليس شيخك من سمعت منه
(Orang yang disebut guru) bukanlah orang yang engkau dengar (ceramah-ceramah) dari lisannya
وإنما شيخك من أخذت عنه
Tapi, (orang yang disebut sebagai guru bagimu) adalah orang yang engkau ambil (banyak hikmah) darinya.
و ليس شيخك من واجهتك عبارته
Bukanlah gurumu itu, orang yang penjelasan-penjelasannya dapat membimbingmu
وإنما شيخك الذى سرت فيك إشارته
Tapi, orang yang disebut guru bagimu adalah orang yang isyarat-isyaratnya berjalan di dalam dirimu.
وليس شيخك من دعاك الى الباب
Bukanlah gurumu, orang yang mengajakmu ke satu pintu
وإنما شيخك الذى رفع بينك وبينه الحجاب
Tapi, yang disebut guru bagimu itu adalah orang yang (bisa) menyingkap hijab (penutup) antara dirimu dan dirinya
وليس شيخك من واجهك مقاله
Bukanlah gurumu, orang yang ucapan-ucapannya membimbingmu
وإنما شيخك الذى نهض بك حاله
Tapi, yang disebut guru bagimu adalah orang yang keadaannya (hāl-nya) dapat membuat jiwamu bangkit
شيخك هو الذى أخرجك من سجن الهوى و دخل بك على المولى
(Orang yang disebut guru bagimu) adalah orang yang bisa membuatmu keluar dari penjara hawa nafsu, dan mengajakmu masuk ke dalam naungan Allah.
شيخك هو الذى مازال يجلو مرآة قلبك حتى تجلت فيها انوار ربك
Orang yang disebut guru bagimu adalah orang yang senantiasa membuat cermin hatimu jernih, sehingga cahaya Tuhanmu dapat bersinar terang di dalam hatimu.
منقولة من كتاب الشيخ عبد القدير عيسى
Dinukil dari kutipan Syaikh Abdul Qadir Isa, di dalam bukunya Haqāiq an al-Tashawwuf, hal. 56
Dari penjelasan Imam Ibnu Athoillah ini, saya baru paham kenapa sebagian santri begitu fanatik kepada gurunya. Karena, memilih guru bukanlah perkara sembarangan/sepele.
No comments:
Post a Comment