Friday, April 6, 2018

Mengaku Bela Ulama, Tapi Mengapa Menista Ulama?


Oleh Suryono Zakka

Kelompok ini adalah kelompok yang punya slogan "Bela Ulama", "Bela Islam", "Bela Al-Qur'an" dan seabreg bela-belaan yang lain. Merasa paling Islami dan terlalu pede karena mengaku sebagai representasi umat Islam yang sesungguhnya.

Diluar kelompoknya, mereka akan mencaci sebagai antek asing, kafir, musyrik, munafik, zindiq, thaguth dan tuduhan-tuduhan keji lainnya. Prinsip yang mereka pakai adalah "Asal Kami Senang" apapun dilakukan yang penting hasrat dan syahwat politik dapat tersalurkan.

Disaat ada ulama menguntungkan dan memberi manfaat bagi kelompok mereka, akan mereka sanjung hingga setinggi langit. Inilah ulama kami, inilah panutan kami dan akan kami bela sampai mati. Jargon "Save Ulama" akhirnya memenuhi lini masa mereka dan mengucuri lidah mereka.

Berbanding sebaliknya, jik ada ulama tidak sehaluan dengan mereka, tidak ada nilai jualnya bagi kepentingan mereka maka akan mereka cerca habis-habisan seolah lidah mereka takkan pernah kering dari hujatan dan makian. Seolah lidah mereka kelu jika tidak mengumpat barang semenit saja.

Jadi, kelompok ini adalah kelompok yang sangat berbahaya dengan model tipu-tipunya untuk kepentingan politik. Banyak orang tertipu dengan propagandanya karena menipu dengan merk jual yang lumayan seksi yakni lagi-lagi "Bela Ulama". Dengan kata-kata tipuan "Bela Ulama", banyak umat terprovokasi untuk ikut membel ulama, padahal sejatinya adalah bela kepentingan mereka. Siapa yang tidak sepakat dengan mereka akan dicap dengan "lagu lama" yaitu sesat, kafir dan musyrik.

Bagaimana menghadapi kelompok penipu tersebut? Kenalilah agenda politiknya terutama menghadapi tahun-tahun politik Pemilu. Berbagai cara mereka lakukan asalkan pilihan politiknya tercapai yakni mengelabui masyarakat agar menudukung pilihan politik mereka.

Akan nampak akhirnya tentang kebusukan agenda mereka. Siapa saja yang membela kepentingan mereka hingga level ulama maka akan dipuja setinggi-tingginya dan jika tidak ada manfaatnya bagi politik mereka maka ulama akan dicampakkan dan dibully habis-habisan. Dituduh ulama su', ulama haus kekuasaan dan sebagainya.

Mereka ini sejatinya penista ulama yang sesungguhnya. Disatu sisi membela ulama jika sesuai dengan hajat politiknya dan diwaktu yang lain menghujat ulama jika tidak membawa keuntungan. Habis manis sepah dibuang. Demikian ungkapan sebuah pribahasa.

Kejahatan yang lain adalah berlindung dibalik istilah ulama atau istilah agama untuk menipu. Seolah-olah membela ulama padahal membela Parpolnya. Seolah berjuang untuk ulama namun hakikatnya berjuang untuk memuluskan agenda politiknya. Kejahatan dan kebusukan namun dibalut dengan simbol agama. Sungguh penista yang sangat keji.

Seiring dekatnya tahun politik mendatang, perlunya kita semua berhati-hati terhadap gerombolan penipu ini. Dekatlah selalu dengan ulama agar tak terkena fitnahnya. Mereka tiada lain adalaj para penjual ayat dan sabda untuk menipu umat. Lidahnya lantang mengucap takbir dan fasih mengutip ayat namun sikapnya sangatlah jauh berbeda. Serang sana-sini kepada kelompok yang berbeda. Bersolek seolah agamis padahal penebar fitnah ala gerombolan teroris.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...