Monday, April 2, 2018
Muslim Moderat Bersatu dengan Muslim Radikal, Mungkinkah?
Oleh Suryono Zakka
Islam tidak ada yang radikal. Islam tidak pernah mengajarkan teror. Islam tidak mengenal ekstrimisme. Islam adalah ajaran rahmat, moderat dan penebar toleransi. Jadi Islam adalah agama moderat.
Jika Islam adalah agama moderat, mengapa ada yang mengaku umat muslim tapi bergaya radikal? Teror sana sini. Tuduh kafir sana sini. Jualan slogan "ente Syiah" kesana kemari tiada henti. Ini adalah murni kesalahan pemeluknya. Pelaku agamanya. Kesalahan dalam memahami karena dorongan nafsu yang menggebu-gebu tanpa diimbangi dengan kapasitas intelektual jadilah pemeluk Islam radikal yang majelisnya disebut majelis kompor gas yang tanpa sumbu. Meledak kesana kemari, bikin bising sana-sini.
Jika kelompok moderat dan radikal berasal dari sumber yang sama, bisakah menyatukan kelompok keduanya agar Islam beratu? Tentu sangat tidak bisa untuk tidak mengatakan mustahil. Bagaimana mau menyatukan antara air dan api? Bagaimana bisa menyatukan jamaah damai dan jamaah gerudukan? Air bersifat mendinginkan dan menyejukkan sedangkan api bersifat membakar, labil dan tidak tenang. Akan terus selalu bergejolak.
Dalam konteks Indonesia, lihat saja sikap kelompok muslim moderat! Sebagaimana contoh jamaah NU dan Muhammadiyah. Cinta damai, cinta Pancasila, cinta perbedaan, cinta toleransi, cinta keberagaman dan rindu momen-momen bersama saat mengadakan kegiatan.
Sebaliknya, bagaimana dengan kelompok radikal yang mengaku paling Islami itu? Mengaku paling masuk surga karena kunci surga telah mereka bawa dan tiket surga telah mereka boxing dan telah mereka bagi-bagi khusus untuk kelompoknya.
Mereka tak jenuh menebar teror. Menebar kebencian kepada siapapun. Benci kepada pemerintah, benci kepada Pancasila yang kata mereka thaguth karena simbol setan dan berhala. Tidak salaj jika mereka adalah penganut madzhab kebencian. Mereka tidak akan menunggu lama untuk merusak negeri ini. Hanya tinggal menunggu momen saatnya keroyokan untuk mengubur bangsa ini karena mengadopsi simbol Pancasila yang kata mereka adalah kafir.
Jangan pernah berharap dan mimpi untuk menyatukan muslim moderat dengan jamaah petasan tersebut. Berdamai dan bersepakat dengan kelompok perusak hanya akan menunggu kehancuran. Bunuh diri dengan suka rela. Menyerahkan nyawa dengan gratis.
Jika ingin menyatukan umat Islam, bukan caranya untuk menyatukan kelompok moderat dengan kelompok teror. Kelompok teror perlu memoderatkan diri atau bertaubat dari ideologi radikalnya agar diakui sebagai bagian dari umat muslim karena kelompok penebar teror, penebar takfiri sejatinya telah keluar dari Islam walau tidak pernah disadari. Menuduh kafir kepada umat Islam tanpa alasan yang benar maka sejatinya penuduhnyalah yang kafir.
Tanpa menyatukan antara kelompok moderat dan kelompok radikalpun, umat Islam sudah bersatu. Bersatunya dan berdamainya NU dan Muhammadiyah sudah cukup dianggap sebagai simbol persatuan umat Islam. Bersatu tidak harus ada andilnya kelompok radikal. Bersatu bukan berarti meleburnya NU dan Muhammadiyah menjadi satu Ormas namun bagaimana bisa saling menghormati.
Jadi, jangan pernah lagi mengampanyekan persatuan muslim moderat dengan muslim takfiri yang mengatasnamakan persatuan umat Islam. Jika ada kelompok yang menjual slogan persatuan umat Islam namun mengajak untuk masuk kedalam gerombolan takfiri, gerombolan khilafah dan sejenisnya maka sudah dipastikan bahwa mereka adalah golongan itu. Waspadalah. Waspadalah. Say no to radicalism.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Kata fitnah berakar dari kata fatana. Ketika seseorang berkata fatantu al-fidhdhah wa al-dzahab, artinya adalah bahwa ia membakar perak...
-
Rifdah Farnidah seorang Hafidzah asal Kecamatan Tanjungkerta, Kab. Sumedang Jawa Barat, berhasil meraih juara 2 pada Musabaqoh Hifdzil Qu...
-
Alkisah, K.H. Muhammad Arwani disuruh ayahnya, KH. Amin, untuk mengantarkan adiknya, KH. Da`in Amin, untuk mentashihkan bacaan tahfidz Qu...
-
Beliau (Sofyan Tsauri) sampai berani bersumpah atas nama ALLAH bahkan berani Bermubahalah jika ada yang menuduh dia berdusta atas apa yan...
-
Bukan untuk dibeda-bedakan dan bukan pula minta untuk diistimewakan. NU memang istimewa dan berbeda dengan ormas Islam lainnya. Walau sam...
-
A. Secara Etimologis (Bahasa) 1. Menurut Al-Lihyani (w. 215 H) Kata Al-Qur'an berasal dari bentuk masdar dari kata kerja (fi...
-
Dalam dunia wali atau sufistik, tidak ada yang tidak mungkin. Semuanya dapat menjadi mungkin atas izin Allah. Gambar yang kami pasang di ...
-
Saat mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, para kiai pesantren memahami dan menerapkan betul kalimat “Hubbul wathan minal iman”,...
-
Oleh Suryono Zakka Sungguh kemuliaan bagi orang yang dikaruniai Allah kemampuan menghafal Al-Qur'an. Mereka akan dimuliakan oleh ...
-
Putusan Bahtsul Masail PWNU Jatim 1986 di PP. Asembagus Situbondo memutuskan sebagai berikut: Bagaimana hukumnya operasi plastik di waj...
No comments:
Post a Comment