Sunday, April 1, 2018

Kodifikasi dan Standarisasi Al-Qur'an Era Nabi dan Sahabat



Oleh Suryono Zakka

Tidak dapat dipungkiri bahwa sejarah Al-Qur'an sangat panjang mulai proses turun diwahyukannya, kemudian dihafal, ditulis dimasa nabi hingga mengalami berbagai penyempurnaan oleh generasi setelahnya.

Al-Qur'an mengalami pengumpulan yang disebut Al-Jam'u atau kodifikasi. Jam'ul Qur'an berarti pengumpulan Al-Qur'an yang dipahami oleh ulama dengan pengertian sebagai berikut:

Proses penghafalan dan pengumpulan didalam hati nabi.

Proses ini disebut dengan hifdzuhu (menghafalnya didalam hati). Jumma'ul Qur'an berarti huffadzuhu (penghafal-penghafalnya).

Makna ini sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut:

لَا تُحَرِّكْ بِهٖ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ  بِهٖ  ؕ اِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهٗ وَقُرْاٰنَهٗ ۚ   ۖ فَاِذَا قَرَأۡنٰهُ فَاتَّبِعْ  قُرْاٰنَهٗ ۚ ثُمَّ اِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهٗ  ؕ 

Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Qur'an) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.
Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya.
Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.
Kemudian sesungguhnya Kami yang akan menjelaskannya. [QS. Al-Qiyamah: Ayat 16-19]

Ibnu Abbas menjelaskan tentang peritiwa turunnya ayat ini, bahwa Rasulullah sangat ingin cepat-cepat menguasai dan hafal dari ayat yang diturunkan karena takut lupa tidak terhafal. Kemudian Allah menurunkan ayat diatas sebagai teguran agar tidak tergesa-gesa karena kuasa Allah-lah yang menyimpannya didalam hati. Setelah ayat ini turun, Rasulullah tidak khawatir lagi sehingga setiap Jibril membacakan atau mendiktekannya ayat, Rasulullah diam menyimak dan mendengarkannya. Baru membaca dan mendiktekannya ketika malaikat Jibril telah pergi.

2. Proses penulisan ayat-ayatnya.

Proses ini disebut kitabatuhu kullihi (penulusan ayat Al-Qur'an secara keseluruhan). Dilakukan dengan memilah dan memisahkan ayat-ayatnya, surat-suratnya dan sebagainya.

Jika kita periodesasi interaksi manusia terhadap Al-Qur'an sesuai masanya, dapat kita petakan menjadi beberapa bagian yakni dimasa nabi, sahabat Abu Bakar dan sahabat Utsman bin 'Affan.

1. Pengumpulan Al-Qur'an (kodifikasi) dimasa Nabi

Dapat dibedakan menjadi dua proses yakni proses penghafalan dan penulisan.

Proses Penghafalan

Rasulullah adalah sang hafidz pertama. Beliaulah orang yang pertamakali hafal Al-Qur'an karena Jibril telah mendiktekannya ayat demi ayat. Selain itu, Rasuluah juga disebut sebagai mufassir atau sang juru tafsir pertama karena beliaulah yang paling berhak dalam mengajarkan Al-Qur'an dan paling paham mengenai isi kandungan Al-Qur'an.

Ayat demi ayat yang telah dihafal dan ditulis oleh sahabat kemudian mendapat penjelasan maknanya secara sederhana dari nabi. Penafsiran yang dilakukan oleh nabi masih bersifat atomistik atau partikular yakni menafsirkan ayat per ayat sesuai kebutuhan dan sebagaimana jumlah ayat yang diturunkan.

Rasulullah adalah rujukan para sahabat mengenai Al-Qur'an. Beliau bertugas menjelaskan setiap ayat yang turun sesuai dengan daya nalar dan daya cerna yang dipahami oleh sahabat. Rasulullah berupaya penuh menyelesaikan setiap problem yang dihadapi oleh sahabat dan masyarakatnya sesuai dengan ayat Al-Qur'an.

Dibidang penghafalan, ada banyak riwayat  yang diabadikan oleh periwayat hadits mengenai tokoh-tokoh penghafal Al-Qur'an dimasa nabi dari kalangan sahabat.

Menurut Imam Bukhari, tokoh-tokoh penghafal Al-Qur'an dimasa nabi antara lain Abdullah bin Mas'ud, Muadz bin Jabal, Salim bin Ma'qal, Ubai bin Ka'b, Zaid bin Tsabit, Abu Darda dan Abu Zaid bin Sakan. Berikut riwayatnya.

Dari Qatadah, ia berkata:

سالت انس بن مالك : من جمع القرآن على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم ؟ فقال : اربعة ، كلهم من الانصار : ابي بن كعب ، ومعاذ بن جبل ، وزيد بن ثابت ، وابو زيد ، قلت : من ابو زيد ؟ قال : احد عمومتى 

Aku bertanya kepada Anas bin Malik: Siapakah orang yang hafal Al-Qur'an dimasa nabi? Dia menjawab: Empat orang semuanya dari Anshar yakni Ubai bin Ka'b,  Muadz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Abu Zaid. Aku bertanya: Siapa Abu Zaid? Ia menjawab: Seorang pamanku.

Dari Abdullah bin 'Amr bin 'Ash:

سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: خذوا القرآن من اربعة: من عبد الله بن مسعود، وسالم، ومعاذ، وابي بن كعب 

Aku mendengar dari Rasulullah: Ambillah Al-Qur'an dari keempat orang yaitu Abdullah bin Mas'ud, Salim, Muadz dan Ubai bin Ka'b.

Dari Tsabit dari Anas berkata:

مات النبى صلى الله عليه وسلم ولم يجمع القرآن غير اربعة: ابو الدرداء، ومعاذ بن جبل وزيد بن ثابت زابو زيد 

Rasulullah wafat dan Al-Qur'an belum dihafal kecuali oleh empat orang yaitu Abu Darda',  Muadz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Abu Zaid.

Dari beberapa riwayat diatas, bukan berarti para penghafal Al-Qur'an dimasa nabi hanya terbatas tokoh-tokoh tersebut. Tokoh-tokoh diatas adalah hafal Al-Qur'an secara keseluruhan. Dalam riwayat yang lain, masih banyak sahabat yang hafal Al-Qur'an meskipun kuantitas hafalannya berbeda-beda. Riwayat Qurtubi menyatakan tentang wafatnya sahabat penghafal Al-Qur'an dalam peristiwa perang Yamamah dan perang di sumur Maunah masing-masih sebanyak tujuh puluh orang.

Proses Pencatatan

Tokoh-tokoh pencatat wahyu yang telah diangkat oleh nabi diantaranya yaitu Ali bin Abi Thalib, Muawiyah, Ubai bin Ka'b dan Zaid bin Tsabit. Setiap ayat yang turun, Rasulullah segera mendiktekannya dihadapan mereka dan menyuruh untuk menuliskannya sesuai dengan tempat surat yang telah ditentukan oleh nabi. Selain sahabat diatas, sahabat lainnya juga ikut andil menulis ayat atas inisiatif mereka sendiri.

Dengan perlengkapan alat tulis yang masih sangat tradisional, ayat ditulis dibeberapa tempat misalnya di batu, daun lontar, kulit, pelana, tulang dan pelepah kurma. Dimasa ini, peristiwa sulit benar-benar dirasakan oleh nabi dan sahabat dalam menuliskan Al-Qur'an.

2. Pengumpulan Al-Qur'an (kodifikasi) Abu Bakar Shiddiq

Jasa khalifah Abu Bakar Shiddiq terhadap perkembangan masa depan Al-Qur'an sangat luarbiasa. Hal ini dikarenakan pada masa Abu Bakar Shiddiq terjadi peristiwa besar dalam sejarah Islam yang tidak pernah dicontohkan oleh nabi yakni menyatukan ayat-ayat Al-Qur'an yang ditulis diberbagai tempat menjadi satu kesatuan yang disebut dengn mushaf.

Pengumpulan Al-Qur'an dilakukan atas ide dari sahabat Umar bin Khattab setelah mempertimbangkan jumlah para sahabat yang hafidz semakin berkurang karena peritiwa perang Yamamah. Tujuh puluh sahabat penghafal Al-Qur'an yang gugur dalam perang Yamamah tahun 12 Hijriyah menyisakan kekhawatiran yang mendalam bagi sahabat Umar tentang masa depan Al-Qur'an yang bisa saja musnah.

Pada mulanya Abu Bakar menolak usulan Umar karena hal tersebut tidak pernah dilakukan oleh nabi dan tiada perintahnya. Setelah menyetujui usulan Umar demi kelangsungan Al-Qur'an, akhirnya Umar menemui Zaid bin Tsabit untuk meminta pendapatnya. Zaid bin Tsabitpun awalnya menolak karena tidak ada perintahnya dari nabi.

Dengan diskusi yang sangat panjang, akhirnya mereka sepakat untuk membukukan Al-Qur'an. Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk memulai proyek pengumpulan Al-Qur'an dalam satu buku atau mushaf dengan berpedoman pada referensi hafalan yang ada pada sahabat yang hafidz dan catatan yang telah ada.

Walau dengan proses yang begitu sulit, proyek pengumpulan Al-Qur'an akhirnya selesai. Lembaran-lembaran ayat yang juga masih klasik tersebut disimpan oleh Abu Bakar hingga ia wafat pada tahun tiga belas Hijriyah. Kemudian mushaf tersebut dibawa oleh Umar dan setelah wafat berpindah kepada putrinya yakni Hafshah dan selanjutnya dibawa oleh Utsman bin 'Affan.

3. Standarisasi Al-Qur'an dimasa Utsman bin 'Affan

Berbeda dengan peristiwa dimasa khalifah Abu Bakar mengenai pengumpulan Al-Qur'an dalam satu mushaf, dimasa khalifah Utsman ini terjadi peristiwa standarisasi Al-Qur'an baik bacaan maupun metode penulisan.

Peristiwa ini diawali karena adanya perseteruan dikalangan umat Islam yang ikut berperang membantu Irak menyerang Armenia dan Azerbaijan dalam perluasan wilayah kekuasaan Islam.

Perseteruan ini berkaitan tentang cara membaca Al-Qur'an atau qiraat yang berbeda-beda diantara umat Islam yang disaksikan oleh sahabat bernama Hudzaifah bin Yaman. Banyaknya qiraat umat Islam yang berbeda-beda ini karena semakin meluasnya kekuasan Islam sehingga terjadi pengaruh persinggungan bahasa lokal.

Dengan adanya konflik ini maka umat Islam saling menyalahkan bahkan saling mengkafirkan satu sama lain yang tentunya membawa dampak buruk bagi umat Islam jika dibiarkan.

Hudzaifah lantas menghadap khalifah Utsman dan menceritakan apa yang terjadi dikalangan umat Islam tersebut. Untuk mengantisipasi perpecahan umat Islam dikemudian hari maka mereka sepakat untuk menyalin lembaran-lembaran mushaf pertama yang dibukukan dimasa khalifah pendahulunya yaitu Abu Bakar Shiddiq dan menyatukan umat Islam dengan berpedoman bacaan satu huruf atau satu metode bacaan.

Utman selanjutnya mengirim utusan kepada Hafshah untuk meminjam mushaf yang ia bawa dari ayahnya. Kemudian Utsman bin 'Affan mengundang Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin 'Ash dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam. Selain Zaid bin Tsabit, tokoh tersebut adalah orang Quraisy. Diundangnya mereka ini untuk menyalin dan memperbanyak mushaf dari Abu Bakar namun dengan membuat standar atau standarisasi bacaan disesuaikan dengan bahasa Quraisy sebagaimana bahasa Al-Qur'an. Jadi, pesan Utsman jika ada perbedaan bacaan antara Zaid bin Tsabit sebagai orang Anshar dengan ketiga orang Quraisy maka yang dipakai adalah tulisan sebagaimana bacaan Quraisy.

Setelah disalin dengan penyatuan bacaan, maka mushaf Abu Bakar dikembalikan kepada Hafshah dan kemudian Utsman mengirimkan mushaf baru yang sudah berstandarisasi bacaan tersebut kebeberapa wilayah dan memerintahkan umat Isam agar memakai mushaf berstandar tersebut. Agar tidak terjadi perseteruan lagi maka Utsman memerintahkan umat Islam untuk membakar semua mushaf lama yang beredar dimasyarakat yang belum sesuai dengan standarisasi mushaf Ustmani.

Terjadi perbedaan mengenai jumlah dan wilayah yang mendapatkan salinan dari mushaf Utsmani tersebut diantaranya:
  1. Tujuh buah mushaf yang dikirim ke Mekah, Syam, Basrah, Kufah, Yaman, Bahrain dan Madinah sebagai pedoman (Mushaf Imam). 
  2. Empat buah yang dibawa ke Irak, Syam, Mesir dan Mushaf Imam. 
  3. Empat buah dikirim ke Kufah, Basrah, Syam dan Mushaf Imam. 
  4. Dalam riwayat lain ada lima buah. 
Mushaf Abu Bakar dibawa oleh Hafshah hingga ia wafat. Setelah itu dimusnahkan menurut pendapat Ibnu Katsir dan dalam riwayat lain dibawa oleh Marwan bin Hakam baru kemudian dibakar.



No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...