Sunday, June 24, 2018

Mewaspadai Kelompok Anti NU yang Gagal Paham tentang Islam Nusantara


Walau konsep Islam Nusantara sudah ditetapkan secara resmi sebagai tema dalam muktamar NU ke-33 di Jombang yakni "Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia", kelompok anti NU tetap saja gagal paham tentang konsep ini. Entah memang tidak paham atau pura-pura tidak paham karena piciknya pengetahuan. Mereka menyerang NU melalui konsep Islam Nusantara ini disamping serangan demi serangan terhadap amaliyah NU karena NU adalah representasi kaum Ahlussunnah Wal Jama'ah.

Mereka menuduh konsep Islam Nusantara sebagai kemusyrikan, liberal, menentang Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad saw.  Mereka tuduh Islam Nusantara memusuhi Islam Arab sehingga mengkafirkan praktik Islam Nusantara. Celaan demi celaan, sumpah serapah, laknat hingga kata-kata kotor diarahkan kepada hampir semua tokoh-tokoh NU.

Apakah yang dimaksud Islam Nusantara?

Islam Nusantara adalah Islam yang berkarakter (mumayyizat) dan berciri khas (khashaish) masyarakat Nusantara. Islam yang mengakomodasi budaya atau kearifan lokal. Islam yang memiliki spirit toleransi sebagaimana yang telah diajarkan oleh Wali Songo. Islam yang lebih menitikberatkan kepada substansi ketimbang formalitas. Islam yang inspiratif bukan yang ideologis. Nafasnya adalah semangat toleransi, menghargai pluralitas dan keragaman budaya. Jadi Islam Nusantara bukan aliran baru, bukan sempalan Islam dan bukan madzhab melainkan praktik Islam yang telah diamalkan oleh masyarakat muslim Nusantara.

Bagi yang tidak paham konsep Islam Nusantara menganggap seolah konsep Islam Nusantara adalah aliran baru yang hanya akan membuat sekat atau mengkotak-kotakkan ajaran Islam. Jika ada Islam Nusantara berarti ada Islam Arab, Islam Cina dan sebagainya. Begitu logikanya. Padahal yang dimaksud Islam Nusantara bukan bercita-cita membagi Islam dalam setiap kawasan atau mengagungkan Islam hanya dikawasan Nusantara dan merendahkan Islamnya bangsa Arab atau bangsa lain namun Islam Nusantara adalah potret atau gambaran Islam yang membumi di Nusantara.

Contoh praktik Islam Nusantara yang mengakomodasi budaya diantaranya tradisi mudik lebaran, halal bihalal atau syawalan, nyadran, nyekar, ketupat, sungkeman dan budaya-budaya Nusantara yang telah mengakar turun temurun yang mendapat legalitas dari syariat.

Disebut Islam Nusantara karena budaya ini lahir hanya dalam tradisi muslim Nusantara dan belum tentu dapat ditemukan dalam tradisi masyarakat muslim di negara lainnya. Itulah disebut sebagai Islam Nusantara yang ramah akan budaya. Bersifat khas dan memiliki nilai-nilai luhur atau keagungan spiritual (adi luhung) yang patut dijunjung tinggi.

Benarkah Islam Nusantara membawa kepada kemusyrikan?

Sangat tidak benar jika Islam Nusantara membawa kemusyrikan karena budaya-budaya yang diakomodasi oleh masyarakat Nusantara adalah budaya yang tidak menabrak syariat bahkan menguatkan syariat karena syariat akan diterima oleh masyarakat yang berbudaya. Masyarakat yang beradab adalah masyarakat yang berbudaya sehingga syariat dan budaya akan mewujudkan masyarakat yang beradab atau berperadaban.

Apakah Islam Nusantara membawa kepada pemahaman liberal?

Liberal maknanya bebas tanpa batas sehingga menentang syariat. Islam Nusantara tidak demikian. Kesalahan mereka yang mengalamatkan Islam Nusantara sebagai penyebab liberal karena sejak kecil tidak pernah dididik tentang keberagaman pendapat dan toleransi. Akibatnya, memahami ayat suci atau teks-teks agama secara tekstual dan anti kontekstual sehingga apa yang mereka anggap benar diyakini sebagai kebenaran tunggal dan kebenaran mutlak. Siapapun yang berbeda diluar pendapat mereka dianggap kafir dan liberal. Sedikit-sedikit kagetan, sedikit-sedikit kafir dan jika sudah mentok keilmuannya yang pas-pasan akan mengklaim diri mereka sebagai Tuhan. Berbeda dengan kelompok tekstual ini dianggap memusuhi Tuhan. Itulah khayalan mereka.

Benarkah Islam Nusantara memusuhi budaya Arab atau memusuhi ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah?

Islam Nusantara tidak pernah memusuhi budaya Arab sepanjang zaman bahkan sampai kiamat. Buktinya Al-Qur'annya muslim Nusantara tetap berbahasa Arab, kiblatnya tetap menghadap kekiblat Mekah, shalatnya tetap berbahasa Arab, nabinya tetap Nabi Muhammad yang berasal dari bangsa Arab. Kitab-kitab dipondok pesantren seluruh Nusantara tidak lepas dari literatur bahasa Arab. Jadi tuduhan bahwa Islam Nusantara membenci Arab adalah salah alamat.

Tidak benar jika Islam Nusantara memusuhi Islam Arab atau membenci dakwah Rasulullah. Bahkan Islam Nusantara adalah perwujudan dan generasi penerus dari Islam yang diajarkan oleh Rasulullah. Ulama Nusantara adalah penyambung dakwah Rasulullah. Memang benar bahwa tidak semua praktik budaya Arab dipakai oleh masyarakat muslim Nusantara namun masyarakat muslim Nusantara tidak akan pernah kehilangan akhlak Rasulullah bahkan masyarakat Nusantara adalah pecinta sejati Rasulullah.

Disetiap majelis, pesantren, pengajian dan pertemuan apa saja selalu dikumandangkan shalawat kepada Rasulullah. Bahkan masyakarat muslim Nusantara bukan hanya bershalawat sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah, mereka berkreasi membuat berbagai shalawat yang tak terhitung jumlahnya khusus sebagai perwujudan rasa hormat kepada insan tercinta yakni Rasulullah. Masyarakat muslim Nusantara menjadi langganan dituduh kelompok Wahabi yang anti shalawat  sebagai pelaku bid'ah karena meramaikan majelis-majelis shalawat. 

Masyarakat Nusantara sebagaimana NU tidak pernah menentang budaya Arab. Masih banyak masyarakat Nusantara yang berjenggot dan bergamis sebagai wujud cinta kepada Rasulullah. Masyarakat muslim Nusantara yang berjenggot dan bergamis bukan hanya sekedar mempraktikkan budaya Arab namun menyerap perilaku dan akhlak Rasulullah. Itulah Islam Nusantara, bukan hanya menyerap budaya tapi mengutamakan keteladanan dan akhlaqul karimah dari Rasulullah.

Masyakarakat NU sebagai perwujudan kaum Ahlussunnah Wal Jamaah di NKRI tidak akan pernah memusuhi Islam Arab namun juga tidak akan pernah membiarkan kaum perusak akidah dan amaliyah seperti Wahabi tumbuh di NKRI. Lahirnya NU adalah penjaga NKRI dan benteng Ahlussunnah Wal Jamaah dari serbuan Wahabi. Jadi yang ditolak oleh NU bukan budaya Arab tapi budaya Wahabi yang ternyata sekilas tampak mempraktikkan budaya Arab.

Masyarakat NU tetap cinta kepada sunnah-sunnah Nabi sebagai bukti meneladani akhlak Nabi. Mereka berjenggot dan bergamis tapi tidak seperti jenggot dan gamisnya kaum Wahabi. Jika jenggot dan gamisnya masyarakat NU menunjukkan simbol keindahan, kerendahan hati dan keagungan akhlak namun jenggot dan gamisnya Wahabi adalah simbolisasi keangkuhan dan kesombongan. Jika jenggot dan gamisnya masyakarat NU adalah tanda toleransi, simbol perdamaian dan rahmat sebagaimana akhlak Nabi sedangkan jenggot dan gamisnya kaum Wahabi adalah simbol takfiri, tuduh bid'ah sana sini dan klaim pemilik kapling surga.

Jadi, Islam Nusantara yang terus dikumandangkan oleh NU tidak akan ada habisnya dan tidak akan ada matinya walaupun kelompok anti NU terus berupaya memadamkannya. Selama ada NU, Islam Nusantara akan terus berkumandang keseluruh dunia hingga seluruh dunia akan merasakan nikmat dan indahnya Islam Nusantara. Bukan untuk menandingi dakwahnya Nabi, bukan untuk memusuhi budaya Arab tapi melanjutkan dakwah Rasulullah yang penuh kedamaian, cinta dan kasih sayang.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...