Thursday, September 27, 2018

Tokoh Sunni yang dituduh sebagai Syiah oleh Wahabi


Ternyata bukan hanya di zaman ini saja. 'Alim ulama yang membahas dan ungkap cinta pada keluarga Nabi, tiba-tiba dituduh Syiah. Kadang cukup dengan membawa riwayat hadis-hadis dari Sayyidina Ali, Sayyidina Hasan dan Husain atau Imam Zainul Abidin, Muhamamd Albaqir, dan Ja’far Shadiq, dengan sebegitu mudahnya didakwa Syiah Rafidhi.

Lihat saja seperti; Syaikh Imran Husain, Syaikh Adnan Ibrahim, Syaikh Amr Yosuf bahkan Munshid seperti Sami Yusuf yang merilis Kasidah Inna fil jannatu nahrun min laban dituduh Syiah juga.

Habib Ali Al-Jufri karena beberapa kali membawa kisah Sayyidina Ali dan Imam Zainul Abidin sempat dituduh Syiah.

Seorang muslih besar dan pemersatu umat seperti Syaikh al-Azhar Ahmad Tayyeb, menyatakan Sunnah Syiah bersaudara dan jangan mau diadu domba, dituduh Syiah.

Syaikh Abul A’la Al-Maududi menulis kitab sejarah secara objektif berjudul AlKhilafah wal Mulk, dituduh Syiah sampai dibakar rumahnya.

Tidak terkecuali para ulama berkelas yang di tanah air seperti Quraisy Shihab, Said Aqil Siraj, Emha Ainun Najib, dan banyak lainnya turut dituduh Syiah. Fenomena seperti itu ternyata memang sudah ada semenjak masa Imam Syafi’i di abad ke 2 Hijriah.

Silahkan telusuri apa kata para ahli sejarah; faktor utama yang mengkondisikan hal itu adalah propaganda penguasa bani Umayah yang secara notabene memusuhi Bani Hasyim semenjak masa awal perjuangan Nabi Muhammad.

Di sisi lain adalah kedengkian kaum Khawarij dan Nawashib (pembenci keluarga Nabi) yang mana ayah dan datuk-datuk mereka telah gugur terkena pedang Dzulfiqaar Sayyidina Ali.

Jadi ada unsur dendam yang telah merasuk hingga tertanam menjadi ideologi yang dianut sebagian muslim.

Imam Muhammad bin Idris al-Syafi’i pun tidak selamat dari tuduhan semacam itu. Tetapi beliau dengan berani dan tegas terus memerangi pola pikir tersebut. Menurut beliau itu adalah pandangan Jahiliyah.

Tidak hanya melalui penulisan dan ceramah, dalam banyak situasi dan waktu yang berbeda beliau melawan keras pemikiran dan sikap anti ahlilbayt semacam itu melalui puisi-puisinya yang menggugah.

Berikut ini adalah kumpulan puisinya yang mendobrak kejahilan awam dan kejahiliyahan kalam:

قالوا ترفضت قلت كلا ** ما الرفض ديني واعتقادي

لكن توليت دون شك** خير امام وخير وخير هادي

ان كان حب الوصي رفضا ** فأنني أرفضُ العُبّاد

Kata mereka saya telah menjadi Rafidhi. Penolakan (رفض) bukanlah agama atau akidahku.

Namun yang pasti aku (تولي) mengemimpinkan, sebaik Imam dan sebaik pemberi petunjuk.

Jika cinta pada Sang pengemban wasiat dianggap Rafidhi, maka sungguh yang aku tolak adalah fanatik para penuduh.



لو فتشوا قلبي لألفوا به **سطرين قد خطا بلا كاتب

العدل والتوحيد في جانب **وحب أهل البيت في جانب

Jika mereka periksa hatiku maka mereka akan menemukan dua bait yang terukir tanpa penulis;

Keadilan dan Tawhid di satu sisi, lalu Cinta pada ahlul bayt di sisi lainnya.



إذا في مجلس ذكروا عليا ** وسبطيه وفاطمة الزكية

فاجرى بعضهم ذكرى سواهم** فأيقن أنه لسلقلقية

اذا ذكروا عليا او دينه ** تشاغل بالرايات الدنية

وقال تجاوزوا ياقوم عنه**فهذا من حديث الرافضة

برأت الى المهيمن من أناس**يرون الرفض حب الفاطمية

على آل الرسول صلاة ربي**ولعنته لتلك الجاهلية

Jika suatu majlis membahas Ali beserta kedua cucu Rasul dan Fathimah,

Maka ada saja pihak yang pasti resah dan mengalihkan pada selainnya.

Begitulah jika Ali dan prinsipnya menjadi topik, mereka malah sibuk mencari hal lain yang sepele.

Mereka berkata, “jangan kau hiraukan wahai kaum, karena itu adalah omongan Rafidhah.”

Sungguh daku berlindung kepada Allah, dari kaum yang melihat cinta Fathimah sebagai Rafidhah.

Shalawat Allah kepada keluarga rasul dan laknatnya untuk kejahiliahan semacam itu.



ان كان رفضا حب آل محمد** فليشهد الثقلان اني رافضي

Jika Cinta kepada ahlulbayt dianggap Syiah Rafidhah

Maka saksikanlah wahai manusia dan jin bahwasanya aku juga Rafidhi.



يا آلَ بيتِ رسولِ اللهِ حبكمُ

  فَرْضٌ مِنَ اللَّهِ في القُرآنِ أَنْزَلَهُ

كفاكم منْ عظيمِ الفخرِ أنكم

ُمَنْ لَمْ يُصَلِّ عَلَيْكُمْ لا صَلاة َ لَهُ

Wahai Ahlubayt Rasulullah, Cinta kepada kalian adalah kewajiban yang telah diturunkan Allah dalam Al-Qur’an.

Cukuplah suatu keagungan bagi kalian, bahwa takkan sah shalat seseorang yang tidak bershalawat pada kalian.

Yakni sebagaimana dalam tiap shalat, muslimin membaca shalawat untuk Nabi wa Aalihi, tentu dalam ajaran agama kecintaan pada Nabi mewajibkan cinta pada keluarganya yang mulia.

Beliau menegaskan bahwa Mawaddah cinta pada keluarga Nabi bukanlah milik Syiah saja tetapi ia telah mengakar dalam ajaran Ahlus Sunnah dan tauladan Imam-Imamnya.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...