Thursday, February 1, 2018
Hidup dan Matilah Bersama NU!
NU memang sekedar ormas sebagaimana ormas lainnya. Ia bukan agama maka selamanya tidak akan menjadi agama dan tidak akan pernah dideklarasikan menjadi agama baru menjadi pesaing agama Islam.
Walau hanya ormas, NU bukan ormas abal-abal, bukan ormas prematur dan bukan pula ormas ABG (Anak Baru Gede) atau ormas kemarin sore. Ia adalah organisasi yang sudah dewasa dan matang dalam setiap kondisi dan cuaca.
NU adalah ormasnya para wali. Sebelum diresmikan oleh sang kiai Hadratussyeikh Hasyim Asy'ari 1926 M., NU secara ideologi dan embrio sudah lebih dahulu lahir didirikan oleh para wali yang datang untuk mengislamkan nusantara. Ideologi wali yang diwarisi NU antaralain ideologi aswaja, Islam moderat, akulturasi terhadap tradisi dan Islam sebagai substansi.
Tak aneh jika semakin beranjak dewasa, NU semakin mendunia bukan hanya untuk nusantara tapi untuk seluruh manusia yakni mengakomodasi prinsip dan misi dakwah nabi yaitu rahmatan lil alamin yang diterjemahkan para wali dengan "Memayu Hayuning Bawono". NU ada dimana-mana namun tidak kemana-mana. Ia adalah penjaga nusantara dan penjaga keluhuran Islam yaitu akhlaqul karimah yang dibawa oleh kanjeng nabi Muhammad saw.
Karena dijaga oleh para wali dan ulama, maka sangat lumrah jika NU takkan bisa dimusnahkan. Siapa yang akan memusnahkan pasti akan hancur. Begitu wasiat dari sang inspirator NU, Syaikhuna Khalil Al-Bangkalani Al-Maduri. Semakin dimusnahkan maka ia akan semakin tumbuh dimana-mana. Di Asia, Eropa dan Afrika saat ini sangat terpesona (yang saya terjemahkan dengan istilah "termehek-mehek") dengan Islam moderat ala NU dan kepincut mendirikan NU untuk memproteksi negara dari virus radikal.
Jangan pernah tertipu dengan kelompok yang akan merusak NU. Provokasi anti NU biasanya mengeluarkan jurus "ngapain bawa-bawa NU, diakhirat takkan ada NU, NU takkan ditanyakan karena yang ditanyakan adalah amal shalih". Begitulah provokasi memadamkan kecintaan terhadap NU.
Benarkah diakhirat tak ada NU? Memang benar NU tidak akan beroperasi lagi diakhirat dan tidak akan ada lagi Muktamar NU pasca kematian dialam akhirat. Tapi jangan keliru, amal shalih yang kita lakukan dan akan diterima Allah adalah amal shalih yang benar, yang lurus, yang bersanad sebagaimana yang diajarkan oleh ulama, kiai, habaib dan ustadz NU. Dan pastinya, siapapun diantara kita yang istiqamah dengan amaliyah dan ulama NU pasti akan bertemu lagi dengan ulama NU. Didunia berjama'ah dan beramaliyah sebagaimana amaliyah para wali dan ulama NU maka disurgapun akan bersama-sama dengan mereka. NU dan ulama NU adalah wasilah atau perantara untuk mencapai kehidupan yang sejahtera lahir dan batin di dunia dan akhirat. Tanpa wasilah ini, kita akan kesasar, ibadahnya sesat, jalannya sesat dan mau masuk surga pun akhirnya tersesat dan jadilah alamat palsu.
Dalam hadits dinyatakan bahwa kita akan bersama dengan apa yang kita cintai. Jika cinta dengan NU, ulama NU, kiai NU, habaib NU, amaliyah NU pasti kita akan memperoleh kemanfaatan darinya. Bersama mereka didunia hingga akhirat, sungguh nikmat yang luarbiasa.
Hidup dan matilah bersama NU! Begitulah judul tulisan ini. Menggambarkan tentang perlunya istiqamah bersama NU dengan kekuatan lahir dan batin. Jika tidak, akan bahaya menjauh dari NU. Tidak akan mendapatkan doa dari para wali dan ulama yang lurus serta tidak akan bersama mereka.
Efek bahayanya jika jauh dari NU sejak didunia yaitu suka mengkafirkan, intoleransi, anti tradisi, anti nasionalisme, anti keragaman tafsir hingga memonopoli Tuhan. Akibatnya, hidup semakin terancam, hati tak tenteram dan akhirnya mati tidak karuan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Banyak warganet yang bekomentar negatif atas informasi yang beredar luas melalui media sosial terkait Workshop Al-Qur’an Nusantara yang...
-
Ini adalah sampul kitab berjudul “Risâlah Silsilah al-Tharîqatain al-Qâdiriyyah wa al-Naqsyabandiyyah” karangan Syaikh Abdul Karim Banten...
-
Suku Chaniago adalah suku asal yang dibawa oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang yang merupakan salah satu suku induk di Minangkabau selain su...
-
Risalah ‘Amman (رسالة عمّان) dimulai sebagai deklarasi yang di rilis pada 27 Ramadhan 1425 H bertepatan dengan 9 November 2004 M oleh...
-
Beliau (Sofyan Tsauri) sampai berani bersumpah atas nama ALLAH bahkan berani Bermubahalah jika ada yang menuduh dia berdusta atas apa yan...
-
A. Secara Etimologis (Bahasa) 1. Menurut Al-Lihyani (w. 215 H) Kata Al-Qur'an berasal dari bentuk masdar dari kata kerja (fi...
-
Syeikh Muhammad Mukhtar Atharid (Maha Guru Ulama Nusantara dari Bogor, ulama besar di Mesjidil Haram Mekkah pada masa Negara Saudi dibaw...
-
Baru-baru ini Nahdlatul Ulama sedang didera ujian berupa fitnah-fitnah dari pihak yang berseberangan dengan Nahdlatul Ulama. Bahkan banya...
-
Sebuah kemajuan yang sangat disyukuri dan diapresiasi dengan meningkatnya semangat keagamaan umat muslim di Indonesia. Kemajuan ini bisa ...
-
Oleh Suryono Zakka Benarkah perayaan maulid itu tasyabbuh bil kuffar (menyerupai orang kafir)? Kaum Wahabi menuduh bahwa perayaan...
No comments:
Post a Comment