Monday, July 30, 2018
Islam Nusantara menurut Mahfud MD
Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2008-2013, Mahfud MD menegaskan Islam Nusantara artinya mengidonesiakan Islam, adalah membawa Islam ke dalam realitas-realitas yang ada di Indonesia, bukan memaksa orang lain atau suatu bangsa untuk masuk Islam.
"Kalau meminjam istilah Gus Dur adalah 'membumikan' Islam," ujar Mahfud pada Halaqah Kebangsaan Pengasuh Pondok Pesantren, Selasa (24/7) di Pondok Pesantren Futuhiyyah, Mranggen, Demak, Jawa Tengah.
Pada kegiatan bertema Pancasila dalam Perspektif Islam Nusantara, ia mengatakan Nabi Muhammad saja tidak pernah memaksa siapa pun untuk masuk ke dalam Islam. "Tetapi Nabi hadir untuk mengabarkan dan menawarkan agama yang hanif (lurus)," katanya.
Lebih lanjut Mahfud menjelaskan, setiap bangsa dan zaman memiliki sistem negaranya sendiri. Sistem yang bermacam-macam ini adalah produk ijtihad pada masanya. "Dari zaman Nabi, sahabat dan sampai sekarang, tidak ada namanya sistem pemerintahan Islam yang baku. Seiring zaman, selalu berubah-ubah," paparnya.
Selain itu, tujuan negara adalah untuk membangun keadilan sosial. Sehingga, setiap tindakan yang ingin mengubah atau memberontak kesepakatan sebuah bangsa dianggap radikal dan berbahaya bagi keutuhan suatu negara.
Indonesia dan Pancasila sebagai dasar negara merupakan gagasan yang dihasilkan oleh kesepakatan para pendiri melalui proses yang panjang dengan begitu banyak pengorbanan. "Dan kesepakatan ini tidak boleh dihianati oleh paham apa pun, termasuk khilafah," tegasnya.
Halaqah digelar oleh Lembaga Permusyawaratan Pengasuh Pesantren se-Indonesia (LP3I) bekerjasama dengan Pondok Pesantren Futuhiyyah, Mranggen. Halaqah juga menghadirkan nara sumber yaitu KH Ubaidillah Shodaqoh (Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah), Muhibbin Noor (Rektor UIN Walisongo Semarang), Abdul Hadi Mutohar (Guru Besar UIN Walisongo dan Pengasuh Pesantren Darul Ma'wa Mranggen), serta dan KH Ahmad Badawi Basir (Sekretaris LP3I).
(Muhammad Khozin/Kendi Setiawan)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Gerakan Tarbiyah atau Usrah muncul sekitar tahun 80-an hingga 90-an yang muncul sebagai gerakan pendidikan agama (tarbiyah) dan kekeluarg...
-
Oleh Rijalul Wathon Al-Madury Sayyid Kamal al-Haydari yg dengan nama lengkap Kamal bin Baqir bin Hassan al-Haydari (السيد كمال بن باقر ...
-
Oleh M Abdullah Badri (Founder Komunitas Marka Bangsa) SEBAGAI objek, kalimat tauhid itu dasein (ditemukan dalam kondisi bebas atas di...
-
Fanatik berarti kecintaan yang berlebihan. Fanatik dapat mengarah kepada dua hal yakni konotasi positif dan konotasi negatif. Konotasi po...
-
Oleh: Wildan Wahied NU lucu dan Muhammadiyah tidak lucu, itu sudah jadi pemahaman umum. Cak Nun sudah pernah mengatakannya, kalau tidak...
-
Sudah menjadi tabiat manusia untuk bepergian sesuai dengan tujuan yang dia kehendaki. Secara garis besar, agama mengizinkan seseorang un...
-
Soeharto Lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921. Ia lahir dari keluarga petani yang menganut Kejawen. Keyakinan keluarga...
-
KH NACHROWI THOHIR - BUNGKUK SINGOSARI (1900 -1980): PENDIRI NU, PELOPOR LEMBAGA PENDIDIKAN MA'ARIF NU “Ketahuilah, bahwa kelak, su...
-
Oleh Suryono Zakka Ada sebagian kelompok menganggap bahwa Islam agama perang yakni agama yang mengajak pada pertumpahan darah. Pemahaman ...
-
Lima tahun sudah Abdul Mutholib ngangsu kaweruh di Pondok Syubbaniyah Islamiyah Buntet Pesantren, Cirebon, Jawa Barat. Ia pulang ke rumah...
No comments:
Post a Comment