Sunday, July 29, 2018

Tersandera oleh HTI dan Saudaranya


Oleh Ustadz Haris Hamid Kurdi

Zaman sekarang ini kalo kita tidak setiti dan berhati hati dalam melangkah, maka mudah sekali kita terperangkap dalam jebakan Batman yang dibuat oleh segerombolan orang orang yang mengaku dirinya paling islam sendiri, segerombolan orang orang yang ketika melihat orang lain tidak se-visi misi dengan mereka maka akan langsung dianggap menyimpang. Saya pernah mengalami pengalaman itu, dan ini fakta, tidak saya buat buat, tujuan saya menceritakan disini adalah agar kita semua lebih berhati hati lagi, terutama generasi Muda NU, kita harus sadar, kita ini punya SDM Ilmu Agama yang sangat luar biasa, hanya sayang sekali selama ini yang menikmati justru adalah orang lain (mereka yang bukan Nahdliyin) atau kalaupun misal yang kita didik adalah sesama Nahdliyin, yang memiliki Lembaga Pendidikan adalah mereka, ini Ironi, sungguh Ironi sekali.

**

Jangan heran jika saat ini banyak sekali Santri Santri sepulang dari Pondok Pesantren lebih memilih hidupnya tertutup, ketimbang harus membaur dengan Masyarakat, lebih memilih mengabdi di Lembaga di luar NU ketimbang harus berjuang di Masyarakat, gerombolan mereka sangat faham dan menyadari sekali bahwa kelemahan terbesar Lembaga Lembaga Pendidikan berlatar belakang NU adalah soal Finansial, di Pondok Pondok Pesantren NU kita sudah terbiasa di didik Lillaahi Ta'ala, berjuang semata Hanya karena Allah, bukan yang lain. Hal tersebut mudah saja diamalkan ketika Santri masih hidup di lingkungan Pesantren,  tidak demikian ketika Santri berjuang di rumah, di tengah tengah Masyarakat, maka babak baru harus mereka lalui, ukurannya jika niatnya kuat maka akan bertahan dengan segala ujiannya, jika niat tidak kuat maka biasanya akan mudah terbawa arus yang memang sudah dirancang jauh jauh hari oleh Gerombolan yang mengaku paling islam sendiri itu, jangan heran jika pada akhirnya banyak sekali Santri Santri sepulang dari Pesantren yang lebih memilih Mengabdi di SDIT, SMPIT, SMAIT ketimbang harus mengajar di TPA atau TPQ, jangan heran jika Masyarakat lebih memilih IT sebagai tujuan anak anaknya belajar Mengaji ketimbang memasukan anak ke TPA/TPQ, wajar karena di IT kualitas sangat diperhatikan, di dukung finansial yang tidak terbatas, sedang di sisi lain, di TPA/TPQ pada umumnya berjalan ala kadarnya, sederhana, tenaga pengajarnya pun seadanya, ini Ironi, sekali lagi ini sangat Ironi.

**

Kekuatan mereka ada tiga, pertama finansial (Dana tidak terbatas) kedua militan (sangat aktif baik di dunia maya maupun nyata) ketiga mereka dalam berjuang tidak mengenal putus asa, itulah yang tidak kita (Nahdliyin) miliki, dan kelemahan kita itu dapat mereka maksimalkan dengan sangat sangat baik, hasilnya bisa kita lihat saat ini, Nahdliyin mengabdi di lembaga mereka, yang di didik sesama Nahdliyin, begitu lulus harapannya nanti dapat menjadi kader kader militan yang berjuang bersama mereka, berjuang untuk apa ? Untuk memusuhi NU dan Para Ulama' NU, dengan iming iming ini itu, dan itu cukup membuat kita lemah tidak berdaya. Makanya sekali lagi jangan heran bila banyak Santri Santri yang tertutup soal itu, jangan heran jika TPA/TPQ kesulitan mencari tenaga pengajar, bukannya tidak ada, tapi karena ya itu tadi, paham, kan ?

**

Saya pernah ditawari oleh sahabat saya (dia simpatisan HTI) saya dan dia sangat akrab, kita biasa ngobrol bareng, gojek bareng, bermain bareng dan semua berjalan enjoy saja, karena bagi kita sahabat adalah sahabat, soal kamu HTI aku NU itu soal lain, biarlah itu menjadi urusan kita masing masing, pokoknya selama sama sama bersikap baik dan menghargai satu sama lain, perbedaan itu bukan masalah. Nah, pada suatu saat saya pernah tawari oleh dia, "Mau Tidak Saya Buatkan Video Makhroj?" kata dia. Memang sih, sahabat saya itu jago dan ahli dalam bidang itu (membuat video) pikiran saya (pada waktu itu) wajar saja jika dia punya niat baik, Wong namanya juga sahabat, sedikitpun saya tidak suudhon pada waktu itu, katanya lagi "Nanti saya Aplodkan Di YouTube, biar bermanfaat untuk orang banyak"

**

Jujur, kalo saja yang menawari bukan dia (sahabat saya) mungkin sudah saya tolak, berhubung dia, akhirnya saya sanggupi dan berhasil membuat 4 video. Yang paling saya sesalkan sebenarnya bukan soal video itu, tapi ketidakjujuran dia dari awal, gampangane sebagai sahabatnya saya merasa dikhianati, entah karena saya yang terlalu toleran atau bagaimana saya tidak tahu, intinya begitu,  singkat cerita, akhirnya saya banyak diceritani sama dia soal Felix Siauw, soal UAS, soal seorang Pengusaha bernama (saya lupa) dulunya pekerjaan Pengusaha itu adalah yang membackup para artis kelas atas, makanya dia tau betul sisi gelap seorang artis, tapi sekarang sudah berhijrah dan membangun Sekolah IT, pengusaha itu yang menfasilitasi semuanya, dan dia sangat mampu, berbekal hartanya yang selangit, bahkan kata sahabat saya, video makhrojku sudah dikirim via WA dan diputar oleh pengusaha itu, pengusaha kaya itu menyambut baik, dia siap menanti kehadiran saya jikalau berminat bergabung mensyiarkan ilmu makhorijul huruf Al Qur'an di sekolahan yang dirintisnya itu. Nah, sampai disitu sahabat saya bercerita, seketika saya bicara "Mulai Hari Ini Kita Sudahi Semuanya"

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...