Wednesday, August 29, 2018

Benarkah HTI Telah Mati?


Oleh: Abd. Syakur*

Beberapa manusia di Indonesia mengatakan "HTI sudah bubar. Sudahlah." Rata-rata yang mengatakan begini adalah saudara tua HTI yakni IM (Ikhwanul Muslimin). Lalu saya jawab dalam hati "iya, namanya saja yang bubar, pergerakannya tetap, malah tambah masif, menyebar di masyarakat."

Beberapa hari yang lalu, Felix menulis status yang narasinya menggiring pembaca untuk membenci pemerintah dan sistem sekaligus. Hal ini tentu saja ditujukan untuk membuat rakyat Indonesia menipis sikap nasionalismenya (terbukti dari tulisannya: "Talak 3 Nasionalisme Now"), hingga akhirnya mereka akan menuntut penggantian sistem demokrasi menjadi khilafah yang tentu saja akan dimotori (hantu) HTI.

Ini sebenarnya bentuk harakah bughat (pergerakan dalam rangka memberontak) kepada negara, hanya berbeda bentuk saja, dimana coraknya bughat ini bersifat psikologis. Dan dampaknya kurang lebih sama dari bughat secara fisik, mengingat ini bisa disejajarkan dengan perekrutan pasukan, hanya tempatnya saja yang di dunia maya. Narasi-narasi berbentuk kalimat provokasi sudah jelas real dan absolut sempurna.

Padahal sudah jelas, dalam banyak buku khilafah ini masalah ijtihadiyah yang tidak mungkin untuk dipaksakan. Sebab banyak sekali ulama yang memandang sistem demokrasi dengan berdasarkan Pancasila ini telah mewakili banyak sekali nilai-nilai keislaman, sehingga pantas disebut sistem keperintahan atau khilafah. Selain itu jika mereka merasa benar, kenapa tidak dimanfaatkan ajakan debat dan diskusi ilmiah dari ulama NU, biar jelas, sebenarnya yang mereka pertahankan itu apakah sistem khilafah yang sebenarnya bersifat khilafiyah (tafsir ulama berbeda-beda, sehingga bagi umat islam yang awam boleh menganut pendapat yang mana saja) atau malah mereka memang ingin menjadi penguasa negeri ini seperti beberapa sejarah raja-raja yang mendapatkan kekuasaannya karna mencari kedudukan semata, bahkan ayah anakpun saling bunuh.

"Hantu" HTI ini jika dibiarkan malah menjadi virus AIDS yang menggerogoti negeri ini dari dalam. Atau jangan-jangan itu memang agenda Blok Barat untuk melemahkan Indonesia lewat "tangan-tangan kotor" HTI, toh nyatanya mereka dipelihara di AS, England dan AUS. Bahkan pusat HTI di England. Why??? Selain itu HTI memang punya banyak napak tilas sejarah sebagai pemberontak, misal di Libiya, Suriyah, Mesir dan negara-negara yang lain. Terbukti mereka dilarang di negara-negara tersebut. Karena memang secara manfaat 'tak ada, malah hanya menimbulkan mafsadat yang diperluas dengan menghasut masyarakat untuk berkubu-kubu. Ini berbahaya.

Saya harap negara bukan hanya memberangus namanya, tetapi juga pentolannya. Tentu saja bukan lewat kekerasan, tetapi lewat jalur hukum yang ada, toh hukum kita sudah memfasilitasi. Hal ini juga tidak akan mudah, mengingat kesibukan pemerintah karena membangun dan membenahi daerah pinggiran. Oleh karena itu, saya harap NU dan Muhammadiyah bersatu mengikis paham-paham mereka yang terjangkiti virus khilafah, dan ikut andil mengingatkan pemerintah tentang bahaya pergerakan mereka (walaupuan sebenarnya ini sudah banyak dilakukan, tinggal kalangan grass root saja yang belum).

Baca selanjutnya: Filosofi Pancasila

Apakah dengan menulis ini saya tidak setuju dengan ide khilafah? Bukan tidak setuju. Khilafah itu hukumnya wajib, hanya saja jika kita menggali sistem khilafah secara mendalam, maka demokrasilah sistem yang paling tepat. Bukankah dalam sistem kepemerintahan Islam itu wajib ada "minimalnya" 5 hal? pertama; kesetaraan (المساواة) dimana maksudnya adalah anak-anak dan orang dewasa, laki-laki dan perempuan adalah sama dalam haknya, hal ini sesuai dengan hadist nabi:
والناس سواء كاءسنان المشط
Artinya: manusia itu sama rata seperti gigi sisir; kedua; keadilan (العدالة) ini selaras dengan QS. an-Nisaa' 58; ketiga; musyawarah (الشورى) hal ini sesuai dengan QS. asy-Syuura 38; keempat; kebebasan (الحرية) dimana maksud dari kemerdekaan seseorang dia memiliki kemuliaan, hal ini sesuai dengan QS. al-Israa' 70; kelima; adanya pengawasan rakyat (رقابة الامة). Bukankah Sayyidina Umar berkata:
من رأى منكم في اعوجاجا فليقومه
Artinya: barangsiapa melihat sesuatu yang bengkok pada diriku, maka lurskanlah.

Maka jelaslah demokrasi memberikan peluang seluas-luasnya terhadap 5 poin tersebut. Sebab jika kita kaji lebih dalam khilafah itukan sebatas washilah dalam artian sistem kepemerintahan (khilafah) hanya sebatas sarana, bukan tujuan (ghayah). Sedangkan tujuannya adalah berjalannya Maqashidus Syari'ah. Maka sekali, lagi demokrasi sudah sangat cukup untuk menerapkan syariat Islam. Jikapun ada hukum yang belum diterapkan, toh seperti pak Mahfud bilang, kita bisa usahakan di DPR. Nah ini saya anggap "Islam yang saya anut". Lalu Islam seperti apa yang anda anut? Yang suka mencaci? Atau yang suka menyebar hoax? Atau yang bawaannya pengen perang tok? Atau malah yang melihat patung di Eropa langsung ngaceng, dan kemudian langsung memahat muka dan bagian intimnya? Keputusan di tangan anda.

*Kader kultural NU

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...