Wednesday, August 8, 2018

Ketika Nabi Muhammad dianggap Ustadz Dadakan Pernah Tersesat


Oleh: Muhammad Mubasysyarum Bih

Dumay digemparkan komentar ngawur seorang 'ustadz' yang menganggap bahwa Nabi dahulu pernah sesat, kemudian ditunjukan Allah.

Dalam penjelasannya, si ustadz mengutip firman Allah dalam surat al-Dluha:

 ووجدك ضالا فهدى
"Dan Allah menemukanmu dalam kesesatan (ini terjemahan versi dia), kemudian Allah menunjukanmu".

Endingnya, si ustadz nyinyir kepada para pengamal maulid Nabi yang dianggapnya sebagai peringatan atas kesesatan Nabi.

Benarkah Nabi pernah sesat? Apa betul kata ضالا diterjemahkan dengan "sesat"?.

Syekh Wahbah al-Zuhaili menegaskan, bahwa kata ضالا dalam ayat di atas bukan lawan kata dari "al-hidayah", petunjuk. Sehingga tidak tepat kalau kata ضالا diterjemahkan dengan sesat. Sebab, para Nabi terjaga dari kesesatan. Tidak pernah sekejapun Nabi berada dalam kekufuran.

Kata ضالا lebih tepat diterjemahkan dengan "ketidakmengertian" akan hukum-hukum syariat. Nabi tidak mengetahui bagaimana harus menyampaikan pesan agama kepada kaumnya, kemudian Allah menunjukannya.

Agak senada dengan pendapat di atas, Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki dalam bukunya "Muhammad manusia sempurna", berpendapat bahwa kata ضالا interpretasinya adalah:
متحيرا في بيان ما انزل اليك
"Bingung dalam menjelaskan wahyu yang diturunkan kepada mu (Muhammad)".

Nabi menerima tugas yang sangat berat untuk menjelaskan wahyu al-Quran yang diterimanya dan mengantarkan manusia menuju agama yang haq.

Nabi bingung harus bagaimana menjalankan tugas itu, karena beliau sama sekali belum mengenal apapun. Kemudian Allah memberikan segala petunjukNya sehingga Nabi menjadi pribadi yang dipenuhi dengan lautan ilmu dan hikmah yang tak bertepi.

Pakar hadits dari Rusaifah-Mekah tersebut kemudian menyampaikan bahwa pendapatnya tersebut bertendensi pada firman Allah:
وانزلنا اليك الذكر لتبين للناس ما نزل اليهم ولعلهم يتفكرون (النحل: ٤٤)
"Dan Allah menurunkan al Quran kepadamu agar kamu menjelaskan kepada manusia wahyu yang diturunkan kepada mereka dan supaya mereka berfikir".

Walhasil, berhati-hatilah dalam menerjemahkan dan memahami al-Quran, terlebih yang menyangkut pribadi Nabi Saw. Jangan terbujuk dengan statemen tidak bersadar yang hanya bertendensi pada terjemahan, tidak paham konteks dan tafsirnya.

Mohon maaf, agak kusruh sedikit.

Lampiran referensi:

تفسير المنير للزحيلي

ووجدك ضالا فهدى لا يمكن حمل الضلال هنا على ما يقابل الهدى لأن الأنبياء معصومون من ذلك، قال العلماء: إنه ما كفر
بالله طرفة عين، وإنما المراد بالضلال: الخطأ في معرفة أحكام الشرائع، فهداه إلى مناهجها وكيفياتها. والمراد: الحيدة عن معالم الشريعة الحنيفية، كقوله تعالى: ما كنت تدري ما الكتاب ولا الإيمان [الشورى ٤٢/ ٥٢] .

Keterangan foto:
Kutipan penjelasan ayat dari kitab "Muhammad al Insan al Kamil" karya Syekh Sayyid Muhammad bin Alawi al Maliki.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...