Monday, August 6, 2018

Qunut Nazilah dan Ketentuannya


Qunut nazilah adalah qunut yang dilakukan pada saat terjadi sesuatu yang besar, seperti bencana, peperangan, dan sebagainya. Umumnya para ulama sepakat tentang qunut nazilah ini, karena nash-nash yang sampai kepada kita sangat jelas dan shahih.

1. Masyru'iyah

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَنَتَ رَسُوْلُ اللهِ شَهْرًا مُتَتَابِعًا فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَصَلاَةِ الْصُّبْحِ فِيْ دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ إِذَا قَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ اْلأَخِرَةِ يَدْعُوْ عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ بَنِيْ سُلَيْمٍ عَلَى رِعْلٍ وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ، وَيُؤَمِّنُ مَنْ خَلْفَهُ.

Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah qunut selama satu bulan secara terus-menerus pada shalat Zhuhur, ‘Ashar, Maghrib, Isya dan Shubuh di akhir setiap shalat, (yaitu) apabila ia mengucap Sami’Allahu liman hamidah di raka’at yang akhir, beliau mendo’akan kebinasaan atas kabilah Ri’lin, Dzakwan dan ‘Ushayyah yang ada pada perkampungan Bani Sulaim, dan orang-orang di belakang beliau mengucapkan amin. (HR. Abu Dawud, Ahmad, al-Hakim dan al-Baihaqi.

Imam al-Hakim menambahkan bahwa Ibnu Abbas radhiyallahuanhu berkata bahwa beliau SAW pernah mengutus para da’i agar mereka (kabilah-kabilah itu) masuk Islam, tapi malah mereka membunuh para da’i itu. ‘Ikrimah berkata: Inilah pertama kali qunut diadakan.

عَنْ أنَسٍ قَالَ: قَنَتَ رَسُوْلُ اللَّهِ شَهْرًا بَعْدَ الرُّكُوْعِ يَدْعُو عَلَى حَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ ثُمَّ تَرَكَهُ

Dari Anas, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah qunut selama satu bulan setelah bangkit dari ruku’, yakni mendo’a kebinasaan untuk satu kabilah dari kabilah-kabilah Arab, kemudian beliau meninggalkannya (tidak melakukannya lagi).” (Hr. Bukhari, Muslim)

Dalam hadits Ibnu Abbas dan hadits Anas dan beberapa hadits yang lainnya menunjukkan bahwa pertama kali qunut dilakukan ialah ketika Bani Sulaim yang terdiri dari Kabilah Ri’lin, Hayyan, Dzakwan dan ‘Ushayyah meminta kepada Nabi SAW agar mau mengajarkan mereka tentang Islam.

Maka, kemudian Nabi SAW mengutus kepada mereka tujuh puluh orang qurra’ (para penghafal al-Qur'an), sesampainya mereka di sumur Ma’unah, mereka (para qurra’) itu dibunuh semuanya. Pada saat itu, tidak ada kesedihan yang lebih menyedihkan yang menimpa Nabi SAW selain kejadian itu. Maka kemudian beliau SAW qunut selama satu bulan, yang kemudian beliau tinggalkan.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللَّهِ  إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ فِي الرَّكْعَةِ اْلأَخِرَةِ مِنَ الْفَجْرِ يَقُوْلُ: اَللَّهُمَّ الْعَنْ فُلاَنًا وَفُلاَنًا وَفُلاَنًا بَعْدَمَا يَقُوْلُ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَالَكَ الْحَمْدُ

Dari Ibnu Umar, “Sesungguhnya ia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau mengangkat kepalanya dari ruku’ di raka’at yang terakhir ketika shalat Shubuh, ia membaca: “Allahummal ‘an fulanan wa fulanan wa fulanan (Ya Allah laknatlah si fulan dan si fulan dan si fulan) sesudah ia membaca Sami’allaahu liman hamidahu.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ  كَانَ اِذَا أَرَادَ أَنْ يَدْعُوَ عَلَى أَحَدٍ أَوْ يَدْعُوَ ِلأَحَدٍ قَنَتَ بَعْدَ الرُّكُوْعِ، فَرُبَّمَا قَالَ: إِذَا قَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ اَللَّهُمَّ اَنْجِ الْوَلِيْدَ بْنَ الْوَلِيْدِ وَسَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ وَعَيَّاشَ بْنَ أَبِيْ رَبِيْعَةَ وَالْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ. اَللَّهُمَّ اشْدُدُ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ وَاجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ سِنِيْنَ كَسِنِيْ يُوْسُفَ.

Dari Abu Hurairah, “Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, apabila hendak mendo’akan kecelakaan atas seseorang atau mendo’akan kebaikan untuk seseorang, beliau mengerjakan qunut sesudah ruku’, dan kemungkinan apabila ia membaca: Sami’allahu liman hamidah, (lalu) beliau membaca, ‘Allahumma… dan seterusnya (yang artinya: Ya Allah, selamatkanlah Walid bin Walid dan Salamah bin Hisyam dan ‘Ayyasy bin Abi Rabi’ah dan orang-orang yang tertindas dari orang-orang Mukmin. Ya Allah, keraskanlah siksa-Mu atas (kaum) Mudhar, Ya Allah, jadikanlah atas mereka musim kemarau seperti musim kemarau (yang terjadi pada zaman) Yusuf.’” (HR. Al-Bukhari)

Abu Hurairah berkata bahwa Nabi SAW mengeraskan bacaannya itu dan ia membaca dalam akhir shalatnya dalam shalat Shubuh: Allahummal ‘an fulanan… dan seterusnya (Ya Allah, laknatlah si fulan dan si fulan) yaitu (dua orang) dari dua kabilah bangsa Arab, sehingga Allah menurunkan ayat: ‘Sama sekali urusan mereka itu bukan menjadi urusanmu... (dan seterusnya).’”

B. Beberapa Ketentuan

Dalam teknis pelaksanaannya, qunut nazilah ini agak sedikit berbeda dengan dua qunut lainnya, yaitu qunut shubuh dan qunut witir. Berikut adalah beberapa ketentuan dalam melakukan qunut nazilah :

1. Dilakukan Pada Saat Ada Bala atau Bencana

Dalam keadaan aman atau biasa-biasa saja, tidak disyariatkan untuk melakukan qunut nazilah. Sebab qunut nazilah yang dilakukan di masa Nabi SAW terkait dengan peristiwa besar, bencana, malapetaka atau pembunuhan atas umat Islam.

Di masa sekarang ini, ketika Israel menghujani rakyat tidak berdosa di Gaza dengan bom, tentu seruan untuk melantunkan qunut nazilah sudah tepat.

Namun qunut nazilah tidak tepat kalau dilakukan terus menerus sepanjang masa. Sebab Rasulullah SAW hanya melakukan qunut nazilah dalam hitungan sebulan saja.

2. Dilakukan Dalam Shalat Lima Waktu

Berbeda dengan qunut shubuh yang hanya dilakukan pada waktu shubuh, atau qunut witir yang hanya dilakukan pada shalat witir di malam hari, qunut nazilah dilakukan dalam lima waktu shalat fardhu. Jadi bukan hanya sekali atau dua kali, tetapi lima kali dalam sehari, dan dalam hitungan beberapa hari berturut-turut.

Namun apakah harus sebulan lamanya, nampaknya tidak ada ulama yang mengharusnya selama sebulan. Semua dikembalikan kepada mashalahatnya juga. Dan untuk itu, yang berhak untuk menerapkan adanya qunut nazilah tidak lain adalah imam atau pimpinan umat Islam.

3. Dikerjakan Setelah Bangun dari Ruku' Seusai I'tidal di Rakaat Terakhir

Qunut Nazilah dilaksanakan pada saat i’tidal (berdiri dari ruku’) di rakaat terakhir dalam seluruh shalat wajib.

4. Imam Mengeraskan Suara Doa Qunut dan Makmum Mengamini

Dianjurkan kepada imam shalat untuk mengeraskan suara bacaan doa qunut, agar para makmum di belakang dapat  mengamini bacaan doa itu.

Namun para ulama berbeda pendapat tentang qunut nazilah pada shalat sirriyah seperti Dhuhur atau Ashar, apakah imam menjaharkan doa qunutnya atau tidak?



5. Disunnahkan Mengankat Kedua Tangan

dan mengangkat kedua tangan ketika membacanya tanpa mengusap wajah apabila telah selesai membacanya.

قَنَتَ رَسُولُ اللهِ شَهْرًا مُتَتَابِعًا فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَالصُّبْحِ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ إِذَا قَالَ : سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ اْلأَخِيْرَةِ يَدْعُوا عَلَيْهِمْ عَلَى حَيَّ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ عَلَى رِعْلِ وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ وَيُؤَمِّنُ مَنْ خَلْفَهُ.

“Rasulullah SAW melaksanakan qunut nazilah selama sebulan secara berturut-turut di dalam Shalat Dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Shubuh. Setiap kali usai mengucapkan : “Sami’allahu liman hamidah” Dari raka’at terakhir mendo’akan kejelekan atas mereka, yaitu perkampungan Ri’il, Dzakwan dan ‘Ushayyah dari Bani Sulaim. Sedangkan orang-orang dibelakangnya mengucapkan “Amien”. (HR. Ahmad).

C. Doa Qunut Nazilah

Walaupun doa di dalam qunut nazilah bukan suatu yang ditentukan bacaannya, namun dianjurkan untuk berdoa dengan doa-doa yang ada riwayatnya dan sesuai dengan kondisi dan suasana yang sedang terjadi, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh khalifah Umar ibnul Khattab radhiyallahuanhu, ketika memerangi orang-orang nashrani, bahwasanya beliau membaca qunut dengan doa yang sudah masyhur :

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ

Ya Allah ! Ampunilah kami, kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat. Persatukanlah hati mereka. Perbaikilah hubungan di antara mereka dan menangkanlah mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka”.

اَللَّهُمَّ الْعَنْ كَفَرَةَ أَهْلَ الْكِتَابِ الَّذِيْنَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيْلِكَ وَيُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ وَيُقَاتِلُونَ أَوْلِيَائَكَ

Ya Allah! Laknatlah orang-orang kafir ahli kitab (yahudi dan nashrani) yang senantiasa menghalangi jalan-Mu, mendustakan rasul-rasul-Mu, dan memerangi wali-wali-Mu.

اَللَّهُمَّ خَالِفْ بَيْنَ كَلِمِهِمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِيْ لاَ تَرُدُّهُ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ

Ya Allah! Cerai beraikanlah persatuan dan kesatuan mereka. Goyahkanlah langkah-langkah mereka, dan turunkanlah atas mereka siksa-Mu yang tidak akan Engkau jauhkan dari kaum yang berbuat jahat”.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ وَنُثْنِيْ عَلَيْكَ وَلاَ نَكْفُرُكَ وَنَخْلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُكَ

Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Allah! Sesungguhnya hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan, meminta ampunan, dan senantiasa memuji-Mu atas kebaikan yang diberikan. Kami tidak kufur kepada-Mu, dan kami berlepas diri serta meninggalkan orang-orang yang durhaka kepada-Mu”.

اَللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ. نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ إِنَّ عَذَابَكَ بِالْكُفَّارِ مُلْحِقٌ

Ya Allah! Hanya kepada Engkau kami beribadah, hanya karena Engkau kami shalat dan sujud, hanya kepada Engkau pula kami berusaha dan berkhidmat. Kami sangat mengharap rahmat-Mu dan kami pun takut akan siksa-Mu, karena sesungguhnya siksa-Mu itu tidak akan pernah berkurang atas orang-orang kafir”.

Source: Ustadz Ahmad Sarwat. Lc/Rumah Fikih

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...