Saturday, September 8, 2018

Aku Tidak Tertarik dengan Muballigh Karbitan


Terus terang aku sama sekali tdk tertarik dg dai dan muballigh impor yg hanya pandai retorika sambil mengutip teks2 suci tapi tdk memahami perasaan, hati dan jiwa ummat dan bangsa Indonesia.

Mrk tak mengerti tradisi unggah ungguh dan tata nilai rakyat Nusantara.

Mereka  melindas kearifan dan budaya lokal secara semena2 dan jumawa atas nama kebenaran dan kesucian agama tanpa memperdulikan perasaan  masyarakat yg tradisinya dihancurkan.

Aku juga tidak  silau oleh pertunjukan agama dengan penampilan dan retorika yg penuh pesona tapi tanpa kearifan dan miskin etika.

Meski aku tahu banyak orang yg hanyut dalam buaian retorika para orator dan pembicara agama yg seperti ini, sehingga mereka menggaung nggaungkan seperti layaknya selibritis yg jadi bintang idola.

Aku lebih hormat dan tertarik pada Sunan Kudus yg menghimbau ummat Islam agar tdk memotong sapi demi menghormati ummat Hindu yg memuliakan sapi, dari pada ceramah org pandai yg menghujat dan menguliti keyakinan org lain dengan kitab sucinya yg sudah jelas2 beda isinya.

Saya yakin Sunan Kudus memahami betul isi al Qur'an dan ajaran Islam, tapi beliau tdk pernah menyalahkan dan merendahkan orang yg mempercai kesucian sapi.
Bahkan tetap menghormati dan menjaga perasaannya

Aku sangat terkesima pada cara dakwah Walisongo yang berhasil mengislamkan bangsa Nusantara tanpa merusak rumah ibadah ummat lain, menghancurkan candi dan patung apalagi mendebat kitab sucinya.

Dengan cara2 yg elegan dan simpatik mrk berhasil mengislamkan jutaan org, tidak hanya ribuan orang spt klaim pendakwah asing yg sudah dianggap hebat.

Aku juga kagum pada cara dakwah para ulama Nusantara yg lebih mengedepankan akhlak mulia dan laku hidup bijaksana daripada dengan perdebatan dan caci maki yg menusuk hati dan melukai perasaan.

Aku yakin para ulama sangat memahami kelemahan dan kesalahan kitab suci agama lain jika dilihat dari perspektif al qur'an dan ajaran Islam.

Tapi beliau tidak pamer kelebihan dan kepandaian diri krn  beliau2 yakin ilmu dan kepandaian bukan untuk dipamerkan diatas panggung pertunjukan tapi diamalkan dalam laku hidup mulia.

Kearifan dan akhlakul karimah para ulama Nusantara inilah yg membuat Islam bisa diterima oleh bangsa Nusantara dan dihormati oleh kelompok lain di negeri ini.

Karena Islam yg ramah dan penuh akhlakul karimah inilah yg bisa merajut keberagaman dan menyatukan perbedaan.

Meski terkesan kurang heroik dan tdk memiliki daya tarik karena terlalu tawadhu' dan kurang gebyar namun dg cara yg spt ini keindahan dan ketinggian Islam dpt dilihat oleh org lain shg bisa menarik simpati dan meluluhkan hati.

Mereka lebih layak menjadi panutan dalam berdakwah, lbh pantas ditimba ilmunya dan diteladani kearifannya daripada penceramah asing yg ahli berdebat.

Rasanya bangsa ini lbh penting menggali kearifan dan ilmu para ulama Nusantara dan meneladani laku hidupnya daripada mendengar debat dan orasi org2 pinter yg belum diketahui dg jelas laku hidupnya dan masih samar sanad keilmuannya

Islam yang marah2, narsis, selalu merasa terancam dan penuh kecurigaan, meski banyak  menarik perhatian bahkan bisa memamcing uphoria,  tapi cara beragama spt ini  justru   bisa membuat orang phobia pada Islam krn bisa mengancam kerukunan dan keutuhan bangsa.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...