Buya Yahya Menasehati Ulama Pendahulunya
1. Jenggot Mengurangi Kecerdasan
Setelah Ketua Umum PBNU menyatakan bahwa jenggot mengurangi kecerdasan dan semakin panjang jenggotnya semakin goblok, sontak para anti NU langsung mencaci dan menyerang dengan semangatnya. Padahal sebagai muslim jika kita ragu dengan Qaul Ulama, kita tidak boleh langsung mengingkarinya, namun harus mencari dalilnya atau minimal diam karena bukan Ulamanya yang keliru namun kita yang masih bodoh akan ilmu agama. Sebagaimana diterangkan dalam kitab Umdatussalik :
ﺇﺫﺍ ﺳﻤﻌﺖ ﻛﻠﻤﺎﺕ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺘﺼﻮﻑ ﻭﺍﻟﻜﻤﺎﻝ ﻇﺎﻫﺮﻫﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻮﺍﻓﻘﺎ ﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﺍﻟﻬﺪﻯ ﻣﻦ ﺍﻟﻀﻼﻝ ﺗﻮﻓﻖ ﻓﻴﻬﺎ ﻭﺍﺳﺄﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻌﻠﻴﻢ ﺃﻥ ﻳﻌﻠﻤﻚ ﻣﺎﻟﻢ ﺗﻌﻠﻢ ﻭﻻ ﺗﻤﻞ ﺇﻟﻰ ﺍﻹﻧﻜﺎﺭ ﺍﻟﻤﻮﺟﺐ ﻟﻠﻨﻜﺎﻝ , ﻷﻥ ﺑﻌﺾ ﻛﻠﻤﺎﺗﻬﻢ ﻣﺮﻣﻮﺯﺓ ﻻﺗﻔﻬﻢ , ﻭﻫﻲ ﻓﻰ ﺍﻟﺤﻘﻴﻘﺔ ﻣﻄﺎﺑﻘﺔ ﻟﺒﻄﻦ ﻣﻦ ﺑﻄﻮﻥ ﺍﻟﻘﺮﺃﻥ ﺍﻟﻜﺮﻳﻢ ﻭﺣﺪﻳﺚ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ . ﻓﻬﺬﺍ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﻫﻮﺍﻷﺳﻠﻢ ﺍﻟﻘﻮﻳﻢ , ﻭﺍﻟﺼﺮﺍﻁ ﺍﻟﻤﺴﺘﻘﻴﻢ . .
“Apabila engkau mendengar beberapa ucapan dari ahli Tashawuf dan ahlul kamal yang mana secara zahir tidak sesuai dengan syariat Nabi yang menyatakan petunjuk dari segala kesesatan, maka bertawaquflah (berdiamlah/jangan berkomentar) engkau padanya dan bermohonlah (berserahlah) kepada Allah Yang Maha Mengetahui agar engkau di beri akan ilmu yang belum engkau mengetahuinya. Janganlah engkau cenderung mengingkarinya yang mengakibatkan memberi kesimpulan yang buruk. Karena sebagian dari pada kalimah atau perkataan mereka itu adalah isyarat yang tidak mudah difahami. Padahal hakikat-isinya itu sesuai dengan batinnya dari pada isi al Quran al Karim, dan haditsnya Nabi yang penyayang. Maka jalan ini lebih selamat sejahtera, dan jalan yang lurus.”
Jadi diam atau mencari dalilnya, untuk itu mari kita buka kitab kuning tentang Hukum berjenggot.
2 . Hukum Memelihara dan Mencukur Jenggot
Sedikit saya kutip keterangan mengenai jenggot dari Ustadz Idrus Ramli, Nabi Muhammad SAW bersabda:
ﻋَﻦْ ﺍﺑْﻦِ ﻋُﻤَﺮَ ﻋَﻦْ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ ﺧَﺎﻟِﻔُﻮﺍ ﺍﻟْﻤُﺸْﺮِﻛِﻴﻦَ ﻭَﻓِّﺮُﻭﺍ ﺍﻟﻠِّﺤَﻰ ﻭَﺃَﺣْﻔُﻮﺍ ﺍﻟﺸَّﻮَﺍﺭِﺏَ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺍﺑْﻦُ ﻋُﻤَﺮَ ﺇِﺫَﺍ ﺣَﺞَّ ﺃَﻭْ ﺍﻋْﺘَﻤَﺮَ ﻗَﺒَﺾَ ﻋَﻠَﻰ ﻟِﺤْﻴَﺘِﻪِ ﻓَﻤَﺎ ﻓَﻀَﻞَ ﺃَﺧَﺬَﻩ ﺻﺤﻴﺢ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ، 5442 )
Dari Ibn Umar dari Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tampillah kalian berbeda dengan orang-orang musyrik, peliharalah jenggot dan cukurlah kumis”. Dan ketika Ibn Umar melaksanakan haji atau umrah, beliau memegang jenggotnya, dan ia pun memotong bagian yang melebihi genggamannya” (Shahih al-Bukhari, 5442)
Walaupun hadits ini menggunakan kata perintah, namun tidak serta merta, kata tersebut menunjukkan kewajiban memanjangkan jenggot serta kewajiban mencukur kumis. Kalangan Syafi’iyyah mengatakan bahwa perintah itu menunjukkan sunnah. Perintah itu tidak menunjukkan sesuatu yang pasti atau tegas (dengan bukti Ibnu Umar sebagai sahabat yang mendengar langsung sabda Nabi Muhammad Saw tersebut masih memotong jenggot yang melebihi genggamannya). Sementara perintah yang wajib itu hanya berlaku manakala perintahnya tegas.
Syaikhul Islam Zakariya al-Anshari menyatakan mencukur jenggot adalah makruh khususnya jenggot yang tumbuh pertama kali. Karena jenggot itu dapat menambah ketampanan dan membuat wajah menjadi rupawan. (Asnal Mathalib, juz I hal 551)
Dari alasan ini sangat jelas bahwa alasan dari perintah Nabi Muhammad SAW itu tidak murni urusan agama, tetapi juga terkait dengan kebiasaan atau adat istiadat. Dan semua tahu bahwa jika suatu perintah memiliki keterkaitan dengan adat, maka itu tidak bisa diartikan dengan wajib. Hukum yang muncul dari perintah itu adalah sunnah atau bahkan mubah.
Jika dibaca secara utuh, terlihat jelas bahwa hadits tersebut berbicara dalam konteks perintah untuk tampil berbeda dengan orang-orang musyrik. Imam al-Ramli menyatakan, “Perintah itu bukan karena jenggotnya. Guru kami mengatakan bahwa mencukur jenggot itu menyerupai orang kafir dan Rasululullah SAW sangat mencela hal itu, bahkan Rasul SAW mencelanya sama seperti mencela orang kafir” (Hasyiyah Asnal Mathalib, juz IV hal 162)
Atas dasar pertimbangan ini, maka ulama Syafi’iyyah berpendapat bahwa memelihara jenggot dan mencukur kumis adalah sunnah, tidak wajib. Oleh karena itu tidak ada dosa bagi orang yang mencukur jenggotnya. Apalagi bagi seorang yang malah hilang ketampanan dan kebersihan serta kewibawaannya ketika ada jenggot di wajahnya. Misalnya apabila seseorang memiliki bentuk wajah yang tidak sesuai jika ditumbuhi jenggot, atau jenggot yang tumbuh hanya sedikit.
Adapun pendapat yang mengarahkan perintah itu pada suatu kewajiban adalah tidak memiliki dasar yang kuat. Al-Halimi dalam kitab Manahij menyatakan bahwa pendapat yang mewajibkan memanjangkan jenggot dan haram mencukurnya adalah pendapat yang lemah. (Hasyiyah Asnal Mathalib, juz V hal 551). Imam Ibn Qasim al-abbadi menyatakan bahwa pendapat yang menyatakan keharaman mencukur jenggot menyalahi pendapat yang dipegangi (mu’tamad). (Hasyiah Tuhfatul Muhtaj Syarh al-Minhaj, juz IX hal 375-376)
Batas Sunnah Memelihara Jenggot, Dalam riwayat Bukhari terdapat redaksi kelanjutan hadis diatas:
ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺍﺑْﻦُ ﻋُﻤَﺮَ ﺇِﺫَﺍ ﺣَﺞَّ ﺃَﻭِ ﺍﻋْﺘَﻤَﺮَ ﻗَﺒَﺾَ ﻋَﻠَﻰ ﻟِﺤْﻴَﺘِﻪِ ، ﻓَﻤَﺎ ﻓَﻀَﻞَ ﺃَﺧَﺬَﻩُ ( ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﺭﻗﻢ 5892 )
“Ibnu Umar ketika haji atau umrah memegang jenggotnya, maka apa yang melebihi (genggamannya) ia memotongnya” (HR Bukhari No 5892)
al-Hafidz Ibnu Hajar menyampaikan riwayat yang lain:
ﻭَﻗَﺪْ ﺃَﺧْﺮَﺟَﻪُ ﻣَﺎﻟِﻚ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤُﻮَﻃَّﺄ " ﻋَﻦْ ﻧَﺎﻓِﻊ ﺑِﻠَﻔْﻆِ ﻛَﺎﻥَ ﺍِﺑْﻦ ﻋُﻤَﺮ ﺇِﺫَﺍ ﺣَﻠَﻖَ ﺭَﺃْﺳﻪ ﻓِﻲ ﺣَﺞّ ﺃَﻭْ ﻋَﻤْﺮَﺓ ﺃَﺧَﺬَ ﻣِﻦْ ﻟِﺤْﻴَﺘﻪ ﻭَﺷَﺎﺭِﺑﻪ " ( ﻓﺘﺢ ﺍﻟﺒﺎﺭﻱ ﻻﺑﻦ ﺣﺠﺮ - ﺝ 16 / ﺹ 483 )
“Dan telah diriwayatkan oleh Malik dalam al-Muwatha’ dari Nafi’ dengan redaksi: Ibnu Umar jika mencukur rambutnya saat haji atau umrah, ia juga memotong jenggot dan kumisnya” (Fath al-Baarii 16/483)
Qadliy Iyadl menyatakan: “Hukum mencukur, memotong, dan membakar jenggot adalah makruh. Sedangkan memangkas kelebihan, dan merapikannya adalah perbuatan yang baik. Dan membiarkannya panjang selama satu bulan adalah makruh, seperti makruhnya memotong dan mengguntingnya.[/i]” (Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, juz 3, hal. 151).
Menurut Imam An-Nawawi, para ‘ulama berbeda pendapat, apakah satu bulan itu merupakan batasan atau tidak untuk memangkas jenggot (lihat juga penuturan Imam Ath-Thabari dalam masalah ini; al-Hafidz Ibnu Hajar, Fath al-Bârî, juz 10, hal. 350-351).
Sebagian ‘ulama tidak memberikan batasan apapun. Namun mereka tidak membiarkannya terus memanjang selama satu bulan, dan segera memotongnya bila telah mencapai satu bulan.
Imam Malik memakruhkan jenggot yang dibiarkan panjang sekali. Sebagian ‘ulama yang lain berpendapat bahwa panjang jenggot yang boleh dipelihara adalah segenggaman tangan. Bila ada kelebihannya (lebih dari segenggaman tangan) mesti dipotong. Sebagian lagi memakruhkan memangkas jenggot, kecuali saat haji dan umrah saja (lihat Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, hadits no. 383; dan lihat juga Al-Hafidz Ibnu Hajar, Fath al-Bârî, hadits. No. 5442).
Menurut Imam Ath-Thabari, para ‘ulama juga berbeda pendapat dalam menentukan panjang jenggot yang harus dipotong. Sebagian ‘ulama tidak menetapkan panjang tertentu, akan tetapi dipotong sepantasnya dan secukupnya. Imam Hasan Al-Bashri biasa memangkas dan mencukur jenggot, hingga panjangnya pantas dan tidak merendahkan dirinya.
3. Buya Yahya: Orang Paling Pintar Dunia Akhirat Itu Berjenggot
Ulama Cirebon, Buya Yahya menyayangkan ungkapan yang melecehkan sunnah Rasulullah berupa berjenggot. Menurutnya hal itu adalah tindakan aneh yang tidak perlu dikatakan seorang
muslim yang beriman.
“Sampai dikatakan kebanyakan orang pintar itu tidak berjenggot. Orang paling pintar dunia akhirat nabi Muhammad itu berjenggot,” tuturnya dalam siaran Youtube Al Bahjah TV, Ahad (13/9/2015).
Menurutnya, saat ini banyak yang mencampuradukkan agar umat Islam jauh dari Nabi Muhammad. “Bahkan orang yang menyeru hak asasi manusia, harus menyamakan kulit hitam dengan kulit putih. Tapi giliran orang Arab dengan bukan orang Arab, orang Arab direndahkan,” kata pengasuh Pondok Pesantren Al Bahjah Cirebon ini.
Nabi Muhammad adalah Arab, jelasnya. Pendidikan yang diajarkan oleh Rasulullah jika melihat orang kafir yang kita benci adalah kekafirannya, bukan manusianya.
“Berbicara tentang kearaban dan menyinggung sunnah Rasulullah yang arabi sudah masuk masalah etnis. Saat ini banyak pemikiran yang bagaimana umat ini jauh dari Nabi Muhammad dengan cara dijauhkan dari Arab,”
Buya berpesan agar hatihati dengan perkataan yang melecehkan Arab. “Kalau sudah kita benci arab kita benci Nabi Muhammad karena Nabi Muhammad adalah Arab. Kalau sudah benci Nabi Muhammad maka masuk dalam kekafiran,” pungkas Buya Yahya.
4. Jenggot dan Kecerdasan
Dalam kitab Akhbar Al-hamqa wal Mughaffilin Libnil Jauzy disebutkan:
ﻗﺎﻝ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﺑﻦ ﻣﺮﻭﺍﻥ : ﻣﻦ ﻃﺎﻟﺖ ﻟﺤﻴﺘﻪ ﻓﻬﻮ ﻛﻮﺳﺞٌ ﻓﻲ ﻋﻘﻠﻪ . ﻭﻗﺎﻝ ﻏﻴﺮﻩ : ﻣﻦ ﻗﺼﺮﺕ ﻗﺎﻣﺘﻪ، ﻭﺻﻐﺮﺕ ﻫﺎﻣﺘﻪ، ﻭﻃﺎﻟﺖ ﻟﺤﻴﺘﻪ، ﻓﺤﻘﻴﻘﺎً ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺃﻥ ﻳﻌﺰﻭﻩ ﻓﻲ ﻋﻘﻠﻪ . ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﻔﺮﺍﺳﺔ : ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻃﻮﻳﻞ ﺍﻟﻘﺎﻣﺔ ﻭﺍﻟﻠﺤﻴﺔ ﻓﺎﺣﻜﻢ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﺎﻟﺤﻤﻖ،
...... ﺍﻟﻰ ﺍﻥ ﻗﺎﻝ ......
ﻭﻗﺎﻝ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺤﻜﻤﺎﺀ : ﻣﻮﺿﻊ ﺍﻟﻌﻘﻞ ﺍﻟﺪﻣﺎﻍ، ﻭﻃﺮﻳﻖ ﺍﻟﺮﻭﺡ ﺍﻷﻧﻒ، ﻭﻣﻮﺿﻊ ﺍﻟﺮﻋﻮﻧﺔ ﻃﻮﻳﻞ ﺍﻟﻠﺤﻴﺔ . ﻭﻋﻦ ﺳﻌﺪ ﺑﻦ ﻣﻨﺼﻮﺭ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ : ﻗﻠﺖ ﻻﺑﻦ ﺇﺩﺭﻳﺲ : ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺳﻼﻡ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺣﻔﺼﺔ؟ ﻗﺎﻝ : ﻧﻌﻢ، ﺭﺃﻳﺘﻪ ﻃﻮﻳﻞ ﺍﻟﻠﺤﻴﺔ ﻭﻛﺎﻥ ﺃﺣﻤﻖ .
...... ﺍﻟﻰ ﺍﻥ ﻗﺎﻝ ......
. ﻗﺎﻝ ﺯﻳﺎﺩ ﺍﺑﻦ ﺃﺑﻴﻪ : ﻣﺎ ﺯﺍﺩﺕ ﻟﺤﻴﺔ ﺭﺟﻞ ﻋﻠﻰ ﻗﺒﻀﺘﻪ، ﺇﻻ ﻛﺎﻥ ﻣﺎ ﺯﺍﺩ ﻓﻴﻬﺎ ﻧﻘﺼﺎً ﻣﻦ ﻋﻘﻠﻪ .
Abdul Malik bin marwan berkata: Barang Siapa panjang jenggotnya maka ia sedikit akalnya, Ulama lain berkata: Barang siapa yang pendek perawakannya, kecil kepalanya dan panjang jenggotnya Maka jelas bagi muslimin untuk menisbatkan pada akalnya. Ashabul firosah berkata: ketika seseorang tinggi perawakan dan panjang jenggotnya maka bisa dipastikan ia orang yang bodoh.
Sebagian Ahli Hikmah mengatakan: Tempatnya akal itu pada otak, jalan jiwa itu melalui hidung dan tempat kebodohan itu pada panjangnya jenggot. Dan dari sa'd bin Manshur mengatakan: aku berkata kepada ibn idris: Apakah kamu tahu sulam bin abi hafshah? dia menjawab: iya, aku melihat panjang jenggotnya dan dia bodoh.
Ziad berkata: Tidaklah tambah lelaki yang jenggotnya melebihi genggammannya, kecuali hanya tambah kurang akalnya(kecerdasannya)
ﻗﺎﻝ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺸﻌﺮﺍﺀ : ﻣﺘﻘﺎﺭﺏ :
ﺇﺫﺍ ﻋﺮﺿﺖ ﻟﻠﻔﺘﻰ ﻟـﺤـﻴﺔٌ
ﻭﻃﺎﻟﺖ ﻓﺼﺎﺭﺕ ﺇﻟﻰ ﺳﺮﺗﻪ
ﻓﻨﻘﺼﺎﻥ ﻋﻘﻞ ﺍﻟﻔﺘﻰ ﻋﻨﺪﻧـﺎ
ﺑﻤﻘﺪﺍﺭ ﻣﺎ ﺯﺍﺩ ﻓﻲ ﻟﺤﻴﺘـﻪ
Sebagian penyair berkata dengan Bahar Mutaqarib: Ketika pemuda mempunyai jenggot lebar dan panjang sampai pusarnya, maka kalnya(kecerdasannya) berkurang seukuran panjang jenggotnya(semakin panjang semakin kurang).
Kesimpulan : Hukum mencukur jenggot terdapat khilaf, palagi kalau kita bawa ke ranah lintas madzhab sangat banyak sekali khilafnya, sedangkan untuk panjang jenggot itu sampai berapa? sebagian mengatakan seukuran genggaman tangannya, bahkan jika melebihi genggaman tidak akan nampak kealimannya justru kebodohannya dan semakin panjang akan semakin nampak kebodohannya.
Yang terpenting dari penjelasan ini adalah sebagai Muslim sudah seharusnya ta'dzim dengan Ulama yang pendapatnya belum kita ketahui dalilnya, karena bukan mereka yang keliru namun kita yang masih minim pengetahuan agama. Wallahu a'lam.
Sumber Artikel 1 dan 2, 4 : http://www.ngaji.web.id/2015/09/memang-benar-jenggot-mengurangi.html
Sumber Artikel 3 : http://www.kabarmakkah.com/2015/09/buya-yahya-orang-paling-pintar-dunia.html
No comments:
Post a Comment