Sunday, September 23, 2018

Kriteria Guru Idola


Di sekolah guru merupakan orang tua kedua bagi saya, tanpa ada guru saya tidak bisa belajar membaca, menulis, dan berhitung. Sebagaimana agama yang saya anut dan yakini, tugas utama mendidik anak adalah orang tua dikarenakan orang tua yang sibuk dalam rutinitas sehari-harinya, sehingga tugas mendidik sebagian dilimpahkan kepada sekolah, dalam hal ini adalah guru.

Ada pameo "guru kencing berdiri, murid kencing berlari"
memberikan isyarat bahwa  tindak-tanduk, tutur kata, dan perilaku guru menjadi cerminan bagi murid-muridnya. Untuk itu, seorang guru dituntut bisa memberikan keteladanan yang baik kepada anak didiknya. Tugas inilah yang sebenarnya menjadi tugas berat seorang guru daripada hanya sekedar mengajar di depan kelas.

Ketika saya memberikan tugas menulis kepada anak didik tentang guru idola, beberapa anak didik saya ada yang mengatakan bahwa  guru idola adalah seorang guru yang mampu man delivery mata pelajaran dengan baik kepada anak didiknya. Ada pula yang mengatakan seorang guru idola bagi anak didik adalah ketika guru menjadi mampu orang tua kedua bagi anak didiknya, dan ada pula yang mengatakan seorang guru idola apabila guru tersebut memiliki performance yang baik, penampilan yang baik, dan berwajah cantik ataupun tampan.

Terminologi guru idola yang disampaikan oleh beberapa anak didik saya ada benarnya dan ada beberapa pendapat yang disampaikan oleh anak didik yang saya kurang sepakat. Pemberian terminologi ini bukan masalah sepakat atau tidak sepakat atas pendapat yang disampaikan oleh anak didik, tetapi saya mencoba untuk memberikan diskursus yang panjang kepada anak didik saya tentang makna seorang guru idola. Meskipun demikian, siapapun guru tersebut ingin menjadi guru idola bagi anak didiknya, tidak ada satupun guru yang ingin dicap sebagai guru yang yang "jahat" dan dibenci oleh anak didik.

Bagi saya untuk menjadi seorang guru idola bukan berapa banyak karya tulis dan buku yang dihasilkan dan diterbitkan, bukan berapa banyak kejuaraan dan perlombaan yang dimenangkan sampai-sampai panitia penyelenggara tidak memperbolehkan untuk mengikuti kejuaraan serupa 3 tahun lamanya, seorang guru idola adalah sejauh mana guru tersebut mampu memberikan inspirasi bagi anak didiknya. Seorang guru yang mendedikasikan dirinya bagi lembaga pendidikan tempatnya mengajar dan menjadikan anak didiknya sebagai subjek dan bukan objek pembelajaran.

Seringkali saya mengajar di depan kelas maupun di luar kelas kepada anak didik, saya sampaikan beberapa kemampuan multi talent yang saya miliki dengan harapan bahwa anak didik saya di masa mendatang dapat terinspirasi dari cerita-cerita maupun pengalaman langsung yang saya miliki. Disamping itu juga secara tidak langsung saya mendorong kepada anak didik saya untuk menjadi seseorang yang ahli atau mampu menjadi seorang spesialis yang genaralis.

Disamping spesialisasi yang harus saya miliki sebagai seorang guru, saya juga dituntut untuk menjadi seorang yang generalis. Menjadi guru bukan berarti "mligi" memposisikan diri saya sebagai seorang guru ataupun sebagai orang tua bagi anak didik di sekolah saja, tetapi saya juga termotivasi untuk menjadi guru bagi masyarakat, sehingga pada suatu ketika saya juga harus mampu bagaimana berorasi, bagaimana memberikan ceramah, dan bagaimana mengedukasi masyarakat di sekitar tempat tinggal saya. Misalnya dengan memberikan kajian ataupun pengajian-pengajian tentang social, budaya, dan keagamaan.

Bila kelak anak didik saya menjadi seorang dokter maka jadilah dokter yang spesialis, bila menjadi seorang insinyur jadilah insinyur yang spesialis, bila menjadi seorang engineer jadilah engineer yang spesialis. Hal terpenting yang selalu saya tekankan kepada anak didik bila menjadi seorang spesialis adalah janganlah berparadigma dengan kacamata kuda, bukan menganggap spesialisasi ilmunya yang paling benar, dan bukan menganggap spesialisasi ilmunya yang paling hebat, tetapi seorang spesialis yang berpandangan generalis.

Di samping memberikan cerita langsung kemampuan multitalent yang saya miliki, saya juga mengajarkan kepada anak didik supaya memiliki jiwa entrepreneur. Saya sampaikan kepada mereka bahwa banyak sarjana, master, dan bahkan doktor yang bekerja diluar spesialisasinya. Butuh kemampuan dan kecerdasan khusus untuk mampu menaklukkan dunia, dengan ilmu saja di bangku sekolah tidaklah cukup, maka dibutuhkan skill dan kecerdasan khusus diluar kemampuan ilmu yang dimiliki di bangku sekolah, yakni kemampuan enterpreneur. Agar menjadi enterpreneur yang handal di masa mendatang, anak didik saya ajari bagaimana mempunyai jiwa bisnis dan kewirausahaan berdasarkan pengalaman-pengalaman dalam bisnis yang saya miliki.

Internalisasi cerita dari guru berdasarkan pengalaman langsung yang dimiliki oleh gurunya tentunya akan memberikan motivasi bagi anak didik untuk memberikan mindset tentang seorang guru idola  bagi mereka. Lambat laun anak didik akan mengerti bahwa seorang guru idola bukanlah seorang guru yang hanya mampu menyampaikan materi pembelajaran di depan kelas, siapapun guru tersebut sejak awal masuk di fakultas pendidikan sudah diajari bagaimana menyampaikan materi pembelajaran yang baik di depan kelas, bagaimana menggunakan strategi maupun metode pembelajaran yang menarik bagi anak didiknya. Meskipun saat ini mayoritas anak didik memiliki mindset bahwa guru idola adalah guru yang cara mengajarnya mudah dipahami bagi anak.

Bagi saya yang terpenting adalah bagaimana saya sebagai seorang guru bisa memberikan inspirasi bagi anak didik melalui pembelajaran maupun pengalaman saya secara langsung, atas dasar pengalaman dan pembelajaran langsung tersebut anak-anak dapat mengambil Ibrah maupun pelajaran berharga dari gurunya, sehingga pada gilurannya sejak dini anak didik saya akan mengatakan dalam dirinya bahwa saya ingin menjadi guru seperti "Guru Idolaku".

SISMANTO
~Kyai Kampung~

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...