Saturday, September 8, 2018

Makna Istiwa menurut Imam Syafi'i


Ketika imam Syafi'i ditanya tentang makna ISTIWA dalam al-Quran beliau menjawab :

" ﺀﺍﻣﻨﺖ ﺑﻼ ﺗﺸﺒﻴﻪ ﻭﺻﺪﻗﺖ ﺑﻼ ﺗﻤﺜﻴﻞ ﻭﺍﺗﻬﻤﺖ ﻧﻔﺴﻲ ﻓﻲ ﺍﻹﺩﺭﺍﻙ ﻭﺃﻣﺴﻜﺖ ﻋﻦ ﺍﻟﺨﻮﺽ ﻓﻴﻪ ﻛﻞ ﺍﻹﻣﺴﺎﻙ "
ﺫﻛﺮﻩ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ ﺍﻟﺮﻓﺎﻋﻲ ﻓﻲ ‏( ﺍﻟﺒﺮﻫﺎﻥ ﺍﻟﻤﺆﻳﺪ ‏) ‏( ﺹ 24 ‏) ﻭﺍﻹﻣﺎﻡ ﺗﻘﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﺤﺼﻨﻲ ﻓﻲ ‏( ﺩﻓﻊ ﺷﺒﻪ ﻣﻦ ﺷﺒﻪ ﻭﺗﻤﺮﺩ ‏) ‏( ﺹ 18 ‏) ﻭﻏﻴﺮﻫﻤﺎ ﻛﺜﻴﺮ .

" Aku mengimani istiwa Allah tanpa memberi perumpamaan dan aku membenarkannya tanpa memberi permisalan, dan aku mengkhawatirkan nafsuku di dalam memahaminya dan aku mencegah diriku dari memperdalam persoalan ini dengan sebenar-benarnya pencegahan " Ini telah disebutkan oleh imam Ahmad Ar-Rifa'i di dalam kitab " Al-Burhan Al-Muayyad " (Bukti yang kuat) halaman ; 24. Juga telah disebutkan oleh imam Taqiyyuddin Al-Hishni di dalam kitab Daf'u syibhi man syabbaha wa tamarroda halaman : 18.

Di dalam kitab ini juga pada halaman ke 56 disebutkan bahwa imam Syafi'I berkata :

ﺀﺍﻣﻨﺖ ﺑﻤﺎ ﺟﺎﺀ ﻋﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻣﺮﺍﺩ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺑﻤﺎ ﺟﺎﺀ ﻋﻦ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻣﺮﺍﺩ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ

" Aku beriman dengan apa yang dating dari Allah Swt atas menurut maksud Allah Swt, dan beriman dengan apa yang datang dari Rasulullah Saw menurut maksud Rasulullah Saw ".

Syaikh Salamah Al-Azaami dan selainnya mengomentari ucapan imam syafi'I tsb :

ﻭﻣﻌﻨﺎﻩ ﻻ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻗﺪ ﺗﺬﻫﺐ ﺇﻟﻴﻪ ﺍﻷﻭﻫﺎﻡ ﻭﺍﻟﻈﻨﻮﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻌﺎﻧﻲ ﺍﻟﺤﺴﻴﺔ ﻭﺍﻟﺠﺴﻤﻴﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﻻ ﺗﺠﻮﺯ ﻓﻲ ﺣﻖ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ .

" Maknanya adalah bukan seperti yang terlitas oleh pikiran dan persangkaan dari makna fisik dan jisim yang tidak boleh bagi haq Allah Swt " Dan masih banyak lagi yang lainnya.

2. Ketika imam Syafi'i ditanya tentang sifat Allah Swt, beliau menjawab :

ﺣﺮﺍﻡ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﻘﻮﻝ ﺃﻥ ﺗﻤﺜﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻷﻭﻫﺎﻡ ﺃﻥ ﺗﺤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﻈﻨﻮﻥ ﺃﻥ ﺗﻘﻄﻊ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﻔﻮﺱ ﺃﻥ ﺗﻔﻜﺮ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﻀﻤﺎﺋﺮ ﺃﻥ ﺗﻌﻤﻖ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﺨﻮﺍﻃﺮ ﺃﻥ ﺗﺤﻴﻂ ﺇﻻ ﻣﺎ ﻭﺻﻒ ﺑﻪ ﻧﻔﺴﻪ – ﺃﻱ ﺍﻟﻠﻪ – ﻋﻠﻰ ﻟﺴﺎﻥ ﻧﺒﻴﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
ﺫﻛﺮﻩ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﺑﻦ ﺟﻬﺒﻞ ﻓﻲ ﺭﺳﺎﻟﺘﻪ ﺍﻧﻈﺮ ﻃﺒﻘﺎﺕ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﺍﻟﻜﺒﺮﻯ ﺝ 9/40 ﻓﻲ ﻧﻔﻲ ﺍﻟﺠﻬﺔ ﻋﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺘﻲ ﺭﺩ ﻓﻴﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ .

" Haram bagi akal untuk menyerupakan Allah Swt, haram bagi pemikiran untuk membatasi Allah Swt, haram bagi persangkaan untuk memutusi Allah Swt, haram bagi jiwa untuk bertafakkur, haram bagi hati untuk memperdalam sifat Allah, haram bagi lintasan hati untuk membatasi Allah, kecuali apa yang telah Allah sifati sendiri atas lisan nabi-Nya Muhammad Saw ".
(Telah disebutkan oleh syaikh Ibnu Jahbal di dalam Risalahnya, lihatlah Thobaqot Asy-Syafi'iyyah Al-Kubra juz : 9 halaman : 40 tentang menafikan arah dari Allah Swt sebagai bantahan atas Ibnu Taimiyyah)

3. Di dalam kitab Ittihaafus saadatil muttaqin juz : 2 halaman ; 24, imam Syafi'I berkata :

ﺇﻧﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻛﺎﻥ ﻭﻻ ﻣﻜﺎﻥ ﻓﺨﻠﻖ ﺍﻟﻤﻜﺎﻥ ﻭﻫﻮ ﻋﻠﻰ ﺻﻔﺔ ﺍﻷﺯﻟﻴﺔ ﻛﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻗﺒﻞ ﺧﻠﻘﻪ ﺍﻟﻤﻜﺎﻥَ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺘﻐﻴﻴﺮُ ﻓﻲ ﺫﺍﺗﻪ ﻭﻻ ﺍﻟﺘﺒﺪﻳﻞ ﻓﻲ ﺻﻔﺎﺗﻪ "

" Sesungguhnya Allah Ta'ala ada dan tanpa tempat, lalu Allah menciptakan tempat sedangkan Allah masih atas sifat azaliyah-Nya sebagaimana wujud-Nya sebelum menciptakan tempat. Mustahil bagi Allah perubahan di dalam Dzat-Nya dan juga pergantian di dalam sifat-sifat-Nya ".

4. Di dalam kitab Syarh Al-Fiqhu Al-Akbar halaman : 52, imam Syafi'I berkata yang merupakan keseluruhan pendapat beliau tentang Tauhid :

ﻣﻦ ﺍﻧﺘﻬﺾ ﻟﻤﻌﺮﻓﺔ ﻣﺪﺑﺮﻩ ﻓﺎﻧﺘﻬﻰ ﺇﻟﻰ ﻣﻮﺟﻮﺩ ﻳﻨﺘﻬﻲ ﺇﻟﻴﻪ ﻓﻜﺮﻩ ﻓﻬﻮ ﻣﺸﺒﻪ ﻭﺇﻥ ﺍﻃﻤﺄﻥ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻌﺪﻡ ﺍﻟﺼﺮﻑ ﻓﻬﻮ ﻣﻌﻄﻞ ﻭﺇﻥ ﺍﻃﻤﺄﻥ ﻟﻤﻮﺟﻮﺩ ﻭﺍﻋﺘﺮﻑ ﺑﺎﻟﻌﺠﺰ ﻋﻦ ﺇﺩﺭﺍﻛﻪ ﻓﻬﻮ ﻣﻮﺣﺪ

" Barangsiapa yang bergerak untuk mengetahui Allah Sang Maha Pengatur-Nya hingga pikirannya sampai pada hal yang wujud, maka ia adalah musyabbih (orang yang menyerupakan Allah dgn makhluq). Dan jika ia merasa tenang dengan suatu hal yang tiada, maka ia adalah mu'aththil (meniadakan sifat Allah Swt). Dan jika ia merasa tenang pada kewujudan Allah Swt dan mengakui ketidakmampuan untuk memahaminya, maka ia adalah muwahhid (orang yang mengesakan Allah Swt) "
Sungguh imam Syafi'I begitu jeli dan luas pemahamannya akan hal ini, beliau sungguh telah mengambil dari ayat-ayat Allah Swt dalam Al-Quran :

- { ﻟَﻴْﺲَ ﻛَﻤِﺜْﻠِﻪِ ﺷَﻰﺀٌ { ‏[ ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻟﺸﻮﺭﻯ ]

" Tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai Allah "

- ﻓَﻼَ ﺗَﻀْﺮِﺑُﻮﺍْ ﻟِﻠّﻪِ ﺍﻷَﻣْﺜَﺎﻝَ { ‏[ ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻟﻨﺤﻞ ]

" Janganlah kalian membuat perumpamaan-per
umpamaan bagi Allah Swt "

- :{ ﻫَﻞْ ﺗَﻌْﻠَﻢُ ﻟَﻪُ ﺳَﻤِﻴًّﺎ { ‏[ ﺳﻮﺭﺓ ﻣﺮﻳﻢ ]

" Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia ? "

Semua ini membuktikan bahwa imam Syafi'I Ra mensucikan Allah Swt dan sifat-sifat-Nya dari apa yang terlintas dalam pikiran berupa makna-makna jisim / fisik seperti duduk, dibatasi dengan arah, tempat, gerakan dan diam serta yang semisalnya dan inilah aqidah Ahlus sunnah wal jama'ah..

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...