Friday, September 7, 2018

Menjawab Teka-Teki Hastag Ganti Presiden


Oleh : Gus Abdulloh Faizin

Ada strategi dekontruksi ampuh untuk / bagi mereka menembus sistem pergantian pemerintah dengan mempublikasikan propagada medsos dengan ribuan bahkan jutaan akun fiktif yakni mengobarkan hastag 2019 ganti presiden.

Jika ada keinginan memilih dan mengangngkat prabowo menjadi presiden menggantikan presiden adalah hal yang wajar dan kita amini. Namun ini bukan persoalan pilih memilih tapi mereka yang gembor gembor ganti presiden adalah eksodan penumpang harokah gelap yang mengikuti gerbang prabowo dalam kontestansi politik.

Jadi, pendukung prabowo juga harus memaknai isyarat ini, karena isyarat ini telah terlihat melalui gelagat perselingkuhan ini khususnya partai yang dikendarai Mardani Ali Sera yang tidak pernah jelas menyuarakan siapa yang diganti ya'ni Jokowi atau siapa yang menjadi pengganti ya'ni Prabowo, yang jelas punya agenda tersendiri dari ketidak jelasanya, dan tidak akan membela Prabowo titik.

Pendukung Prabowo tidak boleh terlena dengan keseksian penumpang gelap dan hastagnya, karena keberhasilan Prabowo akan akan dijadikan alat ceruk legetimasi publik menumbuhkan kembali gerakan sempalan radikal mereka untuk menumbangkan pancasila. Mari kita uraikan serat-serat benang hitam hastag konsep makna dan motivasinya agar tidak terpedaya.

Mari lihat lebih dalam tataran semantik mengapa harus istilah "Ganti Presiden" karena secara pragmatis, bermakna lebih dari pada ganti Jokowi itu sendiri lebih jauh berupaya menggantikan sistem pemerintah presidentil menjadi sistem lain, anggap saja sistem khilaf*h yang mereka gemborkan dan ini fatal.

berfikir jernih harusnya, istilah yang benar adalah " Ganti Jokowi" bukan ganti Presiden, sehingga yang diganti bukan sistem pemerintahanya tapi orangnya sehingga dan sistemnya bertahan berarti ada agenda terselubung yang harus diwasapadai.

Apa motifasi pergantian? Yang jelas lagi lagi khilafah yang telah digebuk dan dibubarkan menjadi puing puing reruntuhan itu akan dibangun kembali dengan jargon hastag yang ditebarkan kesegala penjuru dengan agitasi dan provokasi.

Apa buktinya bahwa mereka telah melemparkan agitasi dan provokasi ke ranah publik dengan isu sara, bahkan menghembuskan aroma kebencian antar sesama dengan dasar ayat suci dan menggemakanya sebagai amunis menghantam lawannya dengan ayat 212 dan yang viral terakhir yakni menjustmen iblis kepada yang bermasalah dengan persoalan suara adzan, alhasil mereka menjual ayat ayat suci untuk tendensi kerakusan politik.

*Bukti kongrit agitasi dan provokasi*
Selanjutnya adalah pernyataan Mak Neno dengan tendensius memaknai kondisi ketenangan indonesia ini diibarkan perang ini tidak masuk akal dan dibuat buat entah dengan logika apa ia menyatakan kegalauan itu.

Yang jelas dari narasi hastag itu kita yang mencintai negeri ini harus antisipasi gerakan yang mengatasnamakan Tuhan, Agama dan Ummat Islam dengan keringnya embun Rahmah dan Tasamuh.

Agar tidak menjadi Syuriah, Lebanon dan Yaman 2 dalam keporak porandaanya setelah peperangan berkecamuk akibat fitnah dan kebencian dimana-mana dan wajar ditolak dimana-mana karena rakyat sudah cerdas.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...