Friday, September 7, 2018

Samakah antara Wahbiyah dengan Wahhabiyah?


Penamaan fiqrah Wahabi dinisbatkan kepada nama ayahnya Muhammad bin Abdul Wahhab. Namun banyak orang yg belum faham / tertipu mengikuti paham Wahabisme yakni ajaran (pemahaman) ulama Najd dari bani Tamim, Muhammad bin Abdul Wahhab penerus kebid’ahan Ibnu Taimiyyah sebelum bertaubat karena termakan syubhat atau propaganda bahwa Wahabi sesungguhnya adalah ajaran (pemahaman) Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum (208 H/823M) era Imam Malik (padahal beda) yg mana Rustum sendiri mendapat teguran keras dengan pemahaman nya yg meyimpang. Padahal ajaran (pemahaman) Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum disebut dengan WAHBIYYAH RUSTUMIYYAH yg merupakan ajaran (pemahaman) Abdullah bin Wahbi Ar Rasibi (38 H) tokoh murjiah zaman tabi'in.

Ini adalah bukti ilmiah bukan caci maki pada golongan tertentu.
Banyak beredar kerancuan terkait penisbatan istilah Wahabi kepada Muhammad bin Abdul Wahhab. Mereka (Wahhabi) menyatakan bahwa Wahhabiyyah didirikan oleh oleh Abdul Wahhab bin Rustum, bukan Muhammad bin Abdul Wahhab ??.

Siapakah sebenarnya Abdul Wahhab bin Rustum? benarkah ia pendiri Wahhabiyyah?. Dalam tulisan ini, hendak menegaskan kembali bahwa Abdul Wahhab bin Rustum bukan pendiri Wahhabiyyah tapi pengikut Wahbiyyah!.

Dalam kitab Tarikh Ibnu Khaldun (1332-1406 sosiolog Islam) dijelaskan sebagai berikut :

وكان يزيد قد أذل الخوارج ومهد البلاد فكانت ساكنة أيام روح , ورغب في موادعة عبد الوهاب بن رستم وكان من الوهبية فوادعه

Dari petikan kalimat diatas, bahwa Abdul Wahhab bin Rustum bukan pendiri Wahhabiyyah bahkan bukan pula pendiri Wahbiyyah, melainkan termasuk pengikut Wahbiyyah (wa kana minal wahbiyyah).
Lantas siapakah pendiri Wahbiyyah yg diikuti oleh Abdul Wahhab bin Rustum?. Pendiri Wahbiyyah bernama Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi (sedikit dijelaskan diawal tulisan). Sedangkan pendiri Wahhabiyyah atau Wahhabi adalah Muhammad bin Abdul Wahhab.

Pembaca sejarah yg jeli akan mengetahui perbedaan kedua istilah tersebut.
Sebetulnya ajaran yg disebarkan oleh Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum itu bukan Wahhabiyyah ( الوهابيه ) tapi Wahbiyyah ( الوهبية ), lalu kenapa juga ajaran nya disebut Wahbiyyah ? apakah Wahbiyyah itu nisbah kepada Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum ?

Ternyata juga bukan karena ajaran Wahbiyyah tersebut adalah nisbah kepada Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi (38 H).
Berikut adalah bukti pengakuan dari tokoh Wahabi yakni Ibnu Baz dalam kitab Fatawa Nur ‘ala al-darb
يقول السائل: فضيلة الشيخ, يسمي بعض الناس عندنا العلماء في المملكة العربية السعودية بالوهابية فهل ترضون بهذه التسمية ؟ وما هو الرد على من يسميكم بهذا الاسم ؟
"Seseorang bertanya kepada Syaikh : Sebagian manusia menamakan Ulama² di Arab Saudi dengan nama Wahabi (Wahabiyyah), adakah antum ridho dengan nama tersebut ? dan apa jawaban untuk mereka yg menamakan antum dengan nama tersebut ?”

Ibnu Baz menjawab :
هذا لقب مشهور لعلماء التوحيد علماء نجد ينسبونهم إلى الشيخ الإمام محمد بن عبد الوهاب رحمة الله عليه
" Penamaan tersebut masyhur untuk Ulama Tauhid yakni Ulama Nejd, mereka menisbahkan para Ulama tersebut kepada Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab.
Dan bahkan Ibnu Baz memuji nama tersebut, ia berkata :
فهو لقب شريف عظيم
“Nama itu (Wahhabiyah) adalah panggilan yg sangat mulia dan sangat agung.
Oleh karena itu dengan niatan meluruskan bahwa nama wahabi adalah istilah yg diciptakan golongan syiah kepada mereka yg anti syiah sangatlah tidak tepat justru istilah wahabi adalah lahir dari ulama mereka sendiri dan diakuinya dengan penuh kebanggan.

WAHABIYYAH merupakan ajaran atau pemahaman ulama Najd dari bani Tamim yakni Muhammad bin Abdul Wahhab yg mati tahun 1206 H. Istilah WAHABI pertama kali disematkan oleh Syaikh Sulamain bin Abdul Wahab saudara kandungnya sendiri dalam kitabnya yg berjudul “As Shawa’iqul Ilahiyah firraddi ‘alal Wahabiyah” (Petir yg membakar untuk menolak paham Wahabi).
Sulaiman bertanya kepada adiknya: “Berapa, rukun Islam”
Muhammad menjawab: “lima”.
Sulaiman: “Tetapi kamu menjadikan 6!”
Muhammad: “Apa?”
Sulaiman: “Kamu memfatwakan bahwa siapa, yg mengikutimu adalah mu’min dan yg tidak sesuai dengan fatwamu adalah kafir“.
Muhammad : “Terdiam dan marah“.
Sesudah itu ia berusaha menangkap kakaknya dan akan membunuhnya, tetapi Sulaiman dapat lolos ke Makkah dan setibanya di Makkah ia mengarang buku tersebut.

Muhammad Khalil Harras tokoh wahabi dengan bangga menuliskan judul karyanya dengan “al Harakah al Wahabiyyah” (Gerakan Paham Wahabi). Isi buku ini adalah pembelaan “mati-matian” terhadap ajaran Wahabisme, penulisannya dengan bangga menamakan gerakan ajaran Wahabi dengan “ad Da’wah al Wahabiyyah”, beberapa kutipan kalimat dari kitab tersebut
ﺍﺳﺲ ﺍﻟﺤﺮﻛﺔ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ
Dasar² gerakan Wahhabi
ﺍﻟﺤﺮﻛﺔ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺗﺪﻋﻮ ﺍﻟﻲ ﺗﻮﻛﻴﺪ ﺍﻟﺘﻮﺣﻴﺪ
gerakan Wahhabi menyeru kepada menguatkan tauhid
ﺍﻟﺤﺮﻛﺔ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺗﺪﻋﻮ ﺍﻟﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﺭﺑﻬﺎ
gerakan Wahhabi menyeru kepada jalan Tuhan nya.

Selain Muhammad Khalil Harras penulis penjelasan atau syarah kitab Aqidah Wasithiyah masih ada penulis lain seperti Abdurrahman As Sa’di, Ibnul Utsaimin, Shalih bin Fauzan , Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthani.

Kitab pokok atau kitab dasar aqidah ajaran atau paham Wahabi (wahabisme) adalah kitab Aqidah al Wasithiyah karya Ibnu Taimiyyah sebelum beliau bertaubat yg diangkat kembali oleh Muhammad bin Abdul Wahhab dan disebarluaskan oleh kerajaan dinasti Saudi.

Cara atau upaya kaum zionis Yahudi untuk menyesatkan para pengikut tokoh Najd dari bani Tamim, Muhammad bin Abdul Wahhab ditengarai (diduga) adalah dengan cara menyodorkan kitab² Ibnu Taimiyyah sebelum bertaubat sebagaimana informasi dari kalangan mereka sendiri yg mengakui bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab sebagai imam mereka.

Di antara karya² ulama terdahulu yg paling terkesan dalam jiwanya adalah karya² Ibnu Taimiyah, demikianlah meresapnya pengaruh Ibnu Taimiyah dalam jiwanya, sehingga Muhammad bin Abdul Wahab bagaikan duplikat (salinan) Ibnu Taimiyah yg kemudian dikembangkan sendiri melalui metode otodidak (belajar sendiri) sebagaimana lazimnya para ulama besar Islam mengembangkan ilmu-ilmunya. Di mana bimbingan guru hanyalah sebagai modal dasar yg selanjutnya untuk dapat dikembangkan dan digali sendiri oleh yg bersangkutan. Jadi salah satu pokok permasalahan yg timbul adalah akibat MBAW dan pengikutnya mengikuti pemahaman seorang ulama sebelum bertaubat.

Amat disayangkan kalau ulama panutan mereka Ibnu Taimiyyah dikatakan tidak bertaubat dari pemahamannya yg selalu berpegang pada nash secara dzahir atau pemahamannya selalu dengan makna dzahir/ literalis (bc-tektual).

Memang bahwa Ibnu Taimiyyah pada akhirnya melanggar perjanjian taubatnya pada sidang pertama sehingga dilanjutkan sidang ke dua sampai sidang ke empat hingga ia wafat dalam penjara pada malam hari tanggal 22, Dzulqa’dah tahun 728 H.
Namun kami umat Muslim berprasangka baik bahwa Beliau telah bertaubat dan semoga Allah menerima taubat Beliau.

Dalam nasehatnya Adz Dzahabi mengambarkan sikap Ibnu Taimiyyah sebelum bertaubat yg suka menyalahkan dan mencela ulama² sholeh terdahulu yg tidak sepaham (sependapat) dengannya.
Adz Dzahabi (w 748 H) maupun Ibnu Qoyyim al Jauziyah (w 751 H) adalah murid dari Ibnu Taimiyyah (W 728H) atau pengikut Ibnu Taimiyyah yang bertemu muka langsung.

Sedangkan pengikut Ibnu Taimiyyah yg tidak bertemu muka langsung alias berdasarkan mutholaah (menelaah kitab) dengan akal pikiran mereka sendiri, contohnya adalah Muhammad bin Abdul Wahhab ( 1206 H) dan Al Albani, Bin Baz, Utsaimin dan tokoh wahabi zaman NOW.
Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita semua supaya bisa tetap istiqomah dijalan yg diridhoinya.
Amin Ya Robbal ‘Alaamin

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...