Thursday, October 25, 2018

Propaganda Bendera HTI


Pagi-pagi sekitar bulan Agustus 2015, bertepatan dengan tanggal 6 Syawal, KH Abdul Aziz Ali, yang akrab dengan panggilan Ra Abduh, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Wafa Tempurejo Jember menghubungi saya via telepon seluler. Dalam telepon itu, beliau menyampaikan bahwa beliau akan kedatangan tamu dari Jakarta dan Eropa. Beliau meminta saya untuk menemani menemui tamu-tamu itu. Sore hari, setelah shalat ashar saya segera berangkat ke tempat beliau. Sampai di sana, ternyata tamu-tamu itu adalah para tokoh Hizbut Tahrir, antara lain Syaikh Danil, seorang laki-laki paruh baya dari Swiss Eropa. Ada juga Muhammad Al-Khoththoth, dan pimpinan HT dari Yogyakarta dan Malang.

Setelah minum es campur, acara dilanjutkan dengan shalat maghrib berjamaah. Setelah shalat maghrib, baru diadakan pertemuan dan ramah tamah dengan para tamu tersebut. Dalam pertemuan itu saya lebih banyak diam dan memperhatikan saja, sampai akhirnya Ra Abduh menyampaikan pada saya, bahwa para tokoh HT tersebut ingin klarifikasi kepada saya, selaku pengurus NU di daerah. Kebetulan saya termasuk jajaran Syuriyah di tingkat cabang. HT menyampaikan klarifikasi kepada saya, tentang penurunan bendera HTI yang dilakukan oleh sahabat-sahabat BANSER di Jember. Dalam klarifikasi itu terjadilah dialog sebagai berikut antara saya (NU) dengan mereka (HTI):

HTI: Mengapa NU menurunkan bendera Laa ilaaha illallaah? Apakah NU tidak senang dengan Laa ilaaha illallaah?

NU: Terkait dengan Laa ilaaha illallaah, NU tidak perlu ditanya senang atau tidak senang. Karena bagi NU, Laa ilaaha illallaah itu merupakan jiwa raga. Kami di NU hidup senang Tahlilan dan mati ingin dibacakan Tahlilan. Kalau Anda mungkin tidak melakukan Tahlilan.

HTI: Kalau memang begitu, mengapa bendera HTI yang isinya kalimat tersebut diturunkan oleh BANSER?

NU: Karena menurut hemat kami, selama ini HTI menjadikan kalimat tersebut di dalam bendera masih sebatas propaganda saja dan isinya tidak dijadikan akidah dan keyakinan yang sejati dalam lubuk hati.

HTI: Kok bisa Anda mengatakan begitu?

NU: Menurut Anda, apa arti dari kalimat tersebut?

HTI: Ya jelas, tiada tuhan selain Allah.

NU: Maksud dari arti tiada tuhan selain Allah itu apa?

HTI: Ya, tiada tuhan selain Allah.

NU: Berarti Anda belum memahami betul maksud kalimat tersebut. Maksud tiada tuhan selain Allah, ada dua. Pertama, segala sesuatu di alam jagat raya ini pasti membutuhkan Allah. Kedua, Allah tidak butuh pada apapun di alam jagat raya ini. Pengertian seperti ini tidak sepenuhnya Anda miliki.

HTI: Kok bisa kami dikatakan begitu.

NU: Kalimat tersebut merupakan symbol dari kalimat tauhid, yaitu pengakuan keesaan Allah atau sifat Wahdaniyat. Keesaan Allah itu ada tiga, Esa dalam Dzat, Esa dalam Sifat dan Esa dalam perbuatan atau wahdaniyah fil af’al. HT secara resmi melanggar keesaan Allah dalam perbuatan.

HTI: Kok bisa kami dikatakan tidak mengakui keesaan Allah dalam perbuatan-Nya?

NU: Karena HT tidak beriman kepada Qadha’ dan Qadar. Menurut HT, perbuatan manusia yang disengaja bukan ciptaan dan kehendak Allah, tetapi ciptaan dan kehendak manusia. Ini jelas bertentangan dengan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits shahih. (Dalam kesempatan itu saya sampaikan sebagian ayat-ayat al-Qur’an).

HTI: Di mana kami dikatakan tidak beriman kepada Qadha’ dan Qadar?

NU: Di kitab mu’tamadah kalian. (Pada waktu itu, saya sebutkan bahwa nama kitab, juz dan halaman serta teks pernyataan kitab tersebut).

Akhirnya, Saikh Danil, ulama HT dari Eropa itu berkata kepada kawan-kawannya, “Loh, kok ada ajaran begitu ya di HT. Tolong catat masukan dan koreksi tadi”.

Perlu diketahui propaganda kelompok-kelompok radikal dalam menjebak dan mengelabui umat Islam. Kalau Wahabi menggunakan propaganda Kembali kepada al-Qur’an dan hadits, HTI menggunakan propaganda Khilafah, Syariah dan Bendera, sedangkan Syiah menggunakan propaganda Cinta Ahlul Bait. Kejadian di Garut, karena sahabat-sahabat BANSER terjebak dengan propaganda HTI.

Setelah perdebatan itu saya segera pamit, karena persiapan mau berangkat ke Ketapang Sampang Madura, untuk acara pengajian Halal Bihalal besok paginya.

By: Muhammad Idrus Romli

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...