Monday, December 10, 2018

Diskusi Syaikh Nawawi Al-Bantani dan Habib Utsman bin Yahya tentang Arah Kiblat


Dulu saat Syaikh Nawawi al-Bantani masih muda, sekitar usia belasan tahun, pernah shalat di Masjid Pekojan Jakarta Kota dekat kediaman Habib Utsman bin Yahya.

Usai shalat Syaikh Nawawi menghampiri dan berkata kepada Habib Utsman, yg waktu itu juga berada di masjid, dengan nada lemah lembut dan penuh hormat: “Wahai Habib yg saya hormati. Sebelumnya saya mohon maaf yg sebesar-besarnya.”

“Ya, ada apa anak muda?” Jawab Habib Utsman . “Begini Habib, masjid ini kurang ngiblat dan kurang nyerong ke sebalah kanan (ke arah utara).”

Karena Habib Utsman adalah seorang pakar ilmu falak, beliau pun heran dan menyanggah: “Masid ini sudah saya ukur dengan alat kompas dan berdasarkan ilmu falak.”

Kemudian Syaikh Nawawi al-Bantani dengan sopan nya menunjuk ke arah kiblat. Dan seketika itu juga Ka’bah terlihat sangat jelas di hadapan mereka berdua.

Menyaksikan itu, Habib Utsman bin Yahya terperanjat dan kemudian langsung menubruk ingin mencium tangan Syaikh Nawawi al-Bantani.

Namun Syaikh Nawawi menarik dan menolak tangannya untuk dicium oleh Habib Utsman bin Yahya. Dan beliau berkata: “Wahai Habib yg mulia.
Saya tidak pantas untuk dicium tangani oleh Habib. Karena, Habib adalah orang mulia dan keturunan Rasulullah, sedangkan saya adalah orang kampung biasa.”

Mendengar kata² itu, Habib Utsman bin Yahya langsung merangkul badan Syaikh Nawawi dan mereka saling berpelukan sambil menangis dengan bercucuran air mata.

Syaikh Nawawi al-Bantani juga termasuk salah seorang ulama pakar ilmu falak. Banyak kitab-kitab karyanya yg menerangkan tentang ilmu falak. Hanya saja kitab yang masuk ke Indonesia (yg saya tahu) adalah kitab Sullam al-Munajat.

DI dalam kitab Sullam al-Munajat halaman 23-24, cetakan Darul Kutub al-Islamiyyah Kalibata-Jakarta Selatan, Syaikh Nawawi menerangkan tentang ilmu arah kiblat beserta hukumnya.

Hanya saja untuk menghitung arah kiblat wilayah Banten, beliau menggunakan sebagai bujur nol derajatnya adalah “Az-Zajairatul Khalidat”, bukan Greewich.

Tapi setelah saya hitung dan saya bandingkan dengan perhitungan ilmu falak arah kiblat “Sistem Kontemporer” hasilnya tidak beda jauh alias hampir sama.

(Diedit dari tulisan KH. Thobary Syadzily al-Bantani, cucu Syaikh Nawawi al-Bantani dan Pengasuh PP Al-Husna Tangerang).

Sya’roni As-Samfuriy

Bacaan lainnya: Penjelasan Abuya Muhtadi Dimyati tentang Oknum Habib

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...