Sunday, March 24, 2019

Mendadak NU


Oleh Suryono Zakka
Suara NU sebagai suara mayoritas selalu dipertaruhkan dalam arena politik terutama dalam Pileg dan Pilpres. Tak heran jika dimusim kampanye ini, Caleg dan Capres yang bukan NU akan mendadak menjadi NU demi untuk mencari massa dan sekaligus mangsa.

Ada yang mendadak ikut pengajian NU. Ada yang dadakan mengisi taushiyah dimasjid-masjid NU. Ada yang mendadak ikut maulidan dan acara-acara kultural NU. Semuanya hanya satu tujuan yakni mencari simpati dan dukungan. Setelahnya, kembali semula yakni kaum yang tabiatnya menghujat dan mengolok-olok amaliyah NU.

Ada pula penyamaran pakai salam penutup khas NU, wallahul muwafiq ila aqwamitthariq. Mengaku sebagai penggemar Gus Dur sekaligus bercita-cita melanjutkan perjuangan Gus Dur. Yang semula anti ziarah mendadak religius gemar ziarah.

Ada lagi cara kaum NU dadakan dalam mempengaruhi warga NU terutama kalangan santri yakni dengan mengadakan semacam perlombaan membaca atau mengkaji kitab kuning. Mereka ingin mengatakan bahwa mereka juga peduli dengan kehidupan pesantren. Cara muslihat untuk mempengaruhi kaum santri.

Segala cara dihalalkan yang penting bisa menipu warga NU. Walau dengan cara menyusup dan bertopeng kepura-puraan menjadi warga NU. Demi untuk mengeruk suara Nahdliyin yang memang sangat potensial.

Tak jarang warga NU terkena bisa dan rayuan gombal NU dadakan ini. Warga NU yang mayoritas adalah masyarakat awam, sangat mudah untuk dipengaruhi. Dengan jargon membela Islam dan penegak syariat, warga NU digiring pada paham yang sebenarnya sangat berseberangan dengan ideologi NU.

Kaum mendadak NU ini seolah membela Pancasila, faktanya ingin mengubah dasar negara dengan khilafah atau NKRI bersyariah. Seolah hubbul wathan minal iman, padahal sebenarnya sangat anti cinta tanah air. Seolah gemar amaliyah NU padahal sangat alergi dengan amaliyah dan tradisi NU yang katanya penuh dengan kesesatan.

Hal trik kebusukan semacam ini sudah dicermati oleh kiai, kalangan intelektual NU dan santri. Mereka sangat paham dengan misi besar kaum mendadak NU ini. Jika mereka berkuasa, jangan harap bahwa mereka benar-benar memperjuangkan NU. Perlahan tapi pasti, segala macam amaliyah NU, dokumen sejarah dan perjuangan NU akan dibenamkan.

Sebagai bukti, mereka telah berani mengklaim bahwa merekalah pencetus lahirnya Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober. Dulu menuduh sinting tentang peringatan Hari Santri sekarang diaku-aku. Klaim pengakuan tanpa rasa malu. Sebuah penguburan sejarah tanpa adab kepada tokoh-tokoh NU. NU harus steril dari kaum yang hobinya klaim dan pasang stempel. Sebagai minoritas saja sudah lancang apalagi jika menjadi mayoritas. Jangan sampai. Naudzubillah min dzalik.

Jika mereka menjadi mayoritas, mereka akan mengubah narasi sejarah bahwa merekalah yang berjasa bagi bangsa ini. Mereka akan mengubur dalam-dalam perjuangan NU sehingga generasi berikutnya tidak tahu apa itu NU. Mereka akan menipu sejarah tentang NU kepada generasi setelahnya sebagai ormas anti syariat, liberal dan sesat.

Sebelum ini terjadi, marilah rapatkan barisan bersama kiai dan ulama NU yang lahir batin bersama NU. Ulama yang benar-benar siap hidup dan mati menjaga NU dan NKRI. Jangan khianati ulama NU yang telah bersusah payah mendirikan NU dan NKRI dengan pengorbanan darah. Ingat, berdirinya NU adalah menjaga akidah Aswaja dari gempuran Wahabi dan menjaga NKRI dari ideologi asing seperti kaum khilafah.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...