Sunday, March 24, 2019

Adakah Agama Teror?


Suryono Zakka

Tak satupun agama yang mengajarkan teror. Agama selalu menebarkan perdamaian. Islam mengajarkan rahmat bagi semesta alam, Kristen mengajarkan kasih, Hindu mengajarkan dharma, Budha mengajarkan buddhi (budi pekerti) dan Konghucu/Konfusianism mengajarkan Ru Jiao (kelemahlembutan).

Sayangnya, idealisme agama belum mampu mengubah perilaku hidup pemeluknya menjadi lebih baik seideal ajaran agama. Agama yang seharusnya menjadi jalan damai dan laku persaudaraan namun tidak sedikit agama masih menjadi pemicu konflik dan teror.

Walau ajaran ideal setiap agama mengajarkan perdamaian, namun teror dan kekerasan atas nama agama bisa muncul dalam setiap pemeluk agama. Jika aksi teror didalam negeri mungkin kerap lahir dari sekte Islam maka teror di luar negeri bisa lahir dari sekte non-Islam sehingga umat muslim kerap menjadi korban.

Atau teror bisa saja bukan karena motif agama. Bisa karena kebencian ras, warna kulit dan kebencian sebuah bangsa. Jadi tak selamanya teror melulu bermotif agama. Yang lebih memperparah keadaan jika teror dan radikalisme non-agama namun dipolitisir kearah agama, kemudian bumbu provokasi dan akhirnya konflik antar agama. Musibah besar.

Agama memang rentan dipolitisir disamping karena pemeluknya gagal dalam memahami ajaran agama. Istilah yang lahir dari ajaran agama seperti perang suci, syahid, jihad, kafir, perang salib, perang badar, thaguth dan sebagainya jika tidak dipahami secara menyeluruh dan kontekstual maka akan melahirkan benih-benih radikalisme.

Jika salah dalam memahami agama karena sepotong-sepotong, literalis dan rigid, maka pada akhirnya agama menjadi korban. Agama akan dipersalahkan. Padalah seandainya jika si Muslim membunuh, si Kristen membantai, si Hindu menjarah bukanlah ajaran agama tersebut mengajarkan demikian. Agama sampai kapanpun tidak akan pernah merestui kejahatan. Yang salah adalah pemeluknya.

Sampai kapan teror dan radikalisme akan berakhir jika pemeluk agama selalu memaksakan kebenaran agamanya kepada pihak lain? Nilai-nilai sakralitas agama akan rusak manakala pemeluknya tidak paham atas ajaran agamanya. Tujuannya bela agama namun faktanya menciderai ajaran agama.

Adanya agama seharusnya menjadi jalan damai. Dengan banyaknya macam agama, mengajarkan kita tentang toleransi, saling mengasihi dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Biarkan nilai-nilai kebenaran agama menjadi ruang privasi internal agama sehingga tidak perlu saling berebut kebenaran. Toh, nantinya Tuhan yang akan mengadili siapa yang benar dan siapa yang salah.

Tiada kata lain, marilah kita rawat dan kita pupuk perdamaian itu agar tidak gersang dan mati. Kita rawat rumah besar kita (NKRI) agar tidak dirusak oleh orang luar yang iri dengan keberagaman kita. Terlalu mahal negeri ini jika harus rusak dan tergadaikan oleh aksi-aksi anarkisme dan teror.

Tak perlu terprovokasi kelompok-kelompok tertentu yang menginginkan negeri ini hancur. Jangan ikuti para penumpang gelap yang merencanakan perpecahan negeri ini atas nama agama. Perlunya cerdas memahami ajaran agama sehingga dapat mempraktikkan ajaran agama dengan benar dan mampu membedakan antara ulama dan tokoh agama yang menyerukan perdamaikan dengan provokator yang menyerukan permusuhan.

Salam damai, satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa




No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...