Friday, January 18, 2019
Penyebab Terorisme-Radikalisme
Suryono Zakka
Terorisme merupakan kejahatan kemanusiaan. Apalagi jika terorisme ada kaitannya dengan prinsip-prinsip agama jelas merupakan kejahatan kemanusiaan yang terbesar. Agama tidak mungkin merestui dan melegitimasi terorisme. Jika ada sekelompok orang atau penganut agama mengutip ayat suci untuk melakukan teroris, jelas merupakan kebohongan.
Aksi teror tidak hanya disebabkan karena kesalahan dalam memahami teks suci agama, tapi bisa saja karena motif ekonomi. Orang yang melakukan teror bisa karena kelaparan, tertindas dan terpinggirkan dalam strata ekonomi sehingga bertindak brutal, radikal dan anarkis.
Walau motif aksi terorisme bisa disebabkan karena himpitan ekonomi, tapi motif agama merupakan porsi terbesar penyebab munculnya terorisme dinegeri ini. Tentu hal ini sangat memprihatinkan bagi kita semua. Bagaimana mungkin melakukan teror atas nama agama sedangkan agama sendiri lahir sebagai perlawanan terhadap teror dan radikalisme.
Yang lebih mengenaskan lagi, ada sebagian kelompok melakukan teror atas nama Islam, agama mayoritas dinegeri ini. Ada masalah apa dengan keberagamaan kita sehingga agama lagi-lagi menjadi tumbal untuk melakukan kejahatan kemanusiaan.
Jika dilihat dari nama agamanya saja (baca: Islam) sudah menyiratkan arti damai, aman, tenteram, sentosa, sejahtera dan cinta kasih, idealnya semakin memahami substansi Islam maka akan semakin kaffah dalam beragama. Semakin semangat 45 untuk berhijrah maka harapannya semakin baik perilaku keagamaannya. Sayangnya, ada sebagian yang mengaku semakin kaffah namun faktanya semakin jauh dari nilai-nilai Islam. Semakin greget hijrah namun semakin buruk perilaku sosialnya.
Akar terorisme-radikalisme atas nama agama dapat disebabkan diantaranya karena pemahaman terhadap ayat-ayat agama yang kaku dan tekstual. Paradigma monopoli kebenaran tunggal melahirkan sikap takfiri (pengkafiran) dan tuduhan bid'ah (sesat). Doktrin inilah yang kemudian melahirkan sekte Wahabisme.
Kesalahan dalam memahami konsep berbangsa dan bernegara juga turut andil memberi suplai derasnya radikalisme. Doktrin anti negara bangsa, anti nasionalisme dan anti demokrasi melahirkan kelompok yang bercita-cita mengembalikan kejayaan umat Islam masa lalu dengan sistem Pan-Islamisme yakni bersatunya seluruh tatanan dunia dibawah sistem syariah. Sistem negara bangsa diyakini sebagai produk kafir dan wujud pemberhalaan manusia modern. Hasil tafsir negara syariah ini akhirnya melahirkan kaum khilafah.
Dua kelompok Khawarij (Neo-Khawarij) baik kaum Wahabi maupun kaum khilafah menjadi problem umat Islam. Dampaknya sangat luar biasa. Penyebaran dua ideologi radikal ini telah menghancurkan peradaban Islam. Negara-negara Arab porak poranda akibat meluasnya ideologi ini. Merusak masa depan umat Islam dan menggiring pada citra Islam yang semakin buruk.
Media online juga membawa pengaruh besar akan derasnya radikalisme. Media online bukan hanya sebagai media pemberitaan, namun juga dimanfaatkan sebagian orang untuk belajar agama secara instan. Bagi penggiat agama online, tak perlu mondok berlama-lama dengan biaya yang banyak untuk menjadi ahli agama. Cukup mengikuti situs dan website berlabel dakwah, dalam waktu sekejap disulap menjadi ahli agama. Mendadak ustadz bahkan mendadak jadi ulama. Bahkan penggiat dakwah online tak jarang merasa ilmunya melebihi dari kiai-kiai pesantren sehingga dengan kehebatannya mendebat para kiai dan lulusan pesantren.
Dengan media dakwah online, masyarakat umum merasa tak perlu repot-repot tanya tentang konten agama kepada kiai. Merasa tak perlu sowan kepada ulama pesantren terkait problem agama. Cukup buka link dakwah yang muncul paling atas dalam mesin pencari, dalam hitungan detik langsung muncul terkait penjelasan agama yang diinginkan. Akibatnya ideologi Wahabi dan Khilafah masuk kedalam sistem otaknya tanpa filter.
Membanjirnya media dakwah online, akhirnya menginspirasi lahirnya komunitas-komunitas remaja muslim semacam komunitas mendadak hijrah dan mendadak kaffah. Tampil mencitrakan bahwa hanya komunitas-komunitas mereka yang sudah berhijrah, Islamnya sempurna dan dijamin masuk surga.
Media online juga merupakan pintu bagi masuknya komunitas cyber berbungkus agama yang menyuarakan anti pemerintah. Komunitas ini menyuarakan provokasi, pemberitaan bohong dan berupaya merusak tatanan berbangsa dengan slogan-slogan syariah. Yang mereka gemborkan antara lain, pemerintah anti Islam dan rezim kriminalisasi ulama. Simbol tauhid dibajak sebagai alat untuk melakukan pemberontakan.
Dengan mengetahui berbagai macam akar radikalisme diatas, sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk melawan dan membendungnya. Jika memang radikalisme karena kemiskinan maka tugas kita bersama membantunya dan pemerintah wajib untuk mensejahterakannya. Jika radikalisme karena kesalahan dalam memahami agama maka tugas kita untuk meluruskannya. Bukan saatnya diam dan bungkam atas kejahatan radikalisme.
Media online wajib dikuasai oleh kelompok moderat sehingga dapat membendung kelompok radikal. NU dan Muhammadiyah harus siap bersama pemerintah melawan kelompok radikal dengan terus-menerus menyebarkan Islam ramah melalui situs dan media sosial. Jika kelompok radikal tanpa malu-malu mengasong kejahatan ideologi radikalnya secara terang-terangan, mengapa kita malu membendung terorisme untuk membela agama dan bangsa.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Hizbut Tahrir memiliki dua bendera, berwarna putih yang disebut Liwa' dan warga hitam yang disebut Rayah. Mereka mengklaim 2 bendera ...
-
Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Infithaar (Terbelah). Surah Makkiyyah; Surah ke 82: 19 ayat “BismillaaHir rahmaanir rahiim. 1. apabila lang...
-
Namanya adalah Syeikh Subakir. Seorang mubaligh nusantara dari Persia, Iran. Tak banyak orang tahu dan mengenal nama Syekh Subakir. Padah...
-
Oleh Suryono Zakka Ada yang mempertanyakan tentang maksud dari Islam moderat. Istilah Islam moderat dipertanyakan karena tidak sesuai d...
-
Soeharto Lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921. Ia lahir dari keluarga petani yang menganut Kejawen. Keyakinan keluarga...
-
A. Secara Etimologis (Bahasa) 1. Menurut Al-Lihyani (w. 215 H) Kata Al-Qur'an berasal dari bentuk masdar dari kata kerja (fi...
-
Ada perbedaan mendasar antara ideologi Wahabi dengan Aswaja. Bagi masyarakat yang tidak paham tentang belantara online, akan mudah terper...
-
Baru-baru ini Nahdlatul Ulama sedang didera ujian berupa fitnah-fitnah dari pihak yang berseberangan dengan Nahdlatul Ulama. Bahkan banya...
-
Anda pasti sering mendengar istilah Cinta ditolak dukun bertindak. Bahkan sebelum menyatakan cinta pun menggunakan jasa dukun, ajian pele...
-
Oleh Rijalul Wathon Al-Madury Sayyid Kamal al-Haydari yg dengan nama lengkap Kamal bin Baqir bin Hassan al-Haydari (السيد كمال بن باقر ...
No comments:
Post a Comment