Saturday, December 16, 2017
Islam dalam Berbagai Perspektif
Sebagai agama wahyu (samawi), Islam adalah agama yang benar secara universal. Lahir dalam rangka merubah tatanan kehidupan manusia dalam bimbingan wahyu dan terhindar dari kemerosotan sosial serta kerusakan akhlak. Menurut Al-Qur'an yakni merubah kehidupan manusia dari kegelapan ilmu (dzulumat dan jahili) kearah cahaya terang (nur).
Seluruh umat Islam, memegang teguh sumber-sumber universal Islam seperti konsep Allah dan malaikat, kitab suci, nabi, kiblat, rukun Islam, rukun iman dan sebagainya meskipun bisa sedikit berbeda antar golongan satu dengan yang lain namun secara umum sumber-sumber tersebut ada banyak titik kesamaan.
Islam sebagai sebuah pemahaman (tafsir), mengalami banyak varian sehingga muncullah sekte, aliran dan madzhab dalam memahami ajaran Islam tersebut. Hal tersebut merupakan sebagai sunnatullah yang tidak dapat terhindarkan karena ruang perbedaan yang meniscayakan berbeda.
Sebagai contoh, dalam madzhab fikih terdapat madzhab Maliki, Hanafi, Syafi'i, Hambali, Dzahiri, Hasan al-Basri, al-Auza'i dan mazhab fikih lainnya yang sudah punah. Dalam bidang teologis (akidah) ada Jabariyah, Mu'tazilah, Qadariyah, Ahlussunnah (sunni)/aswaja, Syi'ah, Wahabi, Khawarij, Murji'ah, Ahmadiyah, Mujassimah dan sebagainya.
Pemahaman Islam dimasa nabi masih seragam karena setiap persoalan yang dihadapi oleh sahabat dapat secara langsung dikonfirmasi oleh nabi sehingga peran nabi sangat sentral sebagai mufassir pertama dalam menyelesaikan setiap persoalan (problem solved). Berbeda di era pasca wafatnya nabi, generasi tabi'in dan setelahnya hingga masa ini dimana persoalan umat Islam semakin kompleks dan beragam, sumber-sumber penafsiran yang berbeda, latar belakang keilmuan ulama dan perbedaan zaman yang meniscayakan untuk berbeda.
Dari sinilah kita bisa memahami bahwa meskipun kita sama-sama muslim bisa saja berbeda pemahaman. Jangankan yang berbeda madzhab fikih atau aliran akidahnya, sesama madzhab atau sesama akidah saja belum tentu sama dan mungkin saja banyak perbedaan apalagi dengan akidah yang lain. Keniscayaan ini mengajarkan kita bahwa perbedaan dapat kita sikapi secara bijak dengan tetap menerima pemahaman kelompok lain dan mutlak harus tetap berpegang teguh dengan keyakinan yang selama ini kita yakini benar hingga akhir hayat. Perbedaan tidak harus menumbuhkan kebencian dan permusuhan karena pemahaman kita bisa saja salah dan orang lain benar, kita benar orang lain salah, kita salah orang lain salah atau kita benar dan orang lain juga bisa atau boleh benar. Karena perbedaan adalah sunnatullah, maka kurang bijak jika kita menggenalisir seluruh pemahaman Islam kitalah yang paling benar dan kelompok lain mesti salahnya.
Dalam konteks Indonesia, keunikan umat Islam juga bermacam-macam. Ada umat Islam yang memahami Islam secara tekstual sehingga untuk dikatakan Islam harus semuanya berbau arab atau kearab-araban seperti bahasanya harus arab atau pakaiannya dimana-mana harus arab dan serba arab. Kalau tidak serba arab maka belum bisa dikatakan Islam. Ada lagi yang memahami Islam secara kontekstual yakni menyerap nilai-nilai Islamnya dengan tetap mempertahankan nilai-nilai lokal nusantara yang baik dan tidak berbenturan dengan nafas Islam. Berislam meskipun masih suka pakai baju batik, sarung, kopeah, nama Jawa, nama Indonesia dengan tidak membenci budaya arab sebagai budaya dimana Islam dilahirkan.
Baca juga: Islam dan Kebangsaan
Setiap umat Islam bahkan umat-umat yang lain juga punya misi untuk menyebarkan agamanya. Menyebarkan agama atau menyeru dalam kebaikan yang bahasa arabnya disebut dakwah dalam ajaran Islam boleh dilakukan oleh siapa saja sesuai kemampuannya. Prinsipnya adalah hikmah (teladan/uswah), mauidzatil hasanah (nasehat yang baik dan ramah) serta jadilhum billati hiya ahsan (argumen yang santun dan beradab) sebagaimana Q.S an-Nahl: 125. Ada yang dakwah memakai seni, ceramah atau taushiyah, fashion muslim, pengurus partai bahkan membesarkan Islam dengan organisasi. Di Indonesia, ormas Islam yang diperbolehkan hidup adalah ormas yang Pancasilais, tidak Pancasilais namun tidak anti Pancasila dan tidak bersyahwat untuk mengganti Pancasila dengan ideologi lain, tidak mengganggu kedaulatan negara serta membawa kemaslahatan untuk bangsa bahkan masyarakat dunia.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Banyak warganet yang bekomentar negatif atas informasi yang beredar luas melalui media sosial terkait Workshop Al-Qur’an Nusantara yang...
-
Ini adalah sampul kitab berjudul “Risâlah Silsilah al-Tharîqatain al-Qâdiriyyah wa al-Naqsyabandiyyah” karangan Syaikh Abdul Karim Banten...
-
Suku Chaniago adalah suku asal yang dibawa oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang yang merupakan salah satu suku induk di Minangkabau selain su...
-
Risalah ‘Amman (رسالة عمّان) dimulai sebagai deklarasi yang di rilis pada 27 Ramadhan 1425 H bertepatan dengan 9 November 2004 M oleh...
-
A. Secara Etimologis (Bahasa) 1. Menurut Al-Lihyani (w. 215 H) Kata Al-Qur'an berasal dari bentuk masdar dari kata kerja (fi...
-
Syeikh Muhammad Mukhtar Atharid (Maha Guru Ulama Nusantara dari Bogor, ulama besar di Mesjidil Haram Mekkah pada masa Negara Saudi dibaw...
-
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا يَا رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَتُبْ عَلَيْنَا يَا مَوْلَانَا إِنَكَ أِن...
-
Beliau (Sofyan Tsauri) sampai berani bersumpah atas nama ALLAH bahkan berani Bermubahalah jika ada yang menuduh dia berdusta atas apa yan...
-
Baru-baru ini Nahdlatul Ulama sedang didera ujian berupa fitnah-fitnah dari pihak yang berseberangan dengan Nahdlatul Ulama. Bahkan banya...
-
Sebuah kemajuan yang sangat disyukuri dan diapresiasi dengan meningkatnya semangat keagamaan umat muslim di Indonesia. Kemajuan ini bisa ...
No comments:
Post a Comment