Monday, January 1, 2018

Menjaga NU dan NKRI bersama Kiai Said


Nama lengkapnya adalah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj, MA. Membahas kiai yang satu ini memang tiada habisnya. Kiai Said sangat populer baik bagi pengagumnya maupun yang anti kepadanya. Terlebih bagi kalangan yang gagal paham terhadap ungkapannya. Gagal paham karena memahami ungkapannya secara sepotong-sepotong, terinveksi virus hoax, tidak suka guyon dan tentunya didasari kebencian.

Karena kebencian, banyak tuduhan dialamatkan kepadanya mulai dari isu syiah, sesat, pembela kafir hingga liberal. Fitnah bertubi-tubi dari zaman old hingga zaman now. Tuduhan semacam itu tidak dapat ditolak sebab kiai Said sebagai ketua PBNU adalah kunci dan benteng NU disamping kiai sepuh NU lainnya semisal KH. Maimoen Zubair, KH. Mustofa Bisri (Gusmus), Habib Lutfi, KH. Ma'ruf Amin dan tokoh sepuh lainnya. Walau tuduhan buruk tak seramai kiai Said, tokoh-tokoh NU yang tersebut diatas juga tak luput dari serangan kelompok anti NU.

Mengapa mereka lebih lantang, massif dan dan terang-terangan menyerang kiai Said? Berikut alasannya:

1. Kiai Said adalah alumni Timur Tengah, tepatnya Arab Saudi. Walau lama menimba ilmu disana saat menuntaskan studi S1 di Universitas King Abdul Aziz, S1 dan S2-nya di universitas Ummul Qurra, beliau lantas tidak menjadi Wahabi. Beliau tidak terkontaminasi sedikitpun dengan doktrin Wahabi, yang terkadang menjangkiti alumni Saudi sehingga menyerang balik tokoh-tokoh NU sekembalinya ke Nusantara.

Dengan demikian, kiai Said sangat paham bagaimana proyek mewahabikan nusantara oleh Wahabi yang sudah dimulai sebelum berdirinya NU. Dengan memperkuat posisinya sebagai tokoh sentral di NU dan pejuang aswaja, maka akan menjadi batu sandungan dan penghambat proyek Wahabi. Untuk merusak popularitas dan kepercayaan warga NU kepadanya, maka kelompok anti NU menyebarkan fitnah tak henti-hentinya.

2. Untuk memperkuat paham dan tradisi keaswajaan di Nusantara, kiai Said merumuskan konsep Islam yang ramah dan toleran dengan konsep "Islam Nusantara". Model Islam seperti ini bukan membuat model Islam baru atau madzhab baru melainkan pemahaman Islam yang sesuai dengan tafsir masyarakat Nusantara sebagaimana yang telah diajarkan oleh ulama pendahulu yaitu Islam yang toleran, menghargai pluralitas, tidak anti budaya dan tidak anti madzhab. Konsep "Islam Nusantara" merupakan bentuk proteksi model Islam rakyat Indonesia dari pengaruh Islam Timur Tengah yang cenderung kaku, radikal dan tidak menghargai kemajemukan.

Dengan menawarkan "Islam Nusantara" kepada masyarakat dunia maka "Islam Nusantara" menjadi ikon dan model Islam percontohan. Lahirnya "Islam Nusantara" juga membawa dampak buruk bagi pejuang Wahabi karena sulitnya menjebol gawang aswaja yang sudah lama mereka cita-citakan. Untuk merusak citra kiai Said, maka disebarkanlah fitnah bahwa konsep "Islam Nusantara" adalah sesat dan liberal.

3. Kiai Said bersama tokoh-tokoh NU kaffah adalah benteng NKRI. Tanpa NU dan ormas moderat lainnya, maka kita tidak tahu bagaimana nasibnya NKRI. Dengan tekad kiai Said, NU dan seluruh bangsa Indonesia, NKRI hingga saat ini masih tegak berdiri. Karenanya, kekuatan NU yang berlapis-lapis adalah batu penghalang bagi proyek Wahabi yang anti demokrasi, anti pancasila dan anti kebhinekaan.

Terlebih lagi, dengan disahkannya hari santri beberapa tahun lalu maka proyek Wahabi kian kandas dan tenggelam karena semangat resolusi jihad dimasa lampau yang dicetuskan oleh Hadratusy Syeikh KH. Hasyim Asy'ari bangkit kembali sebagai spirit bagi kaum muda, kaum santri atau kaum sarungan dan seluruh rakyat Indonesia untuk mencintai tanah airnya, yakni sebagai bagian dari pondasi keimanan. Hubbul wathan minal iman adalah semboyan penolakan atas doktrin anti tanah air yang melanda negeri Timur Tengah yang menyebabkan perang saudara tak berkesudahan.

Simak berikut: Rokok dan Simbol Toleransi

Karena proyek Wahabi belum selesai dan akan terus berkelanjutan maka kiai Said tidak akan pernah surut dari celaan, tuduhan dan hinaan. Kompetisi antara Sunni dan Wahabi akan terus ada sepanjang NKRI tegak berdiri. Maka tugas bagi seluruh warga NU khususnya, untuk terus menjaga amaliyah dan tradisi aswaja dari gempuran Wahabi. Terus menggelorakan semangat cinta tanah air yang sudah digelorakan oleh kiai sepuh, kiai Said dan pejuang NKRI bagi generasi NU mendatang.

Saatnya generasi muda NU terus bangkit dan berjuang untuk NU dan NKRI. Jihad medsos, jihad IT dan jihad cyber untuk mengimbangi kelompok Wahabi. Meskipun mereka minoritas dan rapuh, namun penguasaan media yang begitu kuat maka seolah mereka besar. Dengan menguasai media dan merebut media dari tangan Wahabi maka NU dan NKRI akan terus tegak berdiri.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...