Tuesday, March 27, 2018

Mengapa Tawasul Memakai Surat Al-Fatihah?


Salah satu kegemaran kelompok Salafi-Wahabi adalah senantiasa menyerang amaliah Aswaja. Amaliyah yang tidak luput dari serangan Wahabi adalah tawasul termasuk tawasul yang biasanya Aswaja sering membaca surat al-Fatihah.

Pertanyaan yang sering mereka lontarkan diantaranya mengapa Aswaja tawasul kepada orang yang sudah meninggal memakai surat Al-Fatihah? Mengapa tidak memakai surat yang lain semacam surat Al-Baqarah?

Ya, Aswaja memang kerap tawasul dengan surat Al-Fatihah. Hampir setiap majelis dan pengajian Aswaja diiringi dengan tawasul memakai surat Al-Fatihah.

Mengenai alasan mengapa memakai surat Al-Fatihah, tentu surat Al-Fatihah memiliki banyak manfaat dan keutamaan dengan tidak mengurangi kemanfaatan dan keutamaan seluruh surat didalam Al-Qur'an. Menurut Aswaja, seluruh surat memiliki keutamaan dan memilih surat Al-Fatihah diantara surat yang lain juga sah-sah saja dan tidak terlarang.

Banyak sekali keutamaan surat Al-Fatihah diantaranya surat Al-Fatihah sebagai induk kitab (Ummul Kitab) atau induk Al-Qur'an (Ummul Qur'an). Karena sebagai inti dari Al-Qur'an maka tidak sah shalat seorang muslim tanpa membaca surat Al-Fatihah.

Rasulullah saaw bersabda: Allah swt telah menurunkan 104 kitab dari langit, dan Dia telah memilih empat kitab-Nya dari 104 kitab itu, dan Dia telah meletakkan seluruh (kandungan) ilmu (dari) 100 kitab itu ke dalam empat kitab itu. Empat kitab itu adalah Zabur, Taurat, Injil dan al-Quran. Kemudian, diantara kitab-kitab ini, Allah memilih satu kitab dan kitab itu adalah al-Quran. Dan Dia telah meletakkan semua (kandungan) ilmu, keberkahan, serta pahala-pahala kitab-kitab itu ke dalam al-Quran. Kemudian, Allah meletakkan (kandungan) ilmu-ilmu al-Quran ke dalam surat-surat yang terperinci, dan semua surat terperinci itu diletakkan ke dalam surat al-hamdu.

Hadits Nabi saaw di atas mengidentifikasi keutamaan surat al-Fatihah yang menghimpun seluruh makna kitab suci. Ini pula yang menjadikan surat al-Fatihah diberi nama sebagai umm al-kitab (induk kitab) dan juga umm al-Quran (induk al-Quran). Begitu pula, ayat mulia ini menjadi rukun sahnya salat yang dibaca berulang-ulang pada setiap rakaat, karenanya pula ia disebut sab’ul matsani (tujuh yang diulang-ulang).

وَ لَقَدْ آتَيْناكَ سَبْعاً مِنَ الْمَثاني وَ الْقُرْآنَ الْعَظيمَ

“Dan Sesungguhnya kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al-Quran yang agung.” (Q.S. al-Hijr : 87)

عن أبي هريرة رضي الله عنه: أن رجلا دخل المسجد ورسول الله صلى الله عليه و سلم جالس في ناحية المسجد فصلى ثم جاء فسلم عليه فقال له رسول الله صلى الله عليه و سلم ( وعليك السلام ارجع فصل فإنك لم تصل ).. فقال في الثانية أو في التي بعدها علمني يا رسول الله فقال ( إذا قمت إلى الصلاة فأسبغ الوضوء ثم استقبل القبلة فكبر ثم اقرأ بما تيسر معك من القرآن ثم اركع حتى تطمئن راكعا …ثم افعل ذلك في صلاتك كلها )-رواه البخاري-

Dari Abu Hurairah: Bahwa Rasulullah masuk masjid, kemudian seseorang masuk masjid lalu shalat dan (setelah itu) mengucapkan salam kepada nabi. Kemudian nabi menjawab (salam) dan berkata: Kembalilah ulangi shalatmu! Sesungguhnya kamu belum shalat!…Sampai (hal tsb) terjadi tiga kali. Lalu laki-laki itu berkata: Demi yang telah mengutusmu dengan Al-Haq, aku tidak dapat melakukan yang terbaik selain yang telah dilakukan, maka (jika salah) ajarkanlah aku? maka rasulullah bersabda: Jika kamu hendak shalat, maka sempurnakanlah wudhumu, kemudian menghadap qiblat lalu bertakbir. Kemudian bacalah surat Al-Fatihah, lalu ruku’lah hingga kamu tuma’ninah ruku'nya…kemudian lakukanlah semua itu dalam shalatmu seluruhnya. (HR.Bukhari)

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ-رواه البخاري-

Dari ‘Ubadah bin Ash Shamit, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada (tidak sah) shalat bagi yang tidak membaca Faatihatul Kitab (Al Fatihah) (HR.Bukhari)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهْىَ خِدَاجٌ – ثَلاَثًا – غَيْرُ تَمَامٍ »…-رواه مسلم, باب وُجُوبِ قِرَاءَةِ الْفَاتِحَةِ فِى كُلِّ رَكْعَةٍ وَإِنَّهُ إِذَا لَمْ يُحْسِنِ الْفَاتِحَةَ وَلاَ أَمْكَنَهُ تَعَلُّمُهَا قَرَأَ مَا تَيَسَّرَ لَهُ مِنْ غَيْرِهَا.

Dari Abu Hurairah dari nabi, beliau bersabda: “Barangsiapa yang melakukan suatu shalat yang tidak dibaca padanya fatihah, maka shalat itu cacat –tiga kali- dan tidak sempurna”…-HR.Muslim, Bab wajibnya membaca fatihah disetiap raka’at dan bahwasanya jika tidak mampu memperbagus fatihah dan tidak memungkinkannya belajar, maka seseorang boleh membaca apa yang menurutnya mudah dari selain fatihah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ ثَلَاثًا غَيْرُ تَمَامٍ فَقِيلَ لِأَبِي هُرَيْرَةَ إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الْإِمَامِ فَقَالَ اقْرَأْ بِهَا فِي نَفْسِكَ…-رواه مسلم

Dari Abu Hurairah dari Nabi, beliau bersabda: Barang siapa yang shalat tanpa membaca Ummul Qur ‘an, maka shalatnya tidak sempurna {beliau ucapkan tiga kali}. Abu Hurairah ditanya, “Bagaimana kalau kita menjadi makmum?” Dia menjawab, “Bacalah Ummul Qur’an dalam hatimu saja. (HR.Muslim)

Diantara keutamaan-keutamaan surat Al-Fatihah yang lain yakni:

Hadis membaca surat Al Fatihah untuk yang meninggal dunia

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ فَلاَ تَحْبِسُوْهُ وَأَسْرِعُوْا بِهِ إِلَى قَبْرِهِ وَلْيُقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِهِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَعِنْدَ رِجْلَيْهِ بِخَاتِمَةِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ فِي قَبْرِهِ (رواه الطبراني في الكبير رقم 13613 والبيهقي في الشعب رقم 9294 وتاريخ يحي بن معين 4 / 449)

“Diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: Jika diantara kalian ada yang meninggal, maka janganlah diakhirkan, segeralah dimakamkan. Dan hendaklah di dekat kepalanya dibacakan pembukaan al-Quran (Surat al-Fatihah) dan dekat kakinya dengan penutup surat al-Baqarah di kuburnya” (HR al-Thabrani dalam al-Kabir No 13613, al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman No 9294, dan Tarikh Yahya bin Main 4/449)[2]

Al-Hafidz Ibnu Hajar memberi penilaian pada hadis tersebut:

فَلاَ تَحْبِسُوْهُ وَأَسْرِعُوْا بِهِ إِلَى قَبْرِهِ أَخْرَجَهُ الطَّبْرَانِي بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ (فتح الباري لابن حجر 3 / 184)

“HR al-Thabrani dengan sanad yang hasan” (Fath al-Bari III/184)

Surat Fatihah Adalah Doa

Imam al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan bahwa beberapa sahabat Nabi pernah singgah di sebuah kabilah, yang kepala sukunya terkena gigitan hewan berbisa. Lalu sahabat melakukan doa ruqyah dengan bacaan Fatihah (tanpa ada contoh dan perintah dari Nabi). Kepala suku pun mendapat kesembuhan dan sahabat mendapat upah kambing. Ketika disampaikan kepada Nabi, beliau tersenyum dan berkata:

وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ أَصَبْتُمُ اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِى مَعَكُمْ بِسَهْمٍ

“Dari mana kalian tahu bahwa surat Fatihah adalah doa? Kalian benar. Bagikan dan beri saya bagian dari kambing itu” (HR al-Bukhari dan Muslim, redaksi diatas adalah hadis al-Bukhari)

Di hadis ini sahabat membaca al-Fatihah untuk doa ruqyah adalah dengan ijtihad, bukan dari perintah Nabi. Mengapa para sahabat melakukannya, sebab hal ini tidak dilarang oleh Rasulullah. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam al-Hasyr: 7

 “… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah…”

Yang harus ditinggalkan adalah sesuatu yang dilarang oleh Rasulullah, bukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah! Dalam masalah al-Fatihah ini tidak ada satupun hadis yang melarang membaca al-Fatihah dihadiahkan untuk mayit.

Bahkan membaca al-Fatihah untuk orang yang telah wafat juga telah diamalkan oleh para ulama, diantara ulama ahli Tafsir berikut:

وَأَنَا أُوْصِي مَنْ طَالَعَ كِتَابِي وَاسْتَفَادَ مَا فِيْهِ مِنَ الْفَوَائِدِ النَّفِيْسَةِ الْعَالِيَةِ أَنْ يَخُصَّ وَلَدِي وَيَخُصَّنِي بِقِرَاءَةِ اْلفَاتِحَةِ وَيَدْعُوَ لِمَنْ قَدْ مَاتَ فِي غُرْبَةٍ بَعِيْداً عَنِ اْلإِخْوَانِ وَاْلأَبِ وَاْلأُمِّ بِالرَّحْمَةِ وَالْمَغْفِرَةِ فَإِنِّي كُنْتُ أَيْضاً كَثِيْرَ الدُّعَاءِ لِمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فِي حَقِّي وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْراً آمِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (تفسير الرازي : مفاتيح الغيب 18 / 183)

“(al-Razi berkata) Saya berwasiat kepada pembaca kitab saya dan yang mempelajarinya agar secara khusus membacakan al-Fatihah untuk anak saya dan diri saya, serta mendoakan orang-orang yang meninggal nan jauh dari teman dan keluarga dengan doa rahmat dan ampunan. Dan saya sendiri melakukan hal tersebut” (Tafsir al-Razi 18/233-234)

Dari uraian ini jelaslaj bahwa surat Al-Fatihah memiliki keistimewaan sebagaimana juga surat-surat yang lain. Surat Al-Fatihah lebih praktis dan singkat untuk dibaca bersama-sama saat tawasul. Boleh saja membaca surat Al-Baqarah atau surat panjang lainnya jika disepakati bersama dan tersedianya waktu yang lebih panjang. Islam sangat mengutamakan kemudahan terutama dalam rangka dakwah kepada masyarakat sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.



1 comment:

  1. Thank you for coming and appresiation my friend Hassan Mohammed. اهلا وسهلا بحضورك

    Where your country?

    ReplyDelete

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...