Thursday, August 23, 2018
Bela Nabi atau Bela Toa?
Tulisan dan kritikan super pedas dan menohok dari pegiat media sosial Eko Kuntadhi, Eko menjelaskan bagaimana PKS bungkam saat Ustdz Gaul Evie Effendie sebut hina nabi Muhammad SAW dengan kata sesat, tapi tiba-tiba bersuara saat seorang Ibu Meiliana yang hanya minta suara Toa di masjid dikecilkan, saat nabi dihina PKS bungkam, PKS tak bela nabi tapi bela TOA.
Kalau Nabi Muhamad SAW dibilang sesat, PKS santai saja. Soalnya yang ngomong adalah Evie Effendie, orang yang segolongan dengan mereka. Sebagai penceramah agana Effendie punya fans banyak. Itu ladang suara buat PKS. Nabi dicela gak apa-apa. Asal tidak kehilangan konstituen. PKS gak membela Nabinya dari kekurangajaran. Karena apa untungnya buat mereka?.
Ketika Rocky Gerung berkata dengan pongah bahwa Kitab Suci adalah fiksi, PKS juga santai saja. Malah mereka berusaha mencari pembenaran pernyataan Rocky.
Sebab Rocky waktu itu sedang membela Prabowo. Bagi PKS, membela Prabowo lebih penting daripada membala kitab suci.
Ketika kader PKS korupsi dengan menggunakan kode ‘juz’ dan liqo, PKS juga santai saja. Mereka tidak tersinggung sama sekali bahasa yang biasa digunakan dalam membicarakan tentang Quran dipakai buat nyolong duit rakyat.
Bagi PKS korupsi bukan perkara luar biasa. Korupsi menggunakan kode-kode bernuansa agama, tidak perlu dianggap melecehkan. Sebab yang melakukan korupsi adalah kadernya sendiri.
Tapi ketika seorang Ibu Tionghoa hanya minta kecilkan volume speaker masjid, PKS langsung menuding penistaan agama. Seolah mengecilkan suara speaker itu adalah hal yang sangat buruk salam Islam.
Kenapa? Sebab Meiliana -ibu malang itu- adalah seorang berdarah Tionghoa. Agamanya Budha. Jadi komentarnya soal suara speaker mesjid lebih merusak ketimbang komentar Evie Effendi soal Nabi yang sesat.
Ketika rumah Meiliana dibakar, Vihara-vihara dibakar, bagi PKS kerusuhan yang menakutkan itu bukan masalah. Bahkan bukan penistaan pada kemanusiaan dan keadilan. Sebab para pembakar itu, para perusuh itu, diharapkan dapat menjadi kantong suara. Apapun kebiadaban mereka tidak perlu disanggah.
Adakah partai ini berempati pada seorang ibu yang rumahnya dibakar massa? Adakah partai ini berempati pada empat anak yang kehilangan tempat berteduh? Adakah partai ini memiliki rasa keadilan?
Ohh, mungkin keadilan sebagai nama partai dan keadilan sebagai wujud nyata bagi PKS berbeda jauh. Keadilan sebagai nama partai adalah simbol saja. Mereka tidak terlalu peduli dengan statemen Alquran, “…Dan berbuat adillah kamu walaupun terhadap musuhmu.”
Ibu Meiliana bukan musuh PKS. Dia hanya ibu rumah tangga biasa. Ibu dari empat orang anak kecil yang tinggal di Tanjung Balai Asahan. Tapi PKS tidak ingin menegakkan keadilan pada kasus itu.
Baca juga: Ada Apa dengan Jokowi?
Mungkin frasa keadilan memang tidak berarti banyak. Frasa itu sekedar penamaan saja.
Yang paling berarti bagi mereka, mungkin adalah frasa kesejahteraan. Makanya ketika kadernya korupsi menggunakan istilah Alquran, itu dapat dimaklumi. Sebab dengan cara itulah kader tersebut mewujudkan frasa kesejahteraan.
Kita jadi tidak pernah tahu, sebetulnya Islam seperti apa yang sedang dibela PKS. Jika menista Nabi didiamkan. Dan meminta mengecilkan speaker masjid dituding penistaan agama. “Yang penting sejahtera, mas. Gak adil, gak apa-apa,” ujar Abu Kumkum. (SFA)
http://www.salafynews.com/eko-kuntadhi-pks-tak-bela-nabi-tapi-bela-toa.html
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita
Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...
-
Banyak warganet yang bekomentar negatif atas informasi yang beredar luas melalui media sosial terkait Workshop Al-Qur’an Nusantara yang...
-
A. Secara Etimologis (Bahasa) 1. Menurut Al-Lihyani (w. 215 H) Kata Al-Qur'an berasal dari bentuk masdar dari kata kerja (fi...
-
Suku Chaniago adalah suku asal yang dibawa oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang yang merupakan salah satu suku induk di Minangkabau selain su...
-
Ini adalah sampul kitab berjudul “Risâlah Silsilah al-Tharîqatain al-Qâdiriyyah wa al-Naqsyabandiyyah” karangan Syaikh Abdul Karim Banten...
-
Beliau (Sofyan Tsauri) sampai berani bersumpah atas nama ALLAH bahkan berani Bermubahalah jika ada yang menuduh dia berdusta atas apa yan...
-
Syeikh Muhammad Mukhtar Atharid (Maha Guru Ulama Nusantara dari Bogor, ulama besar di Mesjidil Haram Mekkah pada masa Negara Saudi dibaw...
-
Oleh Rijalul Wathon Al-Madury Sayyid Kamal al-Haydari yg dengan nama lengkap Kamal bin Baqir bin Hassan al-Haydari (السيد كمال بن باقر ...
-
Info dari Ustadz Muafa (Syaikhul Pramukiyyin /Mantan Syabab HT), yaitu berkaitan dgn para senior/pembesar HT Pusat, khususnya yg ada di ...
-
Teknik dasar Naqsyabandiyah, seperti kebanyakan tarekat lainnya, adalah dzikir yaitu berulang-ulang menyebut nama Tuhan ataupun menyataka...
-
Baru-baru ini Nahdlatul Ulama sedang didera ujian berupa fitnah-fitnah dari pihak yang berseberangan dengan Nahdlatul Ulama. Bahkan banya...
No comments:
Post a Comment